🏫 Bagian 3

3.5K 575 67
                                    



"Rara mana?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Rara mana?"

Nakyung yang sedang menggoreskan pensil pada buku gambarnya pun berhenti dan menoleh pada Ayah, "Nggak tau, masih di dalem kayaknya."

Pria 40-an itu mengangguk paham lantas masuk ke mobil ia melirik si sulung yang sedang sibuk dengan gambarannya. "Gambar apa, Teh?"

"Disuruh gambar tokoh motivator, tapi belum tau siapa." Jawab Nakyung melanjutkan gambaran asalnya.

"Oh..." Ayah melajukan mobilnya normal setelah membaca pesan isterinya, membawa kendaraan itu menjauh dari halaman rumahnya.

Nakyung mengernyit dan melempar pandangan pada jalanan, "Loh? Rara sama Bunda gimana?"

"Bunda nyuruh duluan, Rara belum mau mandi, katanya ini kepagian."

Nakyung mengangguk paham. Hari ini memang ia berangkat lebih awal karena Ayah ada rapat dan mau tidak mau ia harus mengikuti jadwal Ayah. Bagus lah, ia jadi bisa mengerjakan tugas menggambarnya di sekolah.

"Kemarin kenapa nggak berangkat sekolah? Bukan cuma nggak enak badan, kan?"

Nakyung memberhentikan aktivitasnya, menatap gambaran abstrak itu, menyusun kata-kata yang bagus untuk disampaikan kepada Ayah.

Kemarin Nakyung memang tidak berangkat karena matanya bengkak dan wajahnya sangat berantakan akibat semalaman menangis, ia tidak akan menolak jika kalian menyebutnya cengeng.

"Kemarin lagi capek banget, makanya nggak berangkat."

Ayah tersenyum hangat, "Cuma itu? Nggak ada yang lain?"

"Nggak," bohong Nakyung.

"Ayah kira Teteh ada masalah sama Jaemin, dua minggu lalu ayah nggak sengaja denger teteh cerita ke Ara."

Nakyung mengigit bibir bawahnya. Sial, mengapa ia tak pernah berhasil untuk membohongi orangtuanya?

"Oke teteh ngakuㅡ" Kata Nakyung pada akhirnya, karena membangun dinding perlindungan saat kebohongan sudah diketahui adalah suatu hal percuma dan itu hanya mempermalukan diri sendiri.

"Ada masalah sama Jaemin," Ia melanjutkan tanpa menoleh.

"Masalah apa? Putus?"

Nakyung akhirnya menoleh dan menatap Ayah tidak percaya. Sebenarnya sampai mana Ayah menguping pembicaraannya dengan Ara?

"Ayah mah, nguping obrolan anak mudanya kebanyakan!"

"Nebak doang tadi. Lagian karena apa lagi coba Teteh sampe nangis kalau nggak putus?" Ayah melanjutkan, "Kok bisa?"

[i] Siklus ; Jaemin ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang