1. Si Neutron

1K 174 199
                                    

Satu-satu, aku coba DM
Dua-dua, akupun membalas
Tiga-tiga, lanjut lewat WhatsApp
Satu, dua, tiga, jadi penyimak story

-Anonim-
....

Suara kendaraan menderu kencang di jalan, terdengar bising di telinga Rania

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suara kendaraan menderu kencang di jalan, terdengar bising di telinga Rania. Lima belas menit tersisa agar Rania bisa sampai di gerbang SMA Venus.

Tinggal berjalan sedikit lagi dan ia akan sampai. Tapi, permasalahannya kali ini berbeda. Di tengah hujan, dengan dirinya yang tidak membawa payung.

Ini hari yang sial! Rania hanya menghela napas gusar sambil duduk tak tenang. Hujan tak kunjung reda. Di halte bus pun ia sendiri dengan udara berhembus sangat dingin.

Dering pesan masuk membuat Rania dengan cepat merogoh saku roknya. Senyumnya mengembang seketika.

Kania
Lo udah sampai di sekolah?

Dengan cepat jari-jari Rania menari di atas keyboard.

Belum. Gue kejebak di halte sekolah karena hujan.

Oke.

Rania berdecih mendapat balasan terakhir dari Kania. Ia pun bangkit dari duduknya dan berdiri di ujung halte. Ada bus yang berhenti di halte yang sedang ia tempati.

Kemudian, laki-laki dengan perawakan tinggi dan tegap disertai sorot datarnya berdiri di samping Rania. Terlihat dirinya yang mengeluarkan sebuah payung dari ranselnya.

Rania terkekeh kecil ketika mendapati payung yang laki-laki itu keluarkan berwarna merah jambu dengan motif polkadot. Untung laki-laki di sebelahnya tidak menoleh.

Detik selanjutnya, Rania menggigit bibir bawahnya sambil memegang erat ranselnya. "Permisi," sahut Rania. Ia menoleh dengan cepat dan memandang Rania penuh tanya dengan tatapan dinginnya seperti cuaca di pagi hari ini. "Sepertinya kita satu sekolah. Boleh kita satu payung?"

Ia memandang Rania selama beberapa menit sebelum akhirnya berujar, "Memangnya gue nggak tahu?"

"Apa?" jawab Rania cepat.

"Lo ketawa karena gue bawa payung ini, kan?" Ia menunjukan payung yang berada di genggamannya dan Rania membulatkan matanya sempurna.

"Hei!" geram Rania. Emosinya seketika tersulut. "Gue nggak ketawa karena lo bawa payung itu! Kalaupun gue bawa payung sendiri, gue nggak akan minta lo buat satu payung sama gue!"

"Oke," jawabnya singkat kemudian memasang earphone ke telinganya. Tanpa pamit, ia berlalu meninggalkan Rania yang menganga bingung.

RAFRAN [COMPLETED] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang