Dua

7.2K 458 5
                                    

"Akhhhh!" Pekikan dan teriakan lemahku tidak dipedulikan.

Aku mengerang, berkali-kali melakukan perlawanan tapi berkali-kali juga aku gagal.

Satu harta berharga dari hidupku berhasil direnggut bajingan itu.

Pandanganku menggelap, saat dia menyudahi permainannya. Dia hampir beranjak dari tubuhku sesaat setelah menyiram benihnya ke dalam rahimku.

Bugh!!

Aku sontak membuka mata lebar-lebar saat suara bogeman keras terdengar.

Bajingan itu terkapar lemah di sampingku. Entah siapa pelakunya, tapi seseorang itu terus memukul dengan membabi buta.

Sesaat aku termenung, sembari mengumpulkan sisa-sisa tenaga. Aku beranjak untuk duduk dan membenahi pakaian yang sudah robek sana-sini.

Air mataku tidak berhenti mengalir, aku bergetar hebat saat seseorang tadi mengangkat tubuhku pergi dari ruang gelap itu, dan membawaku ke dalam mobilnya.

"Lo gak pa-pa?" Aku menoleh dengan takut-takut mencoba mengenali suara seseorang yang tengah duduk di sampingku.

"Kak Sa-Saka?" Aku menatap nyalang ke arahnya.

Dia hanya terdiam.

"Gue nggak sengaja denger teriakan lo pas jalan ke kamar mandi. Dan gue gak nyangka Abian tega ngelakuin hal kaya gini, ke Lo yang ironisnya pacar dia sendiri."

Tubuhku lagi-lagi bergetar hebat, tangisku pecah dengan segala perasaan yang bercampur aduk di dalam hati dan pikiranku.

"To-tolong jangan bilang ke siapa-siapa tentang ini kak.." Pintaku lemah.

"Gimana kalo lo hamil?" Aku menggeleng frustasi.

"Nggak! Nggak mungkin, aku nggak akan hamil kak. Aku pastikan aku nggak akan hamil."

"Gue anter lo pulang." Aku menggeleng.

"Jangan, aku nggak mungkin pulang dengan keadaan kaya gini kak, hiks.."

"Terus lo mau kemana?" Aku diam karna memang tidak tau harus menjawab apa.

Pikiranku kacau, satu hal yang ada di pikiranku saat ini adalah keputusasaan.

Aku menatap nyalang ke arah gunting yang ada di sebelah stir mobil milik kak Saka.

Aku meraih dan menggenggamnya kuat-kuat.

"Lo jangan gila ya! Kalo mau mati jangan disini. Lo pikir gue beli mobil nggak pake duit. Kalo lo mau bunuh diri disini otomatis gue harus ganti mobil baru biar arwah lo gak gentayangan di mobil gue!" Kak Saka langsung merebut gunting tadi dari tanganku.

Air mataku lagi-lagi turun. Tidak lama kemudian, kak Saka melajukan mobilnya. Entah dia akan membawaku kemana.

Tepat tiga puluh menit kemudian, kita berhenti di kawasan apartemen. Kak Saka membawaku masuk, aku nggak tau apartemen siapa yang akan dia kunjungi.

"Malam ini, lo tidur disini aja. Ini apartemen gue. Dan jangan coba-coba bunuh diri disini." Dia membawaku masuk ke dalam kamar.

"Ini kamar tamu, kalo ada apa-apa cari gue di kamar sebelah. Di lemari itu ada kaos-kaos dan celana yang bisa lo pake. Dan inget jangan coba-coba bunuh diri!" Pesannya sekali lagi.

Aku mengangguk patuh, lalu menutup pintu kamar. Mematikan lampu dan menangis sejadi-jadinya.

Malam yang seharusnya menjadi malam mengesankan, justru membuatku bersemangat untuk mengakhiri hidup.

Ini adalah malam perayaan kelulusan. Semua siswa dan siswi SMA juga para alumni hadir untuk memeriahkan acara.

Abian Sastranegara, adalah pacar pertamaku. Kita menjalin hubungan saat masih sama-sama berada dalam satu almamater.

Dia satu tingkat di atasku. Aku kelas dua, dia kelas tiga. Saat Abian sudah lulus dan melanjutkan kuliahnya di luar negri, kita masih menjalin hubungan. Atau biasa disebut dengan LDR.

Malam ini dia datang, dengan senang hati aku menyambut kedatangannya. Setahun sudah kita tidak berjumpa aku pikir ini saat yang tepat untuk melebur rasa rindu. Tapi sayang, tiba-tiba dia datang dengan kondisi yang berantakan, dari penampilannnya aku tau dia berada dibawah pengaruh alkohol. Tanpa sapaan hangat dia langsung menarikku ke arah gudang gelap di samping gedung sekolah dan melakukan tindakan laknat itu.

_________

Kurang lebih, lima tahun lalu kejadian kelam itu terjadi. Pengalaman pahit yang hadir di tengah-tengah kenyamanan hidupku dan merusak semua hal yang aku cita-citakan.

Beruntung aku bertemu Saka. Teman satu angkatan Abian yang menyelamatkanku dari masa suram yang hampir membuatku berniat untuk mengakhiri hidup.

Sejak Saat itu, aku dan Saka berteman. Dia tidak mau ku panggil dengan embel-embel 'Kak'

"Nggak usah pake kak! Gue bukan kakak Lo."

Setelah malam itu, aku masih menginap di apartemen Saka. Sampai dua minggu lamanya, kebetulan dia tinggal sendiri, Ibunya sudah meninggal saat Saka masih kecil. Sedangkan sang ayah menikah lagi dan tinggal di Batam dengan istri barunya.

Dia dengan baik menampungku dan memberikan kehidupan layak selama aku tinggal di apartemennya.

Sikap gokil dan ceplas-ceplosnya, membuat kita semakin akrab dari hari ke hari. Saka juga menyimpan rapat-rapat rahasia tentang tindak pemerkosaan yang Abian lakukan. Awalnya dia berniat membawa kasus ini ke kepolisian. Tapi aku melarang, aku tidak mau perkara ini semakin panjang yang beresiko membuat pertemanan Abian dan Saka menjadi renggang. Meskipun memang sudah renggang sejak malam itu.

Aku mengatakan pada papa dan mama jika aku ikut pelatihan kerja di luar kota dengan jadwal dadakan. Aku memang berbohong, tapi aku tidak yakin  bisa pulang ke rumah dengan kondisi tengah frustasi.

Sampai minggu ke tiga setelah kejadian itu, aku mengalami mual-mual. Apa yang selama ini aku takutkan mungkin saja terjadi.

Saka memaksaku untuk pergi ke dokter kandungan. Aku menolak dengan keras. Tapi dia nekat membawaku kesana. Beruntung aku tidak hamil. Asam lambungku naik karna aku jarang makan, dokter juga mengatakan kalau aku terlalu stres sehingga dampaknya seperti itu. Dua hari kemudian, aku mendapati tamu bulananku.

Aku sujud syukur saat melihat darah di celanaku. Ya Tuhan sedikit pencerahan untuk hidupku datang.

Baru setelah itu, aku memberanikan diri pulang ke rumah. Berjanji pada diriku sendiri agar bisa bangkit. Tidak frustasi lagi dan bisa kembali semangat meraih apa yang sudah menjadi impianku.

Sampai sekarang aku tidak pernah tau lagi tentang kabar Abian. Aku memang tidak pernah mencoba mencari tau, bahkan kalau bisa jangan sampai dipertemukan lagi dengan sosok kejam itu.

Dampak dari kisah kelam di masa lalu, sekarang aku tidak pernah lagi berniat membuka hati untuk lelaki manapun. Rasa trauma dan sadar diri tentang kondisiku yang sudah tidak utuh membuatku bertekad untuk menghidupi diriku sendiri tanpa laki-laki manapun selain papa.

Fokusku membahagiakan kedua orangtua, memberi kelayakan hidup pada mereka dan juga menjaga Aya agar tidak menemui pengalaman pahit seperti apa yang pernah aku temui. Dengan tidak membiarkan Aya dekat dengan sembarang laki-laki.

Hanya itu impianku sekarang. Hal lain termasuk urusan hati dan laki-laki, mungkin tidak akan ada di dalam kamus kehidupanku selamanya.  

________________

Yang mau download ebooknya, bisa langsung klik link di bio ya😊😊

The Best Man Ever!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang