"Gak mau! Pokoknya gue sama lo."
Yah, begitulah keributan kecil di hari sabtu pagi yang indah ini. Singkat cerita, hari ini hari Orientasi Gabungan dilakukan, tepatnya di salah satu Wisata Alam.
Haechan sudah bilang pada Bunda-nya Nakyung kalau ia akan menjaga saudarinya, Nakyung. Tapi baru awal saja cowok tan itu tidak bisa membonceng Nakyung karena ia harus membawa keperluan.
"Punten ini mah. Gue lupa kalau harus bawa tenda. Lo bareng yang lain aja ya?" Haechan merasa bersalah.
"Ya nanti gue pegangin,"
"Gak!" Tukas Haechan,"Bahaya kalau cewek yang megang."
"TERUS GUE SAMA SIAPA!?" teriak Nakyung kesal, saudaranya ini memang sangat menyebalkan.
Sementara yang diteriaki meringis, menggaruk tengkuknya merasa bingung. Setidaknya sampai kedua manik Haechan menangkap presensi temannya.
"NANAAAA! SINI LO!" Haechan mengabaikan tatapan adik kelas.
Jaemin mengernyit, kemudian berlari kecil mendekat pada dua orang itu, "Naon?" tanyanya.
"Angkat naek apa?"
"Motor lah, masa ngesot."
"Yeu goblog! Bonceng saha sia teh?"
"Sorangan."
"Nah, tuh!" pekik Haechan seperti mendapat pencerahan, "Lo bonceng Nakyung, ya?"
"Naha sih? Bukannya Nakyung bareng lo?"
Haechan berdecak, "Gue bawa tenda sama Je. Tolong ini, ya?"
"Dih, kasian banget lo diduain sama Je." ejek Jaemin.
Yang mana itu membuat Nakyung mendengus, ia menatap Jaemin sinis, "Diam!"
Alih-alih merasa takut, Jaemin justru menaruh tangannya pada bahu Nakyung, "Anak baik nggak boleh nangis, udah sama gue aja daripada ribut mulu." Katanya masih dengan nada mengejek.
Nakyung merotasikan mata, lantas membungkukkan badan, kemudian mundur agar rangkulan terlepas. "Gak usah rangkul-rangkul! Nanti cewek lo marah, kan repot."
Untuk kesekian kalinya, Jaemin hanya tertawa ringan, kemudian menyuruh Nakyung menaiki motornya.
Selama perjalanan, keduanya membisu. Ya... memang sebaiknya seperti itu daripada terjadi hal yang tidak menyenangkan sepetti kecelakaan karena pengemudi tak fokus.
Manik cokelat Nakyung menyapu setiap objek di jalanan, memandangi bangunan, kendaraan yang berlalu lalang, juga beberapa pohon yang terlihat menjauh. Sudut bibirnya terangkat membentuk senyuman. Itu sudah menjadi kebiasaannya dalam menikmati perjalanan, tapi anehnya ia tak pernah merasa bosan. Ralat. Pernah sih, namun akhirnya tetap saja ia menikmati kegiatan tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
[i] Siklus ; Jaemin ✔
Novela Juvenil[13+] [COMPLETED] Kebanyakan orang memilih untuk mengabaikan rasa sakit, kembali mengulang siklus, kembali menyakiti sang hati. Tetapi di sini ia berada, berusaha meyakinkan jika ia bukan lah bagian dari 'kebanyakan orang'. Untuk Na Jaemin, terimaka...