P r o l o g

1.8K 188 74
                                    

- BAKSO TARIK ULUR PERASAAN -

SPESIAL LDR

ISTIMEWA JOMBLO

SPESIAL MANTAN

ISTIMEWA AKU TANPA DIA

SPESIAL BERJUANG SENDIRI

ISTIMEWA DITINGGAL SEDANG SAYANG

Sudah lima tahun berlalu dan aku masih tersenyum geli melihat spanduk banner yang terpampang rapi di sebuah kedai bakso.

Langkah kakiku membawa masuk pada kedai tersebut. Sudah menjadi hal biasa jika setelah pulang sekolah, kedai ini yang menjadi langganan murid SMA Venus. Selain baksonya yang enak, harganya sangat terjangkau.

"Eh, Mbak, tumben mampir ke sini," ujar Mas penjual bakso, sambil tersenyum ke arahku.

Aku tersenyum membalas sambil memperhatikan dirinya yang sedang memasukkan kecap ke dalam mangkuk. "Lagi pengen makan bakso Mas, udah lama nggak ke sini, hehe. Ada varian baru ya, Mas?"

Ia mengangguk. "Baru saya tambahkan hari ini. Bakso spesial mantan. Rasanya nggak kalah menarik dari yang sebelumnya. Mau coba, Mbak?"

Aku terkekeh dan mengangguk.
"Boleh Mas. Aku tunggu di meja."

"Siap, Mbak."

Mataku menjelajahi setiap sudut dalam kedai bakso ini. Terlihat dekorasinya yang sederhana, namun dapat memikat minat pembeli. Letak menjual bakso juga yang sangat strategis.

Karena lama menunggu, akupun berdiri dan mencoba untuk membantu dalam ramainya pembeli. Sudah menjadi hal biasa aku membantunya jika mampir ke sini.

"Mas, aku bantu boleh?" ucapku membuat ia menoleh cepat.

"Enggak usah, Mbak," tolaknya dengan halus. "Sebentar lagi pesanan Mbak selesai." Aku mengangguk, sambil tersenyum.

Kini aku bersandar pada gerobak bakso tersebut sambil bersedekap dada. Ide cemerlang muncul dalam pikiranku.

"Nama Mas, Jo, ya?" candaku di sertai kekehan. Padahal aku sudah tahu nama penjual bakso tersebut.

"Bukan. Nama saya Hitam," lontarnya, membuat diriku terkekeh sambil mengerutkan alis bingung. Karena mengetahui aku bingung, ia kembali melanjutkan ucapannya. "Hitam Mbak. Singkatan dari Hilman tampan."

Aku tertawa mendengar ucapan dengan gaya percaya dirinya. Ini alasanku tidak pernah bosan untuk ke sini. Mas Hilman penjual bakso dengan humornya.

"Harusnya nama Mas Hilman itu diganti Jo. Jo-jodohku maunya kamu," tuturku, membuat ia tertawa.

"Mbak bisa aja," sahutnya. Aku menyengir lebar. "Tapi, saya sudah punya istri. Coba testimoni ke Mas yang ada di sana. Siapa tahu, dia jodoh Mbaknya."

Aku langsung mengikuti arah mata Mas Hilman. Walau terhalang oleh kaca bening, mataku masih mampu melihat pada sosok laki-laki yang tengah berdiri menatapku dengan sorot datarnya. Rambutnya ikut beterbangan bersama gerakan angin.

Segaris senyuman ikut terpatri di wajahku. Karena aku tahu, pertemuan aku dan dirinya adalah sebuah kesalahan yang tidak akan pernah ia lupakan.

Untukmu, Rafran
dan untuk kita cerita ini dimulai

RAFRAN [COMPLETED] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang