Mencintai

3.3K 240 35
                                    

Kinal mengemudikan mobilnya kembali ke apartemen. Hujan rintik dan lagu sendu yang di putar menambah suram suasana hatinya. Tadi Veranda langsung pergi dan nomernya tidak bisa di hubungi sampai sekarang. Dan malam ini, Kinal harus memberanikan diri untuk bertemu Veranda karena Beby mengabari kalo Veranda sudah sampai di apartemen.

"Mau kemana?" Kinal keluar dari mobil dan mendapati Beby sedang membuka pintu mobil yang di parkir sampingan dengan mobil Kinal.

"Keluar bentar, nanti gue langsung ke unit kak Ve kalo udah balik. Jangan berantem terus." Beby kemudian masuk ke mobil dan melajukannya keluar basement.

Kinal ragu memasukan pin untuk masuk ke unit Veranda. Ia takut Verandanya masih marah. Setelah mengumpulkan keberanian ia akhirnya masuk.

Bau harum masakan menyapa indra penciuman Kinal begitu ia membuka pintu. Kinal mendengar senandung kecil dari arah dapur, dengan perlahan ia melangkahkan kakinya menuju ke dapur.

Langkah Kinal terhenti saat ia melewati meja makan. Ada makanan yang menggoda mata Kinal. Mendoan, atau tempe goreng di balut tepung, favoritnya dan Beby juga Shania kalau sedang kumpul. Kinal duduk di meja, mengambil piring dan beberapa potong mendoan disiram dengan sambal kecap.

"Heh! Suruh siapa makan duluan." Veranda menabok tangan Kinal yang baru saja menyelesaikan potongan kelima mendoannya.

"Astaghfirullah. Kaget aing." Kinal mengambil minum. Seketika ia ingat tujuannya kesini.

"Kamu tuh yaa, aku goreng buat di makan bareng, tunggu Shania sama Beby." Veranda menuangkan mendoan yang ia bawa dari dapur ke piring yang sudah hampir kosong karena di makan Kinal. "Awas kalo makan lagi, mandi sana!" Perintah Veranda.

Kinal menurut, ia menunduk berjalan melewati Veranda. Baru tiga langkah, Kinal berhenti lalu menengok ke Veranda. "Baju sama handuk."

"Handuk di tempat biasa, baju ambil sendiri." Kata Veranda. Lalu meninggalkan Kinal kembali ke dapur untuk membantu bibi memasak. Sedangkan Kinal menuju kamar mandi untuk membersihkan badannya.

Kinal tertegun saat selesai mandi dan melihat piyamanya sudah ada di atas tempat tidur. Veranda memang suka menyiapkan pakaian ganti untuk Kinal kalo ia sedang mandi atau nginep di unitnya. "Hehehe, udah nggak marah ternyata." Kata Kinal.

"Makasih udah di siapin bajunya." Kinal memeluk Veranda yang sedang menuangkan air minum ke gelas.

"Jangan kamu pikir aku nggak akan bahas kejadian tadi siang ya, nanti malem kita bahas. Awasin tangan kamu, Beby sama Shania udah di parkiran."

Kinal mendadak menciut mendengar jawaban Veranda. Ia berdoa dalam hati supaya Shania dan Beby mau di ajak kerjasama nginep sampe pagi di unit Veranda.

***

"Shania mana?" Tanya Kinal. Sedari tadi ia duduk menatap makanan di meja tanpa berani menyentuhnya.

"Mandi. Kak Ve, aku mau mendoan ya." Teriak Beby karena Veranda masih di dapur.

"Ambil, Beb." Suara Veranda terdengar lembut.

"Besok jangan lupa, kak." Beby mengambil semangka di piring yang Veranda bawa.

"Apaan?" Tanya Kinal.

"9 tahun wafatnya mama Shania. Jangan sampe dia sedih seharian. Oh iya, rencana kalian apa?" Beby bertanya kepada dua kakaknya.

Veranda terlihat berpikir, ia baru ingat kalo besok Shania pasti akan bersedih. Setiap tahun, saat peringatan kematian mama Shania, rutinitas mereka bertiga adalah membuat agenda mengajak Shania bersenang-senang. Tentu saja setelah mereka pergi ke makam mama Shania. Pernah di tahun ke empat, mereka sibuk karena ada kegiatan kuliah di kampus masing-masing, seharian itu pula Shania hanya menangis di kamar dan jatuh sakit keesokan harinya.

Somebody To LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang