Mulutku terasa kelu, walau sekadar mengucapkan "Apa kabar?"
-Anonim-
....Rafa tersenyum bahagia ketika melihat daftar hasil kelulusan di mading sekolah. Namanya ada di urutan pertama dengan nilai yang sangat memuaskan.
Alfy dan Vino yang melihat itu mengembangkan senyumnya melihat Rafa yang bisa kembali tersenyum.
"Mantap, Raf. Usaha lo buat belajar engga sia-sia," ujar Vino sambil merangkul bahu Rafa.
Rafa menganggukan kepalanya sambil menatap kosong murid-murid yang merayakan hari kelulusan di lapangan. "Gue udah buktiin ke Rania perjuangan gue selama ini." Alfy dan Vino tersenyum tipis. "Kalian berdua mau lanjut kuliah di mana?"
Alfy menggaruk tengkuknya. "Gue pengen di luar negeri sih. Tapi, liat nanti aja deh."
"Kalo gue mau di Indonesia aja. Universitas di sini juga bagus, biar gue engga jauh-jauh dari Kania," cetus Vino dengan alis yang terangkat satu.
"Raf, lo mau di mana?" tanya Alfy.
"Besok gue mau ke Jerman. Udah siapin tiket juga."
"Apa nggak terlalu cepat?" tanya Vino yang dibalas gelengan oleh Rafa.
"Gue nggak akan pernah bisa kuat kalo gue harus di sini terus. Gue pengen cari suasana yang baru dulu buat beberapa tahun."
Alfy menganggukan kepalanya.
"Okey," jawab Vino paham.
"Fy! Cepetan ke lapangan! Ada pelepasan balon!" teriak Nada dari jarak yang tak jauh. Ia berlari bersama Kania.
Hal itu membuat Alfy menutup telinganya. Ia pun berdiri kala melihat Nada yang sudah berada di depan dirinya.
Ia pun menghela napas panjang. "Jangan teriak! Hari terakhir gue di sini, gue mau menikmati indahnya suasa kelas dua belas. "Lo tau kenapa?" Nada menggeleng polos. "Teriak-teriak kagak ada sopan santun!"
"Lo siapanya gue?" tanya Nada dengan sorot mata mendelik tajam.
Alfy memutar bola matanya malas.
"Cukup pahit kedengarannya. Teman rasa pacar atau pacar rasa teman?" Kania ikut mengompori perdebatan keduanya disertai kekehan kecilnya.
"Berisik!" ujar keduanya kompak yang membuat Kania terdiam
"Udah, udah, nggak usah ribut. Kita ke lapangan sekarang," cakap Rafa menengahi yang diangguki oleh semuanya.
Di lapangan, para murid-murid sudah membentuk lingkaran sambil bersorak sorak gembira. Mereka saling memberikan bunga atau bertanda tangan di baju murid yang lain sebagai hadiah.
Alfy, Vino, Kania, dan Nada sudah hilang entah ke arah mana. Rafa hanya tersenyum tipis memandang apa yang terjadi di depan matanya.
Harusnya, hari ini ia merayakan bersama Rania, bernyanyi bersama dengan yang lain, dan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi dengannya. Tapi, itu semua hanya angannya saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAFRAN [COMPLETED] ✓
Teen FictionRania kira, ini hidup dia sesungguhnya. Ternyata salah, ada hal lain yang membuat dirinya terguncang. Ia berada di dunia mimpi seseorang dan sialnya dia tak pernah menyadari itu. Bertemu dengan Rafa adalah hal paling buruk dalam takdirnya. Dia jahat...