Lima

4.9K 401 5
                                    

"Kak Eca beli mobil?" Aku terperanjat saat baru saja memarkirkan mobil di halaman rumah.

Berhubung garasi dipakai untuk pengganti toko kue mama, maka mobilnya aku parkir di depan rumah saja.

"Aya, kamu ngagetin kakak. Kok tumben udah pulang? Biasanya sampe rumah malam hari."

"Nggak ada tambahan tugas, jadi bisa langsung pulang. Kak Eca beneran beli mobil?" Tanyanya sekali lagi.

Aku hanya tersenyum pelan lalu masuk ke dalam rumah.

"Ihh kak Eca! Ditanyain juga." Aya mendengus sembari menyusulku masuk.

Aku menghampiri mama yang sedang menyuapi papa di ruang makan.

Stroke yang menyerang papa saat ini, membuat beberapa bagian tubuhnya mengalami kelumpuhan. Dia juga belum bisa berbicara dengan lancar. Aku berharap, seiring berjalannya waktu terapi yang dijalani papa bisa segera menunjukkan hasil yang baik.

"Sore Ma, Pa!"

"Eca, kamu sudah pulang. Tumben hari jumat sampai jam segini?"

"Iya Ma, tadi Eca ada urusan bentar di luar." Mama mengangguk lalu meletakkan piring kosong di meja.

"Ma, kak Eca beli mobil deh kayaknya." Celetuk Aya yang membuat Mama menoleh ke arahku. Papa pun begitu, hanya sebatas tatapan heran yang mereka tunjukkan.

"Kamu beli mobil?" Tanya mama dengan nada serius.

Lagi-lagi aku hanya tersenyum lalu duduk di samping mama.

Aku mengeluarkan kunci mobil dan menunjukkan pada mama.

"Iya Ma, Alhamdulillah Eca dapat rejeki. Ada bonus dari kantor dan sebagian dari tabungan Eca. Ini buat mama, biar kalo ada pesanan kue banyak mama nggak perlu sewa mobil."

Mama menggeleng pelan.

"Ngapain sih kamu repot-repot kaya gini Ca, harusnya uang itu  ditabung aja untuk masa depan nanti. Biaya buat beli mobil bukan nominal yang kecil loh."

"Tenang aja Ma, Eca masih ada sisa tabungan kok. Pokoknya biar mama semakin mudah bisnis kuenya. Diterima ya ma, maaf belum bisa beliin mobil yang benar-benar baru." Mata mama berkaca-kaca.

"Mama jangan nangis dong!" Ujarku sembari terkekeh. Kemudian mama memelukku dengan erat.

"Makasih ya Ca,"

"Iya ma!" Aku menatap papa yang tersenyum kecil ke arahku. Tangannya berusaha menggapai puncak kepalaku dan mengusapnya pelan.

"Papa cepet pulih ya! Semangat terus terapinya." Hanya anggukan yang mampu papa berikan.

"Ya sudah, Eca masuk kamar dulu, mau mandi."

"Abis mandi langsung makan ya Ca, biar mama nanti yang siapin di meja makan."

"Oke ma!" Aku beranjak ke arah kamar.

"Kak Eca?"

"Apa Aya?"

"Kakak beneran beli mobil dari bonus dan tabungan punya kakak?" Aku terdiam, tidak semudah itu mengarang cerita di depan Aya, dia cukup kritis.

Tapi lagi-lagi aku mengangguk.

"Bulan lalu pas aku minta kiriman uang buat bayar kost sama bayar uang semesteran kakak bilang itu juga dari bonus loh." Aku menggaruk tengkukku.

"Kan bonusnya tiap bulan Aya, kamu kenapa sih nanya begituan."

"Heran aja kak, beli mobil walaupun bekas pasti harganya sampai puluhan juta kan?"

Aku menghela nafas pelan, merasa terpojok akhirnya aku menyerah.

The Best Man Ever!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang