35. Tersenyum Adalah Caraku

129 27 5
                                    

Antara peduli atau kasihan, hanya sedikit perbedaan

-Anonim-
....

"Raf, kamu jadi anterin aku ke rumah sakit?" tanya Rania, sambil tersenyum manis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Raf, kamu jadi anterin aku ke rumah sakit?" tanya Rania, sambil tersenyum manis.

Keduanya sedang berada di parkiran sekolah. Tinggal mereka berdua, karena Nada dan Alfy entah kemana. Sedangkan Kania dan Vino mereka pulang berdua.

Rafa mengangguk sambil menyerahkan helmnya. Rania mengambil helm tersebut, namun Violla datang dan berjalan sempoyongan dengan mata yang berkunang-kunang. Terlihat, dia memegang kepalanya.

Violla meraih pundak Rafa, seperti ingin pingsan. Hal itu sontak membuat Rafa cepat-cepat meraihnya, takut Violla terjatuh.

"Lo kenapa?" tanya Rafa khawatir.

"Raf, kepala gue pusing. Tadinya, gue mau pulang sendiri naik bis. Tapi, kayanya gue nggak kuat buat jalan ke halte," lirih Violla membuat Rania tak tega melihatnya.

"Gue pesenin ojek online, ya?" tawar Rafa yang dibalas gelengan kepala oleh Violla. "Gue maunya dianterin sama lo. Lo mau kan, Raf?"

Rafa melirik Rania, hal itu tidak lepas dari pandangan Violla. "Emm ...." Ada jeda sejenak dalam ucapan Rafa.

"Kamu bisa ke rumah sakit sendiri? Atau nggak aku anterin Violla dulu, udah gitu baru aku susul kamu ke rumah sakit. Gimana?" tawar Rafa.

"Loh, Rania kenapa harus sampai ke rumah sakit?" tanya Violla penasaran.

Rania tersenyum canggung. Membicarakan soal penyakitnya kepada orang lain bukan solusi yang baik, tapi tak masalah, karena Violla kini telah bergabung dengannya menjadi sahabat.

"Aku sakit kanker darah, hari ini mau kemoterapi kak," jelasnya membuat Violla mengangguk paham.

"Semangat!" Violla mengangkat tangannya ke udara. "Lo pasti bisa sembuh."

Rania hanya menanggapi dengan senyuman. 

"Ya udah, Rafa, kamu anterin Kak Violla aja. Aku bisa naik angkutan umum kok. Kasian kak Violla." Rania menatap Violla prihatin. "Dia demam kayanya," sambungnya.

"Serius?"

Rania mengangguk dengan cepat. 

"Aku anterin Violla. Kalo ada apa-apa, cepat telfon aku," lontarnya membuat Rania tersenyum walau hatinya terasa sesak.

RAFRAN [COMPLETED] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang