Sesuai yang Jaemin minta beberapa hari lalu, sekarang Nakyung sudah siap dengan sweater hijau juga rok di atas lutut. Dilihatnya sekali lagi pantulan pada cermin, ia merapihkan beberapa rambut kemudian tersenyum.
Kemudian lagi, menampar pipi kanannya.
"Lo kenapa senyum, Pintar?! Terus apa-apaan ngerapihin rambut? Cuma mau nonton Nana doang iniii!!!" Gumam Nakyung sambil mengusap pelan pipinya. Sakit tjoy.
"Ah, udah lah gak usah ngaca lagi, lo keliatan bodohㅡenggak, maksud gue pintar." Nakyung meralat.
Katanya kita harus mengucap yang baik untuk diri sendiri, berhubung Nakyung ingin pintar jadi ia mulai mengatai dirinya seperti itu. Yaaaa siapa tau kan malaikat lagi lewat, terus berinisiatif me-request keinginannya pada Tuhan.
Engganㅡuntuk kesekian kalinyaㅡmelihat penampilannya di cermin, Nakyung pun segera menyelempangkan tas-nya. Ia kemudian keluar dari kamar dan duduk di dekat rak sepatu. Ponselnya mengeluarkan suara, diliriknya layar yang terdapat nama Nana di sana.
Nana : udah berangkat belom?
Nakyung baru saja ingin mengetikkan balasan, tetapi panggilan suara dari Junkyu mengambil alih layarnya. Dahi berkerut, bersamaan dengan kedua alis yang menukik, lantas ia menerima panggilan itu dengan sekali tap pada layar.
"Halo, Jun? Kenapa?"
•
"Mendung gini, yakin lo mau pulang?"
"Yoi, gue mau tidur di rumah. Pulang ye!" Kata Junkyu sambil memakai helm dan mengendarai motornya menjauh dari rumah Jihoon. Semalam ia memang menginap di rumah sahabatnya itu, tidak bisa dibilang menginap juga sih, soalnya mereka membeli kopi dan menghabiskan malam dengan bermain game sampai-sampai baru bisa tertidur jam 5 pagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
[i] Siklus ; Jaemin ✔
Ficção Adolescente[13+] [COMPLETED] Kebanyakan orang memilih untuk mengabaikan rasa sakit, kembali mengulang siklus, kembali menyakiti sang hati. Tetapi di sini ia berada, berusaha meyakinkan jika ia bukan lah bagian dari 'kebanyakan orang'. Untuk Na Jaemin, terimaka...