Jadi satu

1.2K 64 0
                                    

Shena segera menurunkan Kenzo dan Yupik dari atas motor, kedua anak itu segera berlari meninggalkan Shena dan Bhanu. Bhanu memberikan kunci pada Shena, ia juga merapikan rambut petaknya lalu memasang kembali peci ke kepalanya.

"Shen, batreku lowbat" ucap pria itu sambil berjalan.

"mana hapenya, biar aku cas didalem"

Pria itu memberikan hpnya yang ternyata sudah berbeda dengan yang dulu, hal itu wajar karena hp terakhir yang Shena tau adalah merek Samsung dan sekarang pria itu sudah berganti merek menjadi iphone.

"kabelnya bawa gak?"

"dimana ya, kayaknya masih di tas bunda"

"yaudah ntar aku yang ambilin" Shena memisahkan diri dengan Bhanu, gadis itu menuju ke halaman belakang rumah tempat dapur dadakan berada. Ia berniat mencari Bu Endang yang membawa cas hp milik Bhanu.

Ia melihat seorang ibu yang menjadi sasaran, ia kemudian mendekatinya dan mengutarakan jika ingin mengambil cas hp Bhanu yang ada didalam tas.

"tasnya didalem kamar sayang diambil aja"

"kamarnya pakdhe Budi Shen" ucap Youra.

Mendengar itu Shena segera undur diri dan masuk ke dalam rumah menuju kamar pakdhe Budi. Sebuah tas kulit cokelat tua berada di sana, ia kemudian membukannya secara perlahan dan menemukan sebuah dompet bunga yang cukup besar tempat cas dan powerbank berada. Ia mengeluarkan cas bewarna putih. Gadis itu kemudian mengecas hp Bhanu di kamar neneknya, karena semalam kemarin Shena juga tidur disana.

Ternyata hp Bhanu mati total, dan ketika dihidupkan alangkah terkejutnya Shena melihat sebuah panggilan telfon masuk dan notifikasinya nampak di layar hp.

"Okky?" ucap Shena.

Setelah mempertimbangkan banyak hal, gadis itu memutuskan untuk mengangkat telfon yang saat ini masih terpampang di layar hp.

"assalamualaikum mas Bhanu" ucap suara diujung telfon.

"waalaikumsalam, maaf mas Bhanu lagi diluar"

"oh gitu, maaf saya lagi bicara dengan siapa ya?" tanyanya, suaranya sangat halus namun tegas.

"dengan Shena, saya panggilin orangnya dulu ya mbak" ucap Shena, ia sudah celingukan menatap keluar kamar.

"oh enggak usah, nanti aja saya telfon lagi"

"Eh gapapa, bentar doang kok"

"enggak usah mbak Shena, minta tolong aja nanti disampein kalo tadi saya telfon"

Setelah itu panggilan berakhir, Shena memiringkan kepalanya dan bingung dengan identitas si penelfon. Ia duduk dipinggir ranjang sambil terus berfikir.

"jangan-jangan, dia cewenya mas Bhanu?" ucapnya pelan,

"yakali mas Bhanu punya cewek gak ngomong dulu ke aku hahaha"

"eh btw emang gua siapanya dia? Ngapain juga dia kudu lapor kaya begituan ke gua?" Shena baru teringat sesuatu yang sangat penting, ia baru sadar jika Bhanu bukanlah siapa-siapanya lagi kini.

"dasar bucin"

Shena menengokkan kepalanya ke sumber suara yang berada di pintu kamar. Tasya sudah berada di sana sambil menggeleng-gelengkan kepala.

"ngapain lu disitu?"

"nontonin bucin yang cintanya bertepuk sebelah tangan"

"hah? Apaan sih, gajelas lu" ia menggetak kepala adiknya sampai gadis itu meringis kesakitan.

REKAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang