Veranda

2.6K 241 100
                                    

"Aaaaaaaaaaaa." Teriak Kinal saat membuka mata dengan kondisi tanpa pakaian. Kinal segera menarik kembali selimutnya.

"Apasih sayang, berisik." Jawab Naomi. Aroma kopi menyeruak masuk indra penciuman Kinal. "Mandi, lo bau. Udah gue bikinin kopi." Kata Naomi, Ia meletakkan kopi ke nakas lalu menarik kembali selimut yang menutupi tubuh Kinal.

"Dingin, Mii. Tolong ambilin handuk." Kata Kinal, ia mendorong badan Naomi yang sekarang sedang duduk di pangkuannya.

"Biasanya juga langsung ke kamar mandi." Naomi berdiri lalu mengambilkan handuk buat Kinal.

"Jam berapa sekarang?" Tanya Kinal.

"Delapan." Jawab Naomi.

"Mati gue!" Kinal menepuk jidatnya seraya bangun dari kasur.

"Kenapa? Ada janji sama si pelakor?" Nada Naomi berubah sinis saat menyebut kata 'pelakor'.

"Pelakor?" Beo Kinal.

"Sahabat lo itu, pelakor. Perebut laki orang."

"Gue kan cewek? Bukan laki."

"Yaudah pebinor." Jawab Naomi malas.

"Apalagi?"

"Ihhh, Kinal kudet amat sih. Perebut bini orang! Tadi dia telepon, udah gue angkat, gue bilang lo lagi sama gue."

"Anjir, serius? Mampus gue." Kinal menjadi panik saat Naomi memberitahu kalau ia mengangkat telepon dari Veranda.

"Nggak, becanda. Nggak gue angkat kok."

"Dasar. Gue mandi dulu." Kata Kinal mengacak gemas rambut mantan kekasihnya itu.

"Ikut." Suara manja Naomi terdengar menggoda.

Kinal menengok, berpikir sebentar lalu mengangguk "He.em."

Setelah memakai pakaian kerja yang kebetulan banyak yang tertinggal di apartemen Naomi, Kinal segera berangkat ke kantor. Ada banyak chat dari Veranda dan juga Beby.

"Nanti malem kesini lagi, kan?" Naomi berdiri di pintu apartemennya.

"Nggak." Jawab Kinal.

"Ihhh, masih kangen." Naomi maju selangkah merapikan kemeja Kinal yang terlipat.

"Lo tau kan kalo gue udah ada Veranda."

"Tapi lo juga tau kan kemana lo pulang?"

"Veranda lah."

"Ihhh, Kinal." Naomi menggerutu mendengar jawaban Kinal.

"Iya, ntar gue kesini lagi. Bye."

"Hati-hati."

"Siiip." Kata Kinal sambil mengacungkan jempolnya. Meskipun rasa bersalah sedikit menghampiri Kinal, tapi bahagia juga menyelimuti hatinya. Sedangkan Naomi tersenyum sinis membayangkan Veranda melihat kerjaannya di leher Kinal.

***

"Selamat pagi, Shania." Sapa mama Sisca.

"Pagi, ma."

"Gimana kondisi kamu, sayang? Udah baikan?"

"Udah, ma. Makasih."

"Sama-sama. Mama udah bikinin susu, mama sendiri loh yang buat. Obatnya di minum nanti jam 9 ya. Mama mau ke rumah sakit dulu. Kamu di temenin Beby ya di rumah."

"Nggak mau susu, ma. Mual."

"Pelan aja, biar janin kamu kuat."

Shania menyerah, percuma membantah mama Beby. "Iya, ma." Jawab Shania pada akhirnya.

Somebody To LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang