6. It's Okay Not To Be Okay

445 106 16
                                    

Nyatanya aku bukan pemeran utama dalam sebuah drama yang sedang berjalan. Aku hanyalah pemeran sampingan yang berusaha untuk menjadi terbaik

-Anonim-

....

Kobaran api membakar habis sebuah rumah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kobaran api membakar habis sebuah rumah. Pemadam kebakaran bekerja keras untuk memadamkan si jago merah yang sedang melahap habis di sekitarnya.

Semuanya tak tersisa. Hanyalah abu yang menjadi hasil pembakaran tersebut. Warga kalang kabut membawa air untuk mematikan api.

Rania tergugu, ia menguatkan pegangannya pada ransel. Kakinya melemas, seolah tak bisa menguatkan dirinya untuk berdiri.

Naas, Rania hanya bisa memandangi rumahnya yang dulu ia jadikan tempat berteduh dari panas dan hujan sudah terbakar begitu saja.

Air matanya turun membasahi pipi Rania. Apa yang harus ia lakukan sekarang? Dirinya, Elya, dan Anna harus tinggal di mana sekarang?

Tiba-tiba ada yang menepuk pundaknya. Rania sontak terkejut, detik selanjutnya ia berbalik dan memeluk perempuan di depannya dengan begitu erat.

"Cik, gu-gue harus tinggal di mana sekarang?" ujar Rania dengan sesenggukan.

Cika, dia adalah sahabat Rania.  Menurutnya, Cika merupakan sahabat yang selalu menemani Rania ketika ia sedang susah dan senang, tapi sayangnya ia harus berhenti sekolah karena tak mempunyai biaya yang cukup.

Cika mengelus rambut Rania dengan lembut. "Kalo masalah tempat tinggal, lo boleh tinggal di rumah gue untuk sementara," jawabnya.

Rania melepas pelukannya, menghapus jejak-jejak air mata yang turun. "Makasih, buat tumpangannya. Tapi, saat ini gue mau cari ibu sama adik gue, lo tahu mereka ada di mana sekarang?"

Cika menghela napas berat. "Adik lo baik-baik aja, sedangkan ibu lo pingsan dan langsung dibawa ke Rumah Sakit Permata."

Mata Rania membulat sempurna. "Serius?"

"Iya, gue lihat tadi, ketika warga bawa ibu lo pake mobil."

"Oke, kalau gitu gue mau susul ibu sama adik gue, ya?"

Cika menganggukan kepala, lalu menepuk pelan pundak Rania. "Lo harus kuat. Ibu sama adik lo butuh lo saat ini."

Rania tersenyum, walau hatinya rapuh. "Makasih, Cik. Gue pergi dulu."

Air mata Rania tak bisa terbendung lagi. Dalam perjalanannya ia terus berdoa, agar Elya baik-baik saja. Benar, apa yang Cika katakan, ia harus tegar menghadapi ini. Mereka butuh Rania untuk saat ini.

||||


Rafa mengerutkan keningnya kala melihat sesuatu yang berbeda. Kakinya ikut bergerak untuk mendekat ke arah segerombolan warga yang tampak ramai.

RAFRAN [COMPLETED] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang