Chapter 8 🌿

150 12 2
                                    

Author pov

Seperti biasa si gadis pemalas itu masih meringkuk di atas kasurnya, padahal jarum jam sudah menunjukan pukul 06.30. kebiasaan buruk ini cukup membuat kakanya sedikit geram pada adiknya ini, siapa lagi kalau bukan Bella.

Walaupun tidak tega tapi David harus segera membangunkan Bella untuk sekolah, ia tidak ingin jika Bella menjadi pemalas dan hanya berpangku tangan padanya nanti jika sudah dewasa. David begitu sayang pada adiknya ini...ya walaupun kadang Bella bertindak tidak sopan padanya, mungkin ini efek menjadi anak broken home.

David menatap adiknya lekat lekat, wajah cantik itu mengandung jutaan derita dan kepedihan di dalamnya. Menjadi anak orang kaya bukanlah impiannya. Sebuah keluarga harmonis dengan kedua orang tua dan kasih sayang itulah impiannya yang hanya jadi angan angan.

Ayah yang ambisius terhadap harta dan seorang ibu yang berkhianat karena tidak pernah diperhatikan membuat kedua orang tua mereka berpisah.

Karena dua alasan kali ini ia membangunkan Bella lebih hati hati,
yang pertama dari raut wajahnya ia tau bahwa adiknya sedang lelah, dan yang kedua karena ia tidak ingin kena amuk Bella yang terusik karena ia telah mengganggu mimpi indahnya.

"Bell, bangun" kata david cukup singkat sambil menepuk pipi Bella pelan.
Karna belum berhasil ia mengulanginya sekali lagi

"Bell sekolah bell"

Keajaiban terjadi...
Biasanya gadis ini susah dibangunkan, tapi kali ini hanya dengan suara sedikit lembut yang diberikan David, ia berhasil membangunkan Bella. Bella mengerjapkan matanya berkali kali, mencoba mengumpulkan kesadaran,dan bangun dari alam bawah sadar.

"Ngapain disini" tanya Bella sambil mengucek mata

"Bangunin lo lah...itu udah setengah tujuh"

"Oh"

"Oh doang, cepetan mandi gih, atau mau gue mandiin" kata David menggoda dan dibalas oleh Bella dengan raut wajah jijik.

"Ih, ogah emangnya gua anak kecil apa!" kata Bella, sambil beranjak dari kasurnya dan berjalan menuju kamar mandi.

Setelah selesai dengan urusanya,Bella segera turun ke bawah untuk sarapan, ia tidak bisa membayangkan hidupnya tanpa David. Baru saja ia memikirkan David ia menemukan orang itu sedang menikmati sarapannya, cowok tinggi itu sedang melahap roti dengan selai cokelat ditemani dengan segelas susu.

"Tumben belum berangkat" tanya Bella sambil menarik kursi untuk duduk

"Ya...gapapa sih, pengen nungguin lo aja" jawabnya sambil tersenyum

"Hah nungguin?gak biasanya lo nungguin gue, biasanya aja ninggal"

"Karna hari ini gue pengen berangkat sama lo"

"Kesambet setan apaan lo hari ini bang,nanti kalo lo telat gimana?"

"Enak aja kesambet setan, justru itu, gue pengen temenin lo kalau nanti lo dihukum, gue pengen ngerasain dihukum tu kaya apa gue juga pengen ada disisi lo bell, biar gue bisa njagain lo dan gue pengen ngerasain apa yang selama ini lo rasain" jawabnya dengan sedikit halus

"Idih...pagi pagi udah bucin, habis kejedot apaan lo bang hari ini bisa ngomong kaya gitu, kata kata lo puitis banget"

"Gue sayang sama lo Bell, cuman lo satu satunya orang gue punya."

"Terus barisan para mantan itu lo anggep apa?"

"Udah ah gue mau berangkat, cepetan habisin sarapannya gue tunggu di mobil" suruh David

"Hmmm"

Karna tak ingin kakanya menunggu lama ia segera menghabiskan sarapannya dan berlari keluar rumah menuju mobil David.

Fake SmileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang