🏫 Bagian 24

1.3K 207 48
                                    



"Nih, pake!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Nih, pake!"

Nakyung menatap bomber putih yang barusan Baejin taruh di tangannya. "Terus kamu gimana?"

"Pake aja dulu. Anginnya lagi dingin banget."

Nakyung mengangguk saja, lantas memakai bomber itu. Ia mendonga, menatap Baejin. "Kalo udah sampe ruangan, jaketnya aku balikin. Mau sekalian jenguk Nana kan?"

"Iya, aku udah lama gak ketemu Jaemin." Balas Baejin disertai kekehan, jujur saja rasanya aneh karena biasanya Jaemin selalu mencari gara-gara dengannya di sekolah. "Kata dokter gimana?"

Nakyung memberikan gelengan pelan. "Gak tau, dokter ngasih taunya ke pihak keluarga. Aku belom nanya ke mereka."

Ini sudah sebulan lebih sejak kecelakaan motor yang dialami Jaemin. Motor yang ia gunakan hancur, mengingat tabrakan yang terjadi melibatkan motor juga truk. Untungnya tidak ada korban jiwa dan Jaemin dinyatakan koma setelahnya.

Nakyung terus-menerus menyalahkan dirinya atas kecelakaan malam itu. Seharusnya Jaemin tidak mengantarnya pulang, begitu pikirnya.

Nakyung selalu menyempatkan untuk menjenguk Jaemin, menjaga cowok itu saat keluarga sedang tidak bisa berada di rumah sakit. Terkadang, ia juga menemani Taehyung atau yang lainnya saat mereka sedang menjaga cowok itu.

Ia kira, rasa bersalahnya akan mengurang kalau turut membantu menjaga Jaemin. Tetapi itu justru bertambah, terutama saat manik cokelatnya melihat Jaemin tertidur dalam keadaan lemah.

"Harusnya Nana gak jemput aku bimbel." Gumam Nakyung sangat pelan, barangkali hanya ia yang mendengar.

"Jangan nyalahin diri kamu." Baejin mengusap pucuk kepala Nakyung pelan. "Jaemin bakal bangun secepatnya."

"Tapi ini udah lebih dari satu bulan. Baejin, aku takut." Suara Nakyung memelan. Ia mendonga, menahan air mata yang sudah siap tumpah.

Saat itu juga, Baejin tahu seberapa besar rasa yang Nakyung punya untuk Jaemin.

Ia tak menyukai fakta tersebut, tetapi ia menyukai saat Nakyung merasa bahagiaㅡmeskipun sumbernya datang dari Jaemin. Dan saat-saat seperti sekaranh, Baejin jadi merindukan masa kecilnya.

Jadi waktu, bisa kah dengan senang hati mengembalikan masa kecil Baejin? Karena Baejin jauh kali lipat merindukannya. Di mana ia belum mengenal apa itu cinta, juga belum memiliki keinginan untuk mengubah kata sahabat menjadi sesuatu yang lebih.

Baejin ingin kembali bermain dengan Nakyung, tanpa melibatkan rasa untuk lawan jenis. Karena demi apapun, perasaan sialan itu sangat mengganggunyaㅡsudah berulang kali diusir pun, tidak kunjung pergi.

Baejin rasa, ia bisa gila hanya karena menahannya. Itu memang mengganggu, tapi sialnya di waktu yang bersamaan, ia menyukainya.

Efek dari Nakyung yang suka mengusap surainya ㅡyang merupakan kebiasaan Nakyung dari kecilㅡ bahkan efek dari Nakyung yang tersenyum terasa seperti apapun itu, Baejin tidak bisa memberitahu secara detail. Yang jelas, ia senang dengan hal itu.

[i] Siklus ; Jaemin ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang