[13+] [COMPLETED]
Kebanyakan orang memilih untuk mengabaikan rasa sakit, kembali mengulang siklus, kembali menyakiti sang hati. Tetapi di sini ia berada, berusaha meyakinkan jika ia bukan lah bagian dari 'kebanyakan orang'.
Untuk Na Jaemin, terimaka...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Gue udah di depan. Bawa motor tapi, gapapa kan?"
"Siap, Ibu Tiri."
Jaemin langsung mematikan handphone, setelah sambungan terputus. Ia memasukkan benda kecil itu ke saku, kemudian melambaikan tangan untuk Nakyung yang terlihat baru keluar dari gedung bimbel.
"Gak enak banget gue ngerepotin lo." Ujar Nakyung yang kini sudah berdiri di hadapan Jaemin. Ia menerima helm yang diberikan dan memakainya.
"Dibilangin gue baru pulang nongkrong, jadi sekalian."
"Terus ini helm siapa?"
"Somi. Dia dijemput, jadi helm-nya gue pinjem." Balas Jaemin seraya menaiki motornya. "Mau jaket gak?"
"Gue udah pake hoodie. Ayo pulang! Nanti lo kemaleman."
"Santai, tinggal numpang tidur tempat Jeno. Cepet naik!"
"Dasar." Cibir Nakyung, lantas melakukan apa yang Jaemin suruh. "Pegang mana?"
"Peluk."
"Tapi gue maunya bahu."
"Terserah yang penting lo gak terbang kebawa angin." Balas Jaemin asal, sebelum menghidupkan motor dan menjauh dari area bimbel.
Sejak kematian Ayah beberapa minggu lalu, Jaemin selalu berada di sekitar Nakyung. Seperti ia tidak mau kalau Nakyung tiba-tiba merasa sedih mengingat hari itu.
Jaemin cukup sering mengajak Nakyung untuk berangkat dan pulang bersama, mampir di food court, juga masih banyak yang lainnya. Yang memancing sebuah tanya pada setiap siswa-siswi yang melihat mereka.
Sangking dekatnya, mereka masuk ke akun gosip sekolah lagi, membuat Jaemin panik karena takut Nakyung risih dengan hal itu. Tetapi, respon yang diberikan perempuan itu cukup membuatnya terkejut. Nakyung hanya menanggapi dengan tenang dan mengatakan bahwa mereka tidak memiliki hubungan seperti yang dibicarakan penggosip.
Sakit sih... tapi benar adanya.
Jaemin kontan mendelik kecil, kala tangan Nakyung menurun. Yang tadinya memegang bahu, kini melingkarkannya di perut.