Sekitar pukul 22.08 Tasya nampak masuk kedalam rumah bersama Agung. Shena yang masih setengah sadar langsung menyambut mereka, ia menyalami ayahnya dan ia juga disalami oleh adiknya.
"mbak, seragamku udah disetrika kan?" tanya Tasya yang sedang duduk di meja makan.
"udah aku taruh dibelakang pintu, buruan cuci muka trus tidur udah malem" teriak Shena yang sedang menata barang bawaan di kamar orang tuanya.
Tasya nampak melihat sebuah paper bag bewarna pink diatas meja makan, melihat bungkusan yang imut itu jiwa kekepoan Tasya bergetar. Akhirnya ia mengeluarkan isi di dalamnya.
"mbak Shen! Hape siapa nih?!" Tasya berteriak, bukan Shena yang datang melainkan ayahnya.
"kenapa sih dek, malem-malem teriak-teriak" ucapnya.
"ini.. ipon siapa nih? Siapa yang beli?" melihat anaknya mengeluarkan dus handphone yang masih tersegel membuat Agung juga sedikit kaget. Ia menghampiri Shena dan mengajaknya ke ruang makan.
"kamu tadi beli handphone? Emang udah gajian?"
"enggak. Kamu ambil ini dari mana?" tanya Shena pada Tasya yang nampak melihat dus handphone itu dari dekat.
"dari dalem sini" tunjuk Tasya pada paper bag pemberian Bhanu.
"ini mah dari mas Bhanu, tadi dia ngasih aku bungkusan ini trus dia nyuruh aku ngebuka pas dia udah pergi. Tapi aku belum sempet buka yah" ucap Shena, ia menautkan kedua alisnya menjadi satu sambil berusaha menjelaskan kronologi pada ayahnya yang nampak sedang berfikir keras.
"berarti, mas Bhanu dong yang ngasih ini buat mba Shena? omaigat omaigat" Tasya menutup mulutnya yang nampak terbuka karena keuwuan ini.
"yah.." Shena mengerutkan keningnya, ia justru menunjukan wajah kebingungan pada ayahnya.
"gak sopan nelfon dia malem-malem. Besok abis kerja kamu ajak dia ketemuan aja kak" ucap Agung. Selepas itu masing-masing dari mereka satu per satu mulai beristirahat.
Keesokan harinya, Shena nampak membawa paper bag pink itu ke dalam mobilnya. Saat istirahat ia menceritakan mengenai bungkusan berisi handphone pada Linda dan Vivi, teman sekantornya.
"wuah.. gila, kerja apa sih dia?" tanya Vivi.
"isilop dia"
"hah isilop?" tanya Linda.
"ahh... polisi? Kalo di balik kan isilop" Vivi akhirnya mengetahui setelah berfikir sejenak.
"ternyata banyak juga ya gaji isilop sampe bisa beliin hape hitz kaluaran terbaru" ucap Linda.
"terus, kamu mo pake apa gimana?"
"kayanya aku mau ketemuan dulu sama orangnya" Shena meyakinkan diri. Malam itu Shena menemui Bhanu di sebuah cafe yang biasa digunakan untuk nongkrong mahasiswa yang letaknya cukup dekat dengan kampus Shena saat menempuh jenjang S1 dulu.
Gadis itu nampak masih menggunakan seragam kantornya namun sudah menggunakan sandal jepit alih-alih sepatu kantornya. Seseorang masuk dengan menggunakan jaket dan celana kain bewarna khaki, ia menundukkan kepala begitu melakukan kontak mata dengan Shena. Mereka duduk berdua di sebuah bangku pojok ruangan, tak lama minuman yang mereka pesan akhirnya datang.
"gak pesen makan?" tanya Shena.
"masih kenyang" jawab Bhanu singkat, ia nampak menikmati interior klasik yang ada di cafe itu.
Shena melakukan ancang-ancang sebelum akhirnya mengeluarkan paper bag bewarna pink pemberian Bhanu. Pria yang ada didepannya saat ini sedikit terkejut dengan barang bawaan gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
REKAH
RomancePart ke 2 dari kisah antara mahasiswi bernama Shelina Agassi & seorang polisi bernama Bhanu Handaru Pramono. 1/11/2020 #sedangdirevisi