Tanggung Jawab

1.7K 90 0
                                    

"Krystal" panggil Kai.

Krystal masih terdiam tak menoleh, dia terus mencengkram selimutnya.

Kai menepuk pelan bahu Krystal. Krystal memejamkan matanya dan menghela nafasnya. Tubuhnya kemudian berputar menatap lekat wajah Kai.

Kai menjadi sangat gugup saat tatapan Krystal yang seakan ingin mengintimidasinya.

"Maaf.. Aku dan kau.. Aku—"

Krystal menarik sudut bibirnya hingga tersenyum.

"Tak usah kau sesalkan atau mengatakan sesuatu Kai, kita melakukannya sama-sama dalam keadaan sadar tadi. Lagi pula kau tak usah merasa bersalah kepadaku, karena aku bukanlah seorang gadis yang kehilangan mahkotanya, aku sudah pernah ternoda sebelumnya. Malah aku yang harusnya meminta maaf kepadamu, karena kau melihat tubuhku yang menggigil tadi kau malah memberikan keperjakaanmu kepadaku tadi. Maaf"

Entah mengapa lidah Kai terasa kelu saat mendengar itu, dia semakin merasa bersalah.

Dia hanya terdiam dan menatap tubuh Krystal. Krystal duduk, dia mulai memunguti pakaiannya. Dengan santainya dia memakai pakaiannya di depan Kai.

Kai berusaha untuk mengalihkan pandangannya saat melihat kembali tubuh polos Krystal yang amat menggodanya.

Setelah Krystal selesai memakai kembali pakaiannya, dia menoleh ke belakang dan menatap Kai.

"Hei.. Apa kau masih ingin seperti itu? Pakailah pakaianmu dan antar aku pulang. Lagi pula hujannya sudah reda, kan?" ucap Krystal dengan bola matanya yang tertuju menatap celah di gubuk itu.

Kai memakai kembali pakaiannya, Krystal memutar tubuhnya saat Kai memakai pakaiannya hingga dia tak bisa melihat tatto di lengan kanan Kai.

***

Krystal sedari tadi menyandarkan kepalanya di jendela mobil, tatapannya selalu tertuju pada bahu jalan.

Sesekali Kai menoleh dan semakin merasa bersalah kepada Krystal.

Untuk kedua kalinya Kai melakukan hal itu lagi kepada Krystal, walaupun mungkin yang semalam tujuannya berbeda. Tapi dia merasa jika dirinya masihlah seorang pria brengsek.

"Hiks.. Hiks.. Hiks"

Kai menoleh saat mendengar suara isakan tangis Krystal. Dia menatap Krystal yang menutupi wajahnya dengan telapak tangannya.

Kai bingung, dia segera menepikan mobilnya di bahu jalan.

"Krys.. Ada apa?" ucapnya sambil menepuk bahu Krystal.

Krystal menggeleng, namun telapak tangannya masih menutupi wajahnya. Kai memegang telapak tangan Krystal untuk tak menutupi wajahnya. Kai menangkup wajah Krystal dan mengusap airmata yang membasahi pipi Krystal.

Manik mata mereka saling menatap lekat. Kai menggelengkan kepalanya dan menarik kepala Krystal, dia mendekap erat gadis itu.

"Sudah.. Ku mohon jangan menangis, maafkan aku"

Tubuh Krystal masih bergetar, dia masih sesenggukkan.

"Ssttt.. Sudah.. Sudah"

Krystal mendongakkan kepalanya, berusaha untuk melepaskan dirinya dari dekapan Kai.

"Ada apa? Apa karena aku kau menangis?"

Krystal menundukkan kepalanya dan menggeleng.

"Lalu?"

"Entahlah Kai.. Aku merasa hidupku benar-benar telah hancur dan sudah tidak berguna lagi. Impianku hancur, aku kehilangan ibu dan juga kekasihku. Tak ada lagi harapan untukku bahagia, jika bukan karena kakak-kakakku mungkin aku tak akan kuat untuk menjalani hidup yang sangat pilu ini, aku tak bisa membayangkan jika nantinya ayahku mengetahui tentang keadaanku, pasti dia akan sangat marah dan mengusirku, dia pasti sangat kecewa"

MY JOURNEYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang