Tujuh Belas

4.9K 399 8
                                    

Kita Flashback bentar ya!

Hiks..hiks!

Gue terpaksa bangun saat mendengar suara sesenggukan dari kamar sebelah.

Brengsek, siapa yang berani masuk ke apartemen pagi-pagi begini.

Menoleh ke arah jam dinding sekilas, mendapati jarum jam menunjuk angka delapan.

Shit! Masih pagi.

Biasanya kalau libur kuliah gini, gue akan bangun jam sebelas siang atau tiga sore.

Gue berjalan keluar kamar, menuju kamar sebelah tempat dimana suara itu berasal.

Pintunya sedikit terbuka, gue melihat dari celah dan sangat terkejut saat mendapati seorang gadis yang tengah menangis dengan posisi duduk membelakangi arah pintu.

Brengsek! Jangan-jangan semalam gue nyulik cewek, gue macem-macemin sampe dia nangis kejer kaya gitu!!

Nggak..nggak mungkin, atau jangan-jangan itu cewek yang sering main sama gue. Dia hamil anak gue? Kesini mau minta pertanggungjawaban? Shit! Gak mungkin. Senafsu-nafsunya, gue selalu inget harus main aman.

Otak gue berfikir keras mengingat kejadian semalam. Pengaruh alkohol malam tadi masih sangat kuat sampai gue tidak bisa mengingat apa-apa.

...........Akhhhh!" Pekikan dan teriakan lemah itu nyaring terdengar.

Suara erangan berkali-kali begitu mengepakkan telinga saat sosok laki-laki bajingan itu dengan brutal menggagahi si perempuan........

Abian brengsek!

Sedikit demi sedikit, gue mulai ingat kejadian semalam. Dimana para alumni diundang ke acara pesta perpisahan sekolah. Dan gue salah satu alumni yang menyempatkan diri datang kesana.

Gue berangkat dengan para alumni lain yang saat itu sudah duduk di bangku perkuliahan.

Setelah pesta hampir selesai, gue udah mulai teler karna kebanyakan minum. Gue memutuskan untuk pergi ke kamar mandi. Belum sempat sampai disana, suara teriakan perempuan menarik perhatian.

Gue berjalan menyusuri gudang mencari sumber suara. Dalam keadaan setengah sadar, gue sangat terkejut mendapati Abian teman sekelas gue di jaman SMA melakukan tindakan bejat itu. Ironisnya dia memperkosa Eca, pacarnya sendiri.

Saat itu, gue memang tidak terlalu mengenal Eca. Tapi gue tau nama dia, kita sering kumpul bersama saat Abian sengaja mengajak Eca kalau ada acara.

Bohong kalau waktu itu nafsu gue tidak membara. Melihat Abian menikmati kegiatannya.

Beruntung jiwa bejat gue tidak muncul ke permukaan. Tidak tahan melihat bagaimana tersiksanya Eca, gue langsung menyerang Abian dengan membabi buta.

Mendapati Abian sudah terkapar, gue langsung membawa Eca keluar dari gudang menuju mobil.

Satu hal yang gue pikirkan saat itu adalah membawa Eca pergi ke tempat aman, meredakan tangis histerisnya lalu mengantar pulang.

"Lo gak pa-pa?" Dia menoleh dengan takut-takut.

"Kak Sa-Saka?" Aku menatap nyalang ke arahnya. Oh dia tau nama gue ternyata!

The Best Man Ever!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang