24. Makasih, Pa

237 48 98
                                    

Merasa kehilangan, padahal belum sempat memiliki. Merasa cemburu, namun hanya teman. Ya, itu hanya aku


-Anonim-

....

"Rafaa!!" teriak Violla di lorong sekolah, membuat murid-murid yang berlalu lalang menutup telinganya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Rafaa!!" teriak Violla di lorong sekolah, membuat murid-murid yang berlalu lalang menutup telinganya.

Rafa memutar bola matanya, dirinya malas berhadapan dengan Violla. Ia pun berbalik, membuat Violla mengembangkan senyumnya.

"Kenapa?" tanya Rafa datar.

Violla lantas menghampiri Rafa dan seperti biasa dia akan bergelayut manja di tangan Rafa. "Kenapa cuek banget sama aku?"

"Ada apa sih?" tanya Rafa sekali lagi dengan nada kesal, mengabaikan pertanyaan Violla yang membuatnya membosankan.

Violla tersenyum. "Aku bawain kamu bekal, kita makan di kantin yuk?" ajaknya.

"Enggak," jawab Rafa seadanya, membuat Violla mendengus.

Tiba-tiba Rania melintas tepat di depannya. Namun, bedanya ia tak mengendong tas di punggungnya. Mungkin Rania telah sampai sekitar sepuluh menit yang lalu.

Pandangan Rania masih setia melihat Rafa dan tangan Violla yang bergelayut di tangan Rafa. Rafa pun mengikuti arah pandang Rania.

"Bisa nggak lo lepasin tangan lo ini?" kesal Rafa.

Violla pun menjauhkan tangannya dan menatap Rania tajam.

"Lo ngapain di sini? Mau liatin orang yang lagi pacaran?"

Rania mengerutkan alisnya. "Aku cuma mau lewat, kak," balasnya dengan sopan.

"Sejak kapan lo pacaran sama gue, huh?" tanya Rafa yang membuat Violla terdiam.

Rania yang mendengar hal itu mengulum senyumnya. Pertanyaan yang bagus Rafa

"Ada yang lucu, huh?" kata Violla, sembari melipat tangannya di dada.

"Em ... nggak, kak. Kalo gitu aku permisi," pamit Rania, kemudian meninggalkan Violla yang sedang menahan kesal.

Violla pun mencekal pergelangan tangan Rafa yang akan pergi. "Ayolah Raf, kita makan bekal bareng, ya ya?

"Kalo sendiri bisa, kenapa nggak?" kata Rafa yang kemudian melengos meninggalkan Violla seorang diri.

"Rania! Kenapa sih lo ganggu gue sama Rafa terus!" kesal Violla, sembari mengepalkan kedua tangannya.

Sebenarnya Rania tadi hanya ingin pergi ke toilet. Tapi, tak sengaja ia melihat Rafa dan Violla di lorong sekolah. Ingin menghindar, namun tak ada pilihan lain.

Suara pesan masuk di ponsel Rania, membuat dirinya mencari ponsel tersebut yang berada di saku roknya. Sudut bibirnya mengangkat sempurna.

Rafa
Jangan cemburu. Violla cuman ngajak gue makan bekal bareng tapi gue engga terima

RAFRAN [COMPLETED] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang