Enam

4.5K 398 6
                                    

"Haiii!" Sapa Saka dengan semangat saat pintu rumah sederhana itu terbuka lebar.

Seseorang yang tengah membuka pintu itu hanya berdiri sembari menatap jengah pada sosok di hadapannya.

"Lo ngapain sumringah banget!" Tanya Eca dengan nada malas.

"Suruh gue masuk dong Ca!" Eca berdecak, baru saja akan menjawab, tapi ucapan seseorang dari dalam rumah menginterupsi.

"Eh ada Saka?"

"Sore tante," Jawab Saka sembari menyalami tangan Sani, mama Eca.

"Kamu kemana saja? Lama nggak main kesini, masuk Ka." Ujar Sani mempersilahkan.

"Ma, kita ngobrol di depan aja deh!" Sahut Eca.

"Loh jangan dong, di luar basah lantainya. Masuk aja kayaknya mau hujan lagi."

Saka terkekeh dan menatap jahil ke arah Eca, langkahnya mantab memasuki ruang tamu mengikuti Sani yang berjalan di depannya.

"Adek lo mana??" Tanya Saka dengan nada sangat pelan sambil berbisik di samping Eca.

Lagi-lagi Eca berdecak.

"Ma, ini kuenya aku taruh piring ya!" Suara teriakan Aya dari arah dapur membuat Saka mengerjapkan matanya.

"Nah! Saka kenalin ini Aya, adeknya Eca. Kamu baru pertama kali ya ketemu sama dia?" Sahut Sani saat Aya mendekat ke arah mereka bertiga.

"Hallo kak, aku Aya." Aya memperkenalkan diri, menampilkan senyum ramahnya.

Dengan senang hati Saka membalas jabatan tangan Aya.

"Saka," Jawabnya.

"Saka, duduk dulu biar tante bikinin minum."

"Nggak usah repot-repot Tan,"

"Nggak pa-pa,"

"Ma, biar Eca aja yang bikin." Seru Eca saat Sani hampir beranjak.

"Oh ya sudah, Mama siapin makan buat papa ya." Eca mengangguk.

"Ya, temenin kak Saka ngobrol dulu," Aya menurut sedangkan Eca segera beranjak ke arah dapur.

"Dicicipi kak, ini Aya tadi belajar bikin kue sama mama."

"Wahh bagus dong!" Saka mengambil satu potong dan mencicipinya.

"Enak banget Ya! Berbakat kamu." Puji Saka

"Hhe makasih kak." Aya tampak senang.

Tidak berlangsung lama, Eca meletakkan segelas kopi di atas meja.

"Minum gih mumpung masih panas." Ucap Eca lagi-lagi dengan nada jutek.

"Yang lembut dikit kek!" Celetuk Saka yang membuat Eca semakin mendengus.

"Silahkan diminum Abisaka Hendra Pranata yang terhormat." Saka menatap geli ke arah Eca yang terlihat jengkel padanya.

"Nggih ndoro!"

"Buruan dihabisin, bentar lagi maghrib. Lo harus segera pulang." Eca memperingatkan.

"Ya ampun Ca, baru juga dateng. Pelit banget lo."

"Kenapa kak Saka nggak sekalian makan malam disini aja kak?" Sahut Aya.

"Nah iya tuh, kenapa gue nggak disuruh makan malam disini sekalian Ca?" Tanya Saka dengan nada yang menyebalkan.

"Duhh jangan deh Ya, Si Saka kalo makan banyak banget." Tolak Eca

"Nasi kita kan banyak kak," Kilah Aya lagi.

"Lah, dia di rumah juga punya banyak nasi! Udah gak usah, sebelum maghrib pokoknya lo harus udah pulang!" Eca tetap ngotot.

"Iya, iya. Ntar sebelum maghrib gue pulang. Ini masih ada waktu setengah jam."

Akhirnya Eca memilih diam.

"Terus gimana Ya rencana magangnya?" Saka melanjutkan obrolannya dengan Aya yang sempat terjeda.

"Belum tau sih kak, baru cari-cari tempat."

"Kan kemarin kakak ngajak kamu di kantor tempat kak Eca kerja aja Ya," Eca ikut menimpali.

"Aya sih pengennya yang langsung terjun di lapangan aja sih kak, kalo di kantor kak Eca lebih banyak di dalam ruangan."

Saka mengangguk paham.

"Jurusan kamu apa sih?" Tanyanya kemudian.

"Ekonomi kak, Aku berharapnya dapat tempat magang yang bisa langsung terjun sesuai jurusan. Kaya riset pasar gitu."

"Aku ada beberapa teman yang punya perusahaan kaya gitu Ya, kalo kamu mau besok kakak bantuin cari tempat magang."

"Nggak ngerepotin kak?"

"Enggak lah Ya, santai aja! Mau mulai kapan?"

"Kalau bisa sih dua minggu ini udah dapat kak, aku mulai magang akhir bulan."

Eca hanya memfokuskan dirinya pada ponsel yang sedari tadi dia pegang.

Sesekali menyahuti ucapan Aya dan Saka seperlunya.

"Kak Eca, Aya boleh kan cari tempat magang sama kak Saka?"

"Terserah kamu aja Ya," Jawab Eca lalu meletakkan ponselnya di atas meja.

"Oke deh, besok kasih kabar aja kalo udah mau cari tempat." Ujar Saka.

"Kakak boleh minta nomor Whatsapp kamu nggak? Biar gampang nanti kalo mau kasih kabar,"

"Boleh kak!" Aya segera mengetikkan nomor ke dalam ponsel milik Saka.

"Ya udah kalo gitu aku pamit pulang," Lanjut Saka yang entah pamit pada Aya atau Eca.

Tapi kalau didengar dari ucapannya pakai 'Kamu', itu artinya memang pamit pada Aya.

Saka sudah beranjak dari kursi diikuti Eca dan Aya.

"Hati-hati kak, Aya langsung masuk ya mau bantuin mama packing pesanan." Ucap Aya saat sampai di ambang pintu rumah.

Saka tersenyum lalu mengangguk.

"Adek lo cantik banget gilak!" Serunya ke arah Eca yang hanya menatapnya jengah.

"Terus kenapa kalo dia cantik?!"

"Gue bisa langsung suka gitu sama Aya," Saka terkekeh.

"Lo baru pertama kali lihat dia udah bisa bilang suka?! Dasar playboy." Saka sontak tertawa.

"Gue udah tepatin janji buat kenalin lo ke Aya. Awas aja lo macam-macam sama adek gue!" Ucap Eca penuh penekanan.

"Lo bisa percaya gue kali Ca,"

Eca menghela nafas pelan, sedikit rasa lega hadir di dalam hatinya.

Hanya sedikit, karna sebagian rongga pernafasannya mendadak sesak. Mungkin ada perasaan asing yang tiba-tiba hadir karna untuk pertama kalinya Eca memberikan satu kepercayaan pada seorang laki-laki untuk menjaga sang adik.

Sungguh suatu hal yang berat bagi Eca, tapi dia sangat sadar mengekang sang adik bukanlah suatu kebaikan.

"Ca, lo ngalamun?" Lamunan Eca mendadak buyar mendengar teguran Saka

"Eh, enggak! Gue cuma agak ngantuk aja." Kilahnya.

"Ya udah gue balik dulu,"

"Dan jangan heran kalo gue akan lebih sering datang kesini buat ketemu Aya." Lanjutnya.

"Hemm! Terserah. Udah sana pulang!"

Setelah itu Eca benar-benar masuk ke dalam rumah sedangkan Saka sudah berlalu dengan mobilnya dari halaman.

The Best Man Ever!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang