Dua Puluh Dua

8.4K 487 33
                                    

Tepat hari ini, pengucapan janji suci sehidup semati dalam suasana Ijab Qabul yang sakral.

Dalam persiapan pernikahan yang tidak lama, segala sesuatunya dilancarkan dengan begitu hebat.

Duduk dengan wajah berseri, menjabat tangan kanan Mahesa, dan menatap kedua mata calon ayah mertuanya itu dengan perasaan berdebar.

................"Setelah menikah, rumah tangga akan dibumbui dengan berbagai masalah.." Ucapan Mahesa terjeda.

"Banyak wanita di luar sana yang akan semakin mempesona kita. Apalagi ketika kita pulang ke rumah, lalu menatap penampilan istri yang jauh dari kata modis demi menyelesaikan kewajiban mereka dalam peran istri dan ibu rumah tangga."

"Saya merestui kalian menikah, bukan sekedar memberikan anak perempuan saya kepada kamu. Tapi jauh dari hal itu, segala tanggungjawab Eca akan kamu bawa sepaket dengan orangnya. Apa kamu siap?"

Saka mengangguk mantab.

"Saya akan selalu belajar dan berusaha."

"Saya seorang ayah yang tidak berhasil menjaga putrinya dengan baik. Tapi saya berharap, saya tidak terlambat."

"Dengan segala keinginan sederhana ini, Saya tidak berhenti berdo'a agar berhasil menikahkan Eca dengan laki-laki terbaik di hidupnya kelak."

"Dan saya berharap, itu kamu." Ucap Mahesa dengan nada parau...........

"Bisa kita mulai?" Semua orang mengangguk.

Mahesa menarik nafas pelan,

"Saudara Abisaka Hendra Pranata,"

"Saya nikahkan dan kawinkan engkau, dengan putri saya Freya Mahiswara binti Budi Mahesa, dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan emas 150gram dibayar tunai."

"Saya terima nikah dan kawinnya Freya Mahiswara binti Budi Mahesa dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan emas 150gram dibayar tunai." dengan mantab, lantang, penuh keyakinan dan dalam satu tarikan nafas, kalimat utuh itu mampu diucapkan.

"Bagaimana saksi? Sah?"

"Sah!!"

"Alhamdulillah."

Setelah itu, Eca diijinkan keluar dari ruangannya. Duduk dengan gugup di sebelah Saka yang sedari tadi tidak berhenti menggodanya dengan tatapan jahil.

Selesai acara ijab Qabul, dilanjutkan dengan resepsi sederhana.

Saka dan Eca sepakat untuk tidak mengundang banyak tamu. Lebih ke arah silaturrahmi antara dua pihak keluarga dan syukuran atas pernikahan mereka.

____________

"Kok kamu pucat?" Saka berdiri menyambut Eca yang baru saja keluar dari kamar mandi.

"Kan baru selesai mandi. Ini juga masih kedinginan, wajar kalo pucat." Jawab Eca sembari memalingkan wajah gugup.

Saat ini, Eca dan Saka sudah berada di rumah baru mereka. Setelah acara resepsi sore tadi, keduanya memutuskan untuk langsung pulang ke rumah sendiri. Mahesa dan Barun menyetujui.

"Aku angetin mau?" Saka menggenggam jemari Eca.

Eca berdecak,

"Emang sayur, diangetin!" Serunya membuat Saka terkekeh.

Jujur, Saka tahu Eca grogi berada dalam satu kamar dengan dirinya. Terlihat dari jemari tangan Eca yang mendadak gemetar dan sedikit berkeringat.

The Best Man Ever!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang