🏫 END

1.8K 225 45
                                    

Jaemin terkadang suka memikirkan tentang hal yang selalu menjadi misteri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jaemin terkadang suka memikirkan tentang hal yang selalu menjadi misteri. Tentang bagaimana kedepannya sesuatu akan berjalan, misalnya. Padahal sudah sangat jelas, perkara masa depan, hanya Tuhan yang tahu pasti seperti apa.

Saat Nakyung mengatakan untuk saling percaya tanpa ada status yang jelas, Jaemin takut jika awan gelap kembali hadir dan perempuan itu menyukai yang lainnya. Padahal seharusnya, Jaemin akui ia lah yang harus ditakutkan oleh perempuan itu kalau-kalau menyukai yang lain.

Lalu saat sorot lampu memblokir penglihatan, disusul benturan hebat pada tubuh. Saat dirasa sudah tidak kuat menahan perit dan saat kesadarannya perlahan direbut. Jaemin takut ia akan mencipta jarak yang sangat jauh dari keluarga, sahabat, juga Lee Nakyung.

Tetapi Tuhan punya rencana lainnya dan membiarkannya tetap bertahan walau harus berbulan-bulan terlelap di ranjang pasien. Jaemin merasa sangat bersyukur, ia jadi tahu seberapa besar rasa sayang dari orang-orang di sekitarnya, termasuk Nakyung.

Perempuan itu selalu menjenguknya, mengajaknya berbicara, dan menangis saat ㅡsepertinyaㅡ hanya ada dia dan tubuh Jaemin yang tak berdaya. Jaemin tidak menyukai tangis sedih dari perempuan itu, tetapi ingin menghentikan juga tak mampu. Jadi yang Jaemin lakukan saat itu hanya mendengarkannya dalam diam, membiarkan jarum jam terus berjalan, sampai air mata tidak lagi berkejaran.

Helaan napas panjang keluar, saat guru di depan sana selesai menjelaskan materi. Membuat Jaemin tidak bisa lagi menyembunyikan wajah bahagianya.

"Besok sejarah, Miss. Astaghfirullah saya udah kena tekanan batin duluan." Katanya membalas pertanyaan guru sambil mengacak rambutnya.

Guru itu hanya tertawa pelan kemudian mengakhiri pembelajaran dan pergi dari area rumah Jaemin.

Orangtua Jaemin memilih untuk menyuruhnya homeschooling agar bisa mengejar ketertinggalan. Hanya sampai lulus kelas dua SMA, setelahnya akan menjadi keputusan Jaemin ingin lanjut atau sekolah formal kembali.

"Main ke rumah gak?" Tanya Jaemin dengan handphone yang berada di dekat telinga.

"Iya, nanti bareng Kak Tzuyu. Mau dibawain apa lo?"

"Bakso Abah yang di kantin itu, terus tea jus Oma. Katanya Cilok Babeh buka di sekolah juga kan? Nah, beliin gue itu juga. Nasi goreng Oma juga, sama tekwan."

Nakyung mendengus. "Lo mau ngerampok gue????"

"Lah??????? Lo kan nanya. Yaudah gue maunya itu sama americano di kantin."

"Sepuluh tambah lima tambah enam tambah tigapuluh-lima. Siapin uang limapuluh-enam ribu. Gua anggap utang."

Jaemin langsung melotot. "DIH PELIT AMAT?????" Protesnya yang tidak mendapat balasan karena Nakyung langsung mematikan sambungan.

Ditatapnya layar handphone, terdapat foto Raden yang memang ia jadikan sebagai wallpaper. Kedua sudut bibir Jaemin perlahan tertarik ke atas. Senyuman itu tercipta bukan karena melihat foto Raden, tetapi karena panggilan tadi. Oke, sepertinya Jaemin sudah berada di bucin tahap serius.

[i] Siklus ; Jaemin ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang