9Aku mengerjapkan mata beberapa kali sembari menyesuaikan mataku dengan lampu yang bersinar terang di atas. Bau desinfektan mewarnai indra penciumanku. Kepalaku terasa berat saat aku mencoba mengangkatnya.
"Bangun juga lo." Suara berat di sebelah kanannya membuatnya menoleh.
"Lah, bang? Ngapain lo disini?" Tanyaku heran.
"Nungguin lo, lah. Viny lagi pergi sama Gracia."
"Gracia pulang?" Tanyaku heran.
"Sebenarnya ada apa sih, Nal?"
"Hehehe. Gue ngelamar Veranda, bang. Tapi om Tanu nggak ngerestuin. Terus gue di tampar sama di pukul. Siangnya, gue makan siang di resto sama Viny, kebetulan semua tempat isi, bang. Nah ada satu meja yang cuma diisi satu orang di pojok. Orang itu Naomi, gue sama Viny mutusin gabung. Pas Viny ke toilet, Ve mergokin gue sama Naomi. Dia salah paham deh, terus nampar gue dan kayaknya gue pingsan deh."
"Lo ngelamar Ve? Gila." Bang Lidyo menggelengkan kepalanya. "Lo pingsan dari tadi, hampir 6 jam. Gue sama Melody langsung kesini pas Viny telepon."
"Viny sama Gre kemana?"
"Lagi nyelesaiin urusan katanya sih."
"Shani?" Tanyaku.
"Jujur gue bingung. Sorry kali ini gue di posisi netral. Gimanapun juga Shani adik ipar gue. Gue juga nggak nyangka Beby bisa kaya gitu."
"Tapi Shania juga..."
"Iya, gue paham, Nal. Disini konteksnya adalah gue dan Shani udah jadi saudara, sedangkan sama Shania cuma..."
Ceklek... pintu terbuka. Melody dan Naomi masuk membawa bungkusan makanan di tangan masing-masing.
"Udah baikan?" Tanya Melody. Aku menganggukan kepala.
"Habis ini makan dulu ya. Obat kamu belum di minum." Suara lembut penuh perhatian dari Naomi pasti membuat siapapun yang mendengarnya tahu seberapa sayangnya ia padaku.
Aku menurut, dengan telaten Naomi menyuapiku sementara bang Lidyo dan kak Melody sedang makan di sofa. Setelah selesai makan, Naomi pamit pulang karena ada pekerjaan yang harus diselesaikan.
"Bang, kapan gue boleh pulang?" Kataku selepas kepergian Naomi.
"Lusa mungkin."
"Gue mau besok pagi." Ucapku membuat bang Lidyo menghentikan makannya.
"Lo ngomong sendiri deh sama mama Beby."
"Oke." Jawabku lalu segera mengirim pesan kepada mama Sinta yang langsung dibalas dengan kata setuju.
"Bang besok pagi gue ke rumah Veranda, trus siangnya gue langsung flight ke Jepang." Kataku, kali bukan hanya bang Lidyo yang berhenti makan, tapi kak Melody juga. Belom sempat mereka berdua menjawab aku sudah berkata lagi kalau aku ingin istirahat. Bisa aku dengar bang Lidyo mengomel kepada kak Melody. Untung saja abangku punya istri yang penyabar, jadi bisa menenangkan saat abangku sedang marah-marah seperti sekarang.
***
Udara musim semi kali ini terasa sangat sejuk. Bunga sakura atau yang biasa disebut cherry blossom mulai bermekaran menghiasi sepanjang jalan menuju ke hotel. Meskipun dini hari, tapi Shania sangat mengagumi keindahannya, apalagi jika terkena sorotan lampu, membuatnya tidak berhenti berdecak kagum.
Sesampainya di hotel, Shania langsung bersih-bersih badan. Ia mencari keberadaan Beby yang sedang menelepon seseorang di balkon. Shania yang tau dengan siapa Beby bicara, hanya mampu memandang sendu kekasihnya. Ia naik ke atas kasur lalu menarik selimut dan memejamkan matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Somebody To Love
FanfictionWARNING! GXG AREA! Kadang sekuat apapun aku berusaha melupakanmu, namun lembaran kenangan selalu mengingatkanku tentangmu.