Tiga

6K 457 5
                                    

Aku beranjak dari bangku halte dekat gedung kantor saat mobil berwarna putih berhenti di depanku.

Aku membuka pintu mobil pelan, dan langsung duduk di samping kursi kemudi.

"Gaji lo berapa sih? Mau aja lembur-lembur sampai jam segini." Aku berdecak mendengar pertanyaan Saka.

Ya, sebelum pulang aku memang sempat meminta Saka untuk menjemput di kantor. Berhubung aku tidak memiliki kendaraan apapun untuk pulang- pergi ke kantor selain angkutan umum. Dan jam segini mana mungkin ada angkutan yang lewat.

"Ini bukan perkara gaji. Tapi pengabdian." Ujarku cuek.

"Gila!" Serunya.

"Udah makan?" Aku menggeleng.

"Lupa, soalnya kerjaan gue numpuk banget." Saka tidak menanggapi.

Tidak lama kemudian, mobilnya berhenti di depan sebuah rumah makan.

"Mau ngapain? Gue udah ngantuk banget pengen pulang!"

"Gue laper. Lo mau ikut turun atau enggak ya terserah. Yang jelas gue mau ngopi sama makan dulu." Aku mendengus, tanpa basa-basi lagi aku mengikuti langkah Saka ke dalam rumah makan.

"Pak, nasi goreng dua ya! Kopi satu sama jeruk angetnya satu." Saka menyebutkan pesanan tanpa bertanya padaku tentang apa yang ingin ku makan. Tapi ya sudah, nasi goreng tidak buruk juga.

"Siap mas." Kita duduk di meja paling pojok.

"Gue selama ini udah baik sama Lo, tapi lo ingkar janji sama gue." Aku tersentak.

"Maksud Lo?"

"Katanya Lo mau kasih nomor adek lo, Gue tunggu-tunggu gak pernah Lo kasih!" Aku sontak tertawa mendengar protesan Saka.

"Lo ngapain sih ngebet banget pengen kenal sama adek gue!"

"Ya Lo pelit banget, temenan lama tapi gue gak pernah diijinin kenal sama adek lo yang cantik itu."

"Gila!" Sarkasku sambil tertawa.

"Asal Lo tau ya! Gue gak akan biarin adek Gue dideketin sama playboy kaya Lo." Saka memutar bola matanya jengah.

"Berapa kali sih gue harus bilang sama Lo, kalo gue ini bukan playboy. Cewek yang deketin gue sih banyak. Tapi gak ada yang gue suka."

"Nah itu! Lo bilang gak suka tapi lo jelajahin mereka semua."

"Gini ya Ca, kucing kalo dikasih ikan asin siapa yang gak tertarik!"

"Nah, mereka nyodorin ke gue. Rugi kalo nggak diembat."

"Parah Lo! Gila. Pokoknya adek gue jangan sampai deh sama Lo. Ntar jadi mangsa lo selanjutnya. Gue gak mau!" Saka berdecak.

"Monggo mas, mbak makanannya. Silahkan dinikmati."

"Makasih pak!" Jawab Saka dan Aku bersamaan.

"Gue kurang baik apa coba?"

"Baik aja gak cukup Ka! Gue mau adek gue dapet orang yang bisa jaga dia luar dalam, hati maupun fisiknya. Lo tau kan apa yang terjadi sama gue, dan gue gak akan biarin Aya dideketin sama laki-laki brengsek."

"Gue bukan Abian kali Ca."

"Sejenis! Lo kan temennya."

"Buktinya selama ini gue deket sama lo. Temenan kemana-mana gue nggak pernah ngapa-ngapain lo kan?"

"Lo jijik kali sama gue!" Ujarku dengan tawa hambar.

"Ngaco Lo." Setelah itu kita saling diam.

The Best Man Ever!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang