Perbandingan hati aku untuk kamu, yaitu 2:1. 2 untuk aku yang selalu menganggap kamu penting dan 1 untuk kamu yang sedang ghosting.
-Anonim-
....Sinar matahari memasuki celah-celah kamar Rafa yang terhalang oleh gorden berwarna abu-abu. Jam di samping nakasnya berbunyi nyaring yang menandakan pukul enam pagi.
Langsung saja matanya mengerjap menyesuaikan cahaya lampu kamarnya. Dia meraba-raba tempat di sisi kasurnya dan berhasil menemukan ponsel.
Rafa berdecak. Ponselnya mati dan lupa untuk dia isi, karena dirinya pulang dari acara ulang tahun Rania sekitar pukul sebelas malam. Bahkan bajunya saja belum sempat dia ganti karena terlalu kelelahan.
Tapi, sedetik kemudian Rafa tersenyum tipis mengingat Rania yang tersenyum dengan lebar dan melupakan berbagai masalahnya sejenak. Rafa ingin memulai semua hal yang baru dengan Rania. Harus!
Rafa menyampirkan selimutnya dan bergegas membersihkan diri untuk bersiap pergi ke sekolah. Merasa penampilannya sudah rapi, Rafa pun menuruni undakan tangga dan menemukan Geo dan Lucy yang sudah siap di meja makan.
"Pagi Papa dan Tante Bunda," sapa Rafa kepada Geo yang sedang menyeruput segelas susu dan Lucy yang menyiapkan piring.
Geo mengangguk dan tersenyum. "Pagi juga, Raf."
"Pagi Rafa," balas Lucy, "Kamu mau sarapan roti atau nasi goreng?"
Rafa menarik satu kursi di sebelah kiri Geo dan menelisik makanan keduanya. "Roti aja deh, pake selai cokelat kayanya enak."
"Oke, Tante buatkan."
Lucy pun mengolesi beberapa roti tawar dan menaruhnya di piring Rafa. Sedangkan Geo menikmati sarapan dengan nasi goreng.
Udah lama gue engga makan bareng lengkap gini
Senyumnya terukir dengan sempurna. Meskipun, belum tentu Lucy yang akan menjadi bundanya nanti. Tapi, dia berharap siapapun yang menjadi pasangan papanya Rafa akan siap. Rafa tak ingin egois lagi.
Suara ketukan pintu terdengar bersamaan dengan bel rumah berbunyi. Rafa menghentikkan aktivitas memakan rotinya, lalu beralih menatap Lucy.
"Biar Rafa yang buka pintunya, Tante Bunda."
Lucy menggeleng. "Biar Tante saja, kamu sedang sarapan."
"Engga apa-apa, Tante. Biar Rafa lihat siapa yang datang."
Rafa tetap bersikukuh membuat Lucy mengangguk dan tersenyum.
Langsung saja Rafa bangkit dari kursinya dan berjalan menuju ruang tamu. Dia memutar kunci dan membuka pintunya secara perlahan.
Senyumnya kembali terukir. Rania berdiri di depannya dengan menggendong ransel dan seragam yang lengkap untuk berangkat ke sekolah.
Rania bernapas lega. "Hai Rafa," sapa Rania. "Gue ganggu sarapan lo?"
KAMU SEDANG MEMBACA
RAFRAN [COMPLETED] ✓
Dla nastolatkówRania kira, ini hidup dia sesungguhnya. Ternyata salah, ada hal lain yang membuat dirinya terguncang. Ia berada di dunia mimpi seseorang dan sialnya dia tak pernah menyadari itu. Bertemu dengan Rafa adalah hal paling buruk dalam takdirnya. Dia jahat...