Rekah 6.1

1.3K 59 0
                                    

Pertemuan kedua belah keluarga inti antara calon mempelai wanita, Shena dan keluarga dari calon mempelai pria Bhanu segera diadakan. Mereka membahas kelanjutan acara yang akan dilaksanakan setelah kedua putra dan putri mereka telah memutuskan untuk meresmikan dan  melanjutkan hubungan ini ke langkah yang lebih serius.

Seminggu berlalu semenjak pertemuan kedua keluarga inti dilaksanakan, Bhanu saat ini sedang berada di sebuah cafe dekat kantor Shena. Rencananya mereka akan bertemu di tempat itu.

"gimana ketemuan sama bunda kemaren?" tanya Bhanu begitu Shena nampak baru saja menyeruput minumannya.

"emm, ya biasa lah ya. Kalo bunda sama ibu udah ketemu aku cuma jadi obat nyamuk" ucap Shena yang nampak mengingat kembali peristiwa hari kemarin.

"mas Bhanu setuju kan sama tanggal lamaran kita?" sambung Shena.

"setuju-setuju aja" jawab pria itu.

Shena nampak mengangguk pelan, bagaimana caranya memancing pria ini agar bisa mengeluarkan pendapatnya sendiri tanpa harus hanya mengiyakan perkataan dari dirinya?

"kemaren bunda bilang pake wedding plannernya mba Hayu aja, aku sama ibu udah setuju. Jadi nanti dia yang ngurus acara mulai dari tunangan, lamaran, siraman, pengajian sampe akad ke resepsi"

Bhanu menganggukkan kepalanya saat Shena nampak menjelaskan rincian acara yang akan mereka lakukan untuk mendapatkan status sah sebagai suami istri.

"kemaren ibu sama bunda ngasih opsi gitu soal tanggal-tanggal yang mau kita ambil, adat apa yang mau kita pake, sampe ke dekor"

"terus?"

"tapi aku belum kepikiran sampe situ, maksud aku sebenernya udah ada sih beberapa pandangan tapi masih belum fix mau yang mana" Shena nampak membayangkan konsep pernikahan impiannya.

"kalo mas Bhanu ada pandangan gitu gak? kaya mau pake adat apa? Dekornya mau pake konsep apa?"

Bhanu nampak mengundurkan posisi duduknya, ia lalu nampak berfikir keras seperti saat tes ujian masuk sekolah polisi dulu.

"Gini Shen, kalo aku pengennya pake baju nikahan gitu"

Wajah Shena saat ini berubah seperti orang yang mati-matian menahan tawanya mendengar jawaban dari Bhanu barusan.

"lah gimana gak pake baju nikahan orang kita kan mau nikah mas wkwk, kecuali kalo kita mau kartinian tuh baru bisa milih mau pake baju model apa. Mas ni gimana sih askfbwjb wkwk" Shena akhirnya tertawa lepas saat ini, tingkahnya itu membuat pipi Bhanu memerah karena malu dengan perkataannya yang tidak jelas maksudnya itu.

"Sorry maksud aku gini. Kan ada yang nikah pas resepsi si cowo pake jas wisuda pas dulu kelulusan SPN, dan aku nggak mau yang kaya gitu"

"ohh.. trus mas Bhanu maunya pake apa?"

"ya yang biasa, beskap apa-apa ya namanya"

"jadi pas resepsi mas Bhanu mau pake beskap biasa? Tradisional gitu kan?"

"iya gitu"

Shena mengangguk lalu mencatatnya di sebuat buku kecil pemberian bunda. Gadis itu curi-curi pandang dengan pria di depannya yang nampak asyik melihat kegiatan menulis Shena saat ini.

Shena menutup buku kecil itu, ia meletakan dagunya diatas kedua punggung tangan lalu tersenyum simpul kearah pria yang saat ini menatapnya dengan tatapan bingung.

"udah nyatetnya?" tanya pria itu.

"aku gamau buang waktu cuma buat kaya gini, penggenya quality time sama kamu" ucap Shena, gadis itu agaknya terlalu menyayangkan waktunya terbuang untuk membicarakan acara lamaran mereka dari pada untuk menikmati waktu kebersamaan yang sudah mulai jarang mereka nikmati.

REKAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang