Kedatangan Mama

20 3 0
                                    

Aku merasa tidak pantas diperlakukan seperti ini oleh Mas Musa. Perasaanku bergejolak hebat menolak perlakuan dan perhatian Mas Musa pada diriku, dalam hati ku aku menangis merasa tidak pantas dan rendah jika diperlukan seperti ini.

Mata ku melihat Mas Musa ia duduk disampingku dengan mata yang melihat kearah tangan kiri ku yang di infus. Dadaku terasa sakit, ada perasaan yang tak bisa diutarakan namun rasanya begitu menyakitkan. Ditengah gejolak hati yang aku rasakan Mba Vitta datang dengan sekeranjang buah ditangan nya.

Sepertinya ia membuka pintu masuk dengan sangat pelan sampai aku dan Mas Musa tidak mengetahui kapan ia masuk.

"Selamat Malam Musa.."

"Eh, Vitta.. Kapan kamu sampai?"

"Baru aja.."

"Kok aku ngga denger pintu kebuka?"

"Aku kan hati-hati bukanya. Oya nih tolong buahnya taruh dimeja"

"Mana.."

"Lena.. Udah baikan?" tanya mba Vitta melihat kearah ku.
Aku hanya mengangguk menjawab pertanyaan dari mba Vitta.

"Vit aku mau sholat dulu ya.. Kamu jaga Lena,"

"Oke.. Jangan lupa do'a in Lena biar cepet sembuh."

Tak ada jawaban yang keluar dari mulut mas Musa namun hanya anggukan kepala yang ia lakukan, dan sedikit senyum yang ia tampilkan.

Hah.. Semakin membuatku merasa tidak pantas dan rendah.

"Lena.. Udah bisa duduk?"

"Udah sepertinya mba" jawabku lemas seraya berusaha keras bangun dari kasur ini. Mba Vitta dengan sigap membantu ku bangun.

"Kamu kenapa Lena? Tiba-tiba pingsan. Mba khawatir banget ketika tau kamu pingsan. Waktu itu ada bapak-bapak ngeliat kamu berdiri di pinggir pilar, katanya kamu keliatan pucet banget dan ketika mau jalan tiba-tiba kamu jatuh dan pingsan."

"Iya mba.. waktu itu pusing banget kepala ku, sebenernya aku udah ngga kuat buat jalan, tapi tetep aku paksa dan akhirnya aku jatuh."

"Kamu jaga kesehatan ya Len.. Mba pengen kamu bisa lolos magang dan Mba ngga pengen perjuangan kamu selama tiga minggu ini sia-sia. Pokonya Lena harus cepet-cepet sembuh ya.." nasehat Mba Vitta padaku.

"Iya mbaa.." jawab ku sambil tersenyum kecil.

"Lena mau makan Apel? aku kupasin ya.."

"Boleh mba.." aku kembali tersenyum. Betapa beruntungnya aku dipertemukan dengan Mba Vitta, Tiara dan Mas Musa yang begitu baik padaku.

Setelah cukup lama aku dan mba Vitta mengobrol Mas Musa datang dengan sebotol air mineral ditangannya.

Aku sudah diposisi tidur seperti sedia kala mataku melihat kearah Mas Musa, Ia tengah mencek hpnya.

"Vit kamu tidur gih udah jam sembilan lo. Biar Lena juga cepet bisa tidur."

"Iyaa.. bawel."

"Heh.."

"Lagian bawel banget sih. Ngga biasa nya lo kamu kek gini."

"Udah.. Cepet, kamu tidur dikasur tamu aja. Biar aku di sofa."

"Iya iya.. Ih, selamat malam ya Lena.. Cepet sembuh." ucap Mba Vitta manis kepadaku.

Aku tersenyum kemudian menutup mataku.

Selamat Malam Lena.. dan sampai bertemu esok Ma..
Ucapku sendiri dalam diam.

***

Adzan Subuh berkumandang merdu, Mba Vitta membantuku mengambil air wudhu dan aku sholat dengan posisi duduk di kasur tamu yang kebetulan menghadap ke barat. Mas Musa sudah pergi sedari tadi, bahkan sebelum jam empat pagi. Sebenarnya aku telah bangun sejak jam tiga pagi karna rasa sakit pada tanganku yang tengah di infus ini.

Ketika fajar mulai memberikan sinarnya, Mas Musa kembali ke ruangan dan duduk di sofa.

"Musa, aku pamit pulang ya.. Aku ada kelas pagi nih. Kamu jaga Lena ya.." pamit mba Vitta sembari memakai jaket.

"Iya.."

"Lena.. Mba Vitta pulang dulu ya." pamit nya padaku.

Aku mengangguk dan mencoba tersenyum.

Ketika Mba Vitta akan keluar dari ruangan, Mas Musa mengantarkan nya sampai depan pintu lalu membiarkan pintu nya terbuka sedikit.

Ia berjalan menghampiri ku dan duduk disampingku. Rambutnya teruarai sampai sebahu.

"Lena.. Mama kamu bentar lagi sampai, tadi beliau ngabarin aku kalo bentar lagi dia akan sampai."

"Iya.." aku mengangguk.

"Nanti kalo mamamu sampai, aku pamit ya."

"Iya."  jawab ku tanpa anggukan.

Aku melihat ekspresi mas Musa ia terlihat menunduk dengan tatapan dan mimik yang tak bisa kuartikan.

Tak lama suara pintu terbuka terdengar di telingaku.  Sosok dengan tinggi standar memakai jilbab coklat besar yang sangat familiar dimataku.

"Mama.." ucapku dengan sedikit tenaga.

"Sayang.." mama melihat kearah ku dengan tatapan kaget tak percaya melihat keadaanku, lalu berlari kearahku.

Aku berusaha bangun dari tidur ku, mama ku segera membantu ku lalu memeluk ku begitu erat.

"Maafkan aku Ma.." bisik ku ditelinganya.

"Ngga usah minta maaf sayang.."
Mataku menangkap mimik wajah Mama yang begitu sedih dan khawatir.

"kenapa kamu bisa sampe kaya gini Nak.." Usapan tangan mama di  kepala ku membuatku damai.

"Maaf tante, Lena menderita kurang darah dan kata dokter Lena terlalu memikirkan banyak hal dan tidak menjaga pola makannya. Sedang ia akhir-akhir ini disibukan dengan kegiatan kampus yang padat." jelas Mas Musa tiba-tiba membuat Mamaku melihat kerahanya.

"Kamu siapa?" tanya mama ku dengan tatapan tajam penuh selidik.

"Maaf Tante, saya Musa temennya Lena."
Mama melihat kearahku, aku mengangguk agar Mama mempercayai ucapan Mas Musa.

"Makasih ya Nak.. udah mau jaga Lena"

"Iya Tante, kalau gitu saya pamit Tante."

"Tunggu Nak Musa, Nak musa anak mana?"

"Semarang Tante." mataku membulat mendengar jawaban dari Mas Musa. Ternyata Aku dan Musa berasal dari kota yang sama.

"Oh yaudah, hati-hati ya.."

"Iya.. Tante, Assalamu'alaikum." pamit Mas Musa mencium tangan mamaku.

"Wa'alaikumsalam" jawab mama ku.

Kemudian Mas Musa berlalu meninggalkan ku berdua dengan Mama disini. Aku tersenyum melihat Mama.

PhilophobiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang