"Semalam tidur nyenyak? Udah minum obatnya? Masih ada yang sakit?"
Rania menutup telinganya pengang atas pertanyaan Rafa.
Dari parkiran motor sampai dengan lorong kelas sebelas, Rafa bertanya terus menerus, membuat kepalanya hampir pecah.
Rania memutar badannya ke arah Rafa dan menatap Rafa serius. "Kamu udah nanya lima kali," jawabnya sambil mengangkat kelima jarinya. "Enggak bosen? Ganti pertanyaan!"
Rafa menyengir lebar. "Enggak-"
Rania memotong ucapan Rafa, karena dia tahu apa yang akan Rafa ucapkan selanjutnya. "Karena kamu kemarin sakit dan aku khawatir. Kamu inget kan kalo dokter kemarin bilang apa? Kamu harus banyak istirahat. Itu yang mau kamu bilang, kan?"
Memang, setelah di atas rooftof kemarin, kondisi Rania menurun. Salah Rafa juga membawa Rania ke tempat yang dingin. Dokter menyarankan agar Rania tidak usah sekolah, tapi sikap Rania keras kepala.
"Pintarnya pacar aku," balas Rafa, sembari meletakkan telapak tangannya di atas puncak kepala Rania.
"Berantakan lagi dong rambut aku," cicit Rania diiringi wajah cemberut. Namun, dibalas Rafa dengan kekehan. Baginya itu hal yang lucu.
"Oh ya, satu pertanyaan lagi deh," gumam Rafa yang ditanggapi oleh Rania dengan dehaman.
"Sayang aku nggak?"
"Iya," balas Rania seadanya, sambil menyilangkan kedua tangannya di dada.
"Enggak ada jawaban lain gitu? Udah nggak cinta dan sayang ke aku lagi?" rajuk Rafa.
Rania menampilkan senyum terbaiknya dan menatap Rafa serius. "Aku sayang kamu, sayangnya seluas dunia dan benua."
"Cielah."
Kekehan Rafa terdengar di telinga Rania. Biar saja ini alay.
"Aku mau ke kelas, bentar lagi masuk," papar Rania. "Kamu belajar yang rajin. Bentar lagi ulangan."
"Siap, captain. Istirahat nanti, aku jemput ke kelas kamu."
Rania mengangguk dan melambaikan tangannya sebelum menghilang dari balik pintu dan menjauh dari pandangan Rafa.
Rafa berjalan menuju lorong kelasnya. Vino dan Alfy masih di kantin, itu kata Vino saat dia memberitahu melalui pesan singkat. Hari ini dia akan fokus belajar dan mengejar pelajaran-pelajaran yang belum dia pahami.
Tetapi, Violla datang dari arah samping dan membuat langkah Rafa terhenti.
"Hai Rafa," lontar Violla.
Rafa tersenyum tipis membalas. "Hai, Violla. Udah lama nggak ketemu. Lo sibuk cari universitas, ya?"
"Iya nih. Gue pengen universitas luar negeri, tapi bokap nggak izinin." Raut sedih tergambar di wajah Violla. "Lagian, gue nggak tega ninggalin lo di sini," sambungnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAFRAN [COMPLETED] ✓
Teen FictionRania kira, ini hidup dia sesungguhnya. Ternyata salah, ada hal lain yang membuat dirinya terguncang. Ia berada di dunia mimpi seseorang dan sialnya dia tak pernah menyadari itu. Bertemu dengan Rafa adalah hal paling buruk dalam takdirnya. Dia jahat...