Remember

1.2K 63 1
                                    

Shena nampak melihat pria yang ramah menyalami para pelayat yang baru saja datang. Bahkan ia juga membantu menata kursi dan kegiatan yang lainnya demi kelancaran acara saat ini. Bhanu secara tidak sengaja melakukan kontak mata dengan Shena. Melihat hal itu, pria itu berlari kecil menghampiri Shena yang saat ini sedang berdiri di depan garasi.

"makan dulu" Shena menundukan kepalanya, tidak menatap Bhanu yang sudah menurunkan pandangannya untuk menatap wajah Shena.

"bentar ya, masih banyak tamu" Bhanu membalikan kepalanya untuk menunjukan kegiatan yang harus ia lakukan.

"makan dulu, itu bisa dilanjut nanti" Shena menyatukan kedua alisnya menatap wajah Bhanu.

"tapi masih banyak tamu, aku mau ngeluarin meja tambahan dulu"

"kamu gak capek apa? Kalo nggak makan kamu mau dapet tenaga dari mana?!" Shena meninggikan suaranya, mungkin orang di sekitar mereka mendengar pembicaraan mereka saat ini. Danang yang baru saja menyalami tamu yang datang lantas mendekati Shena dan Bhanu.

"mas Bhanu makan dulu aja sama saya yok, nanti kalau sudah selesai baru bantuin lagi" Danang kemudian menggiring Bhanu yang nampak menghela nafas pelan begitu mendengar ucapan Shena barusan. Mereka meninggalkan Shena yang nampak berdiri mematung sambil menyilangkan kedua tangan di depan dada.

Danang dan Bhanu lantas mulai mengambil makanan dan makan ditempat yang sudah disiapkan Shena dan Wanda tadi.

"maaf ya mas soal nada bicara Shena tadi"

"haha, gak usah minta maaf. Santai aja" Bhanu menyendokan sendok ke mulutnya.

"dari J**** macet tidak mas?"

"Alhamdulillah lancar, lewat jalan daendels soalnya"

"ohh lewat sana, lancar ya kalo gitu"

Shena nampak datang membawa nampak yang berisi sebuah kopi dan sebuah teh hangat lalu menghidangkannya diatas meja makan.

"teh nya enggak aku kasih gula" ucap Shena, ia menatap wajah Bhanu sekilas.

"kopinya gak pake susu kan?" tanya Shena pada Danang.

"thanks Shen" Danang menatap wajah Bhanu kikuk, pria itu tersenyum melihat interaksi antara sepupunya dan pria di sampingnya.

Shena meninggalkan kedua pria itu. Malamnya selepas magrib, masih banyak tamu yang berdatangan termasuk bapak dan bunda dari Bhanu. Ternyata mereka membawa koper dan berniat menginap. Alhasil Fais dan Ivan mencarikan hotel terdekat yang nyaman untuk tempat beristirahat keluarga Sudaryoko.

"Shen, tolong belikan sate pak Kasman ya" ucap Ervina pada Shena yang sedang mengelap piring-piring.

"okay, mana kunci?"

"nih, 1.000 tusuk cukup kali ya buat malem ini?"

"banyak banget.. gak overdosis tuh?"

"ini buat jaga-jaga kalo ada tamu kantor yang dateng. Tamu dari kantormu datengnya besok kan ya?"

"iya, katanya sih gatau juga aku"

"yaudah sono berangkat keburu kemaleman, ati-ati ya"

Shena melangkahkan kakinya keluar, ia melihat Bhanu yang sedang berkumpul dengan bapak-bapak. Ia kemudian mengeluarkan handphonennya dan mengirim pesan pada pria itu untuk menemuinya.

Bhanu yang sudah rapi dengan koko dan pecisnya kemudian keluar sambil menundukan badan saat melewati bapak-bapak yang lebih tua darinya. Ia memakai sandal swallow hijau tua lalu mendekati Shena yang nampak duduk di bangku pelayat.

REKAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang