"Bajingan, brengsek, anjing."
3 kata yang keluar dari mulut Kinal saat tau kami di tipu oleh salah satu rekan bisnis yang akan kami temui di manchester hari ini. Aku dan Beby diam, kami saling pandang melihat Kinal begitu emosi.
"Shania." Ucap Beby. Membuat Kinal tersadar dari emosinya.
"Shania habis naik bianglala. Udah otw pulang." Kataku kepada mereka berdua, berusaha menenangkan lebih tepatnya.
Supir yang tadi mengantar kami mengatakan ada badai di jalan pulang yang akan kami lalui dan mengharuskan kami untuk menunggu badai reda. Dan berakhirlah dengan kami yang menginap di Manchester.
Tepat pukul 5 pagi, kami kembali ke London. Sepanjang perjalanan di lalui dengan Kinal dan Beby yang sibuk menghubungi Shania. Apalagi setelah semalam Viny memberi kabar kalo ia juga terjebak di luar tidak bisa kembali ke mansion.
Setelah sampai, satpam memberi tahu kalo Saktia keluar pagi tadi membawa kopernya. Kinal dengan wajah paniknya berlari menuju kamar kami. Syukurlah kami menemukan Shania baik-baik saja. Ia baru selesai mandi.
Aku menyadari ada yang berbeda dengan adikku itu. Benar saja, hatiku bergemuruh melihat banyak bercak di lehernya.Setelah Kinal keluar, aku mengajak Shania meminum teh dan menanyakan apa yang terjadi semalam. Ia menangis keras yang langsung ku sambut dengan pelukan.
"Kak Ve. Jangan bilang kak Kinal. Aku mohon."
Shania berkali-kali mengatakan itu kepadaku. Dia tidak bercerita apapun, tapi aku paham apa yang terjadi dengannya semalam.
"Maafin kami, Shan. Harusnya kamu ikut kami, bukan Beby yang ikut." Jawabku, juga dengan mata yang berkaca-kaca.
"Aku... aku udah kotor, kak." Tangisnya kembali meledak setelah mengatakan itu.
"Nggak, kamu nggak kaya gitu. Nanti kita suruh Sakti tanggung jawab ya. Sekarang, kamu hapus air mata kamu. Kita turun, nanti Kinal curiga kalo mata kamu bengkak. Aku nggak akan cerita ke Kinal sekarang, tapi nanti aku akan cerita ke dia."
"Makasih, kak."
"Ada telepon tuh." Aku mengambil hp Shania. "Sakti."
Aku keluar kamar saat Shania mengangkat panggilan dari Sakti. Rasa bersalah dan penyesalan tidak bisa menjaga adik kesayanganku seketika menggerogoti hatiku.
"Kak Ve, yuuuk turun." Kata Shania. Ia terlihat lebih ceria. Kami sampai di bawah bersamaan dengan Viny, Gracia dan Shani yang baru masuk.
***
"Sakti kemana?" Tanya Kinal dingin. Raut mukanya menunjukan rasa tidak suka.
"Balik Indonesia, tadi bangunin gue tapi guenya nggak bangun. Nabilah sakit katanya." Jawab Shania.
"Hah? Nabilah sakit?" Shani yang baru masuk menjadi panik mendengar keponakannya sakit.
"Iya."
"Aduh, kalo gitu gue juga balik deh." Kata Shani.
"Gue anter balik, ya?" Kata Viny menawarkan diri.
"Sama Gre aja." Gracia memegang lengan Shani.
"Gre." Panggil Shania.
"Iya, ci?"
"Muka lo kenapa? Kok merah? Alergi kambuh?" Shania berjalan mendekat ke arah Gracia. "Wah mulai bentol gini. Lo tetep disini, Shani biar balik Indonesia sama Viny. Pokoknya lo istirahat dulu daripada makin parah, nanti bikin kepikiran tante Sintya kalo lo sakit." Shania mengajak adiknya duduk. Gracia sedikit terhenyak dengan perlakuan Shania yang tidak seperti biasanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Somebody To Love
FanfictionWARNING! GXG AREA! Kadang sekuat apapun aku berusaha melupakanmu, namun lembaran kenangan selalu mengingatkanku tentangmu.