Pagi ini aku bangun lebih dulu di banding Beby. Semalam kami nonton film hingga dini hari lalu ketiduran. Beby masih tidur dengan nyenyaknya, perlahan aku memindahkan tangannya dari perutku. Sejak kapan Beby memelukku? Aku nggak mau memikirkan hal itu lebih jauh, aku lebih memilih mengambil ponsel yang sedang di charge lalu kembali ke kamarku. Ada beberapa pesan yang masuk, dan paling banyak dari Kak Kinal.
"Anjir, Dave gay, geli gue."
"Shan, oyyy, tidur lo?"
"Parabet nggak di bales. Belom jam tidur lo ini."
"Lagi ml sama Beby ya?"
"Ah nggak asyik lu."
Aku tertawa melihat sederetan chat dari kak Kinal.
"Lo juga les..."
Jemariku berhenti mengetik, aku menghapus chat yang sudah ditulis. Kak Kinal kan belok, kenapa harus geli sama kak Dave sih. Dan juga, apa bedanya aku dengan kak Kinal? Aku juga menikah dengan perempuan. Ku lempar hp ke kasur karena perutku daritadi sudah keroncongan. Lebih baik membuat sarapan baru mandi, karena hari ini aku mau ikut Beby ke kantor dan main ke rumah tante Sintya.
Sebenarnya, mama sudah menyuruh bibi menyiapkan sarapan untukku, tapi aku bosan harus makan havermut setiap hari. Meskipun dengan topping yang berbeda, tetap saja aku bosan.
Ku buka lemari es, lalu mengambil tofu, sebungkus sayur dan juga daging sapi yang sudah di rendam bumbu. Bikin daging lada hitam sama sayur sop enak kayaknya.
Ide Beby keren juga bikin dapur di teras. Bagian kompor di tutup sekelilingnya, supaya apinya nggak kena angin. Peralatan juga lengkap sampe ke oven pun ada. Buat apa ada oven coba, bikin kue aja belom pernah.
Aku memotong daging sambil mendengarkan musik dari salah satu band luar favoritku, Ed Sheeran dan mengikuti dengan senandung lirih.
"I'm thinking 'bout how people fall in love in mysterious ways."
Beby datang ikut menyanyikan lagu yang sama, ia masih memakai piyama tidurnya.
"Mau ngapain?" Tanya Beby.
"Masak."
"Kan bisa nyuruh bibi."
"Mau makan masakan gue sendiri."
"Sini gue bantu." Beby mengambil alih pisau di tanganku. Dengan cekatan ia memotong daging. Dulu di apartemen kalo kami berempat memasak, Beby yang di tugaskan meracik karena ia yang paling jago memotong.
"Beb, hari ini cicilan apartemen, gue lupa." Aku menepok jidatku karena mengingat hari ini batas angsuran cicilan. Aku memperhatikan perubahan di raut muka Beby.
"Lah?"
"Kok lah?" Aku melihat Beby mengernyit bingung.
"Kan udah lunas." Beby tersenyum kepadaku.
"Gotcha! Ngaku juga." Kataku dalam hati. "Ngawur! Masih kurang berapa sih lupa."
"Aslinya udah lunas tau dari pertama beli."
"Jangan ngada-ngada deh, lo." Kataku kesal.
"Beneran, itu unit udah di bayar lunas sama kami berempat. Kak Kinal paling banyak sih. Dia nggak tega liat lo nyicil jadi di beliin."
"Maksud lo?" Aku agak emosi mendengar jawabannya.
"Gini, kak Kinal sengaja beliin. Uangnya di balikin lagi ke rekening lo. Gue tau lo pasti nggak pernah cek uang di rekening itu kan. Kalo lo print, nanti semua keliatan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Somebody To Love
FanfictionWARNING! GXG AREA! Kadang sekuat apapun aku berusaha melupakanmu, namun lembaran kenangan selalu mengingatkanku tentangmu.