21

8 0 0
                                    

Author's POV--------------------

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Author's POV
--------------------

Di dalam kamar dengan penerangan yang redup, Kim Seokjin terlihat rapuh. Dia cukup menahan kesedihannya sejak lama. Masalah mengenai orang-tuanya yang mulai mengesampingkan dirinya sebagai anak.

Dia hanya merasa hidupnya tidak adil. Kasih sayang orang-tuanya seperti semua diberikan untuk Jimin.

Tiba-tiba air matanya mengalir jika diingat lagi masa kecilnya yang indah. Bolehkah dia kembali lagi ke masa lalu. Jika seandainya ada orang menemukan mesin waktu. Dia merindukan saat-saat dia memeluk Jimin sewaktu kecil. Dia sangat sayang pada adiknya itu.

Kim Seokjin menangis di dalam kamar yang gelap di atas ranjang seorang diri. Tidak ada yang tahu apalagi peduli tentangnya.

Tiba-tiba handphonenya bergetar. Kim Seokjin melirik notifikasinya.

Jiheon: Kau dimana? San Woo merindukanmu.

Kim Seokjin tidak membalasnya. Dia malah tambah menangis.

🤵👰

Jung Hayeon keluar dari kamarnya mengenakan piyama garis-garis berwarna pink. Dia tersenyum singkat ke arah Jimin yang sedang duduk bersama Ben menatapnya dengan senyuman.

Dia mendekati Jimin sambil memalingkan tatapannya ke arah lain lalu duduk disebelah pria itu. Ini sangat canggung.

"Yak, kau kira siapa bisa menciumku dan memelukku seenaknya?" tanya Jung Hayeon tiba-tiba.

"Hmm.. Menurutmu siapa?"

"Molla."

Jimin malah mengangkat Ben tinggi-tinggi. "Menurutmu Aku siapa, Benie?"

"Baboya." Wanita itu mendesis kesal melihat Jimin yang tidak serius menanggapi ucapannya.

"Berani-beraninya Kau menciumku di depan Jo Yuri dan Kim Daepyonim!!"

Wanita itu terus memancing meminta kejelasan dari Jimin. Mendengar Jung Hayeon berteriak, Jimin berlutut memeluk pinggang wanita itu. Wajahnya menengadah menatap Hayeon.

"Ini membuatku bingung." Jung Hayeon memelankan nadanya seperti sedang merajuk. "Apa kau mempermainkanku? Apa aku terlihat seperti seorang murahan?"

"Aku menyukaimu."

"Kenapa?"

"Karena kau membuatku nyaman. Mungkin ketawamu, atau matamu, atau senyummu, bisa jadi juga rambutmu, suaramu, kepribadianmu, dan apapun, itu membuatku jatuh cinta."

Jung Hayeon tersipu malu mendengarnya. Atasannya bisa berbicara seperti ini.

"Apa kau sedang berbicara jujur?"

"Hmm.. Apa menurutmu aku tidak jujur? Hmm Ja, kalau begitu.. " Jimin mengambil koin di kantong celananya. "Let's We make it official. Aku akan melempar koin ini. Jika yang keluar adalah angka, itu artinya i'm yours. Tapi jika gambar yang keluar artinya You're mine."

Lagi-lagi Jung Hayeon dibuatnya tertawa, "Mwoya."

"Aku serius. Ja.."

Jimin melemparkan koinnya dan yang keluar adalah gambar. "See! You're mine!" pria itu tertawa sampai mata sipitnya menghilang.

"Apa kau juga merasakan hal yang sama denganku?" bisiknya sambil menyelipkan rambut Hayeon ke telinga. "Atau ini hanya cinta sepihak saja?"

Jung Hayeon menggeleng. "Bagaimana jika aku menyukaimu? Hanya saja Aku hanya wanita biasa bukan dari kalangan orang kaya."

Jimin terdiam. Mendengar hal ini dia teringat lagi dengan pertunangannya.

"Kenapa orang-orang selalu memikirkan kaya atau miskin? Kenapa tidak memikirkan perasaan masing-masing?"

"Karena Aku mencintaimu. Aku harus memikirkan apakah orang tuamu akan menyukaiku ?"

Jimin tersenyum mencolek hidung Hayeon. Menggoda wanita itu. "Uwu.. Kau sudah memikirkannya. Mereka pasti menyukaimu. Jadi, sekarang apakah kita sudah official?"

Jung Hayeon mengangguk. "Ah, tapi .. Aku ingin kita backstreet di kantor."

"Wae?"

"Aku hanya belum siap karena orang-orang akan menghujatku."

"Siapa yang menghujatmu? Aku akan memberi pelajaran"

"Jebal.." pinta Hayeon sambil menggeleng-gelengkan kepala. Dia hanya tidak ingin kejadian Kang Hyewon terulang lagi.

"Baiklah." Jimin akhirnya mengalah. "Jika itu mau kekasihku." ujarnya sambil mengelus-elus kepala Hayeon. Tiba-tiba perut Jimin berbunyi. Mereka bisa mendengarnya lalu tertawa.

Jung Hayeon's POV
------------------------------
Membayangkannya saja aku tidak pernah. Mengapa Aku bisa menyukainya? Pria yang pernah kutolong waktu itu karena kartu kreditnya di blokir, kemudian dia menjadi atasanku, dan sekarang dia adalah kekasihku.

Kenapa aku menyukainya? Akupun juga masih bingung apa yang menjadi alasan menyukai pria yang sedang menikmati ramyeon dihadapanku ini. Entah kapan, entah dimana, mulai darimana Aku bisa menyukainya? Kepalaku mulai dipenuhi pikiran itu.

Kami duduk berdua di ruang tamu sambil menonton tv setelah Jimin menghabsikan makanannya. Dia menyandarkan tubuhku di dadanya sambil memelukku.

"Rasanya aku tidak ingin pulang." bisiknya.

"Kita akan bertemu besok di kantor."

"Aku akan merindukanmu setelah ini." ucapnya sedikit frustasi karena waktu menunjukkan sudah malam. Tanpa diduga dia mengecup bibirku singkat.

Pria itu menatapku sebelum meninggalkanku. Senyumnya mengembang membuat mata sipitnya menghilang.

Senyum kecilmu ketika melihatku
Seperti kegembiraan yang membuatku tidak terbiasa
Dalam kehidupan sehari-hariku yang biasa saja
Seseorang membuatku tetap hidup

Senyum kecilmu ketika melihatkuSeperti kegembiraan yang membuatku tidak terbiasa Dalam kehidupan sehari-hariku yang biasa sajaSeseorang membuatku tetap hidup

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

aheemmm
sesak napas buatnyaaa loh
dengan keterbatasanku menulis hanya bermodalkan handphone. Maklum sejak menikah semua gadget aku rusak 😂
Oke Guys, mohon berikan komentar anda yaaaa mengenai tulisan ini.

Desired Marriage [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang