Senin, pukul sembilan tepat. Aku bersiap untuk pergi ke acara pernikahan Gisa, mataku sibuk mencari baju terbaik yang aku punya, ku poles wajah ku dengan rangkaian make up tipis-tipis agar terlihat natural. Aku mempersiapkan semuanya dengan baik, hari ini adalah hari yang membahagiakan bagi Gisa, hari yang mana ditunggu-tunggu oleh sebagian orang di hidupnya. Hari dimana mereka bertemu dengan cinta sejati mereka yang akan menyempurnakan kisah hidup mereka.
Seperti rencana yang telah kusepakati dengan Mba Vitta kala itu di warung makan, aku akan menemui mba Vitta terlebih dahulu di depan kampus ku. Sengaja aku memakai rok yang agak longgar agar memudahkan ku dalam mengenderai motor. Ku hampiri teman ku Tiara di depan kosnya, ia juga sudah siap dengan baju pink yang ia kenakan. Polesan make up nya tipis dan terlihat sangat narutal seperti ku. Kami berdua berangkat dengan sepeda motor milik ku.
Sesampainya di depan kampus mba Vitta terlihat sudah menunggu dengan Lala, ku arahkan sepedaku untuk menghampiri mereka berdua.
"Mba Vitta.. Udah lama kah?" tanyaku.
"Belum baru aja kok. Yok segera berangkat. Keburu luntur nih make up ku."
"Ahahaha.. Yok yok.." jawabku terkekeh mendengar ucapan mba Vitta.
Kami mengendarai sepeda kami dengan cepat, berniat agar segera sampai ditempat tujuan dan segera mencari kesegaran disana.
"Nanti di gedung ya Na?" ucap Tiara bertanya padaku.
"Iyaa... Gedung Pandawa."
"Asiikk.. AC nya kenceng..." seru Tiara tampak bahagia.
Setelah kurang lebih tujuh menit perjalanan kami sampai di depan gedung Pandawa. Mata kami terkesima akan megah nya gedung ini dan mewah nya dekorasi yang menyambut kami.
Hampir semua properti berwarna biru dan putih, mulai dari rangkaian bunga yang berdiri di sisi kanan dan kiri pintu masuk, tempat makanan yang dilapisi kain biru, meja-meja tamu yang di beri alas berwarna biru putih, lampu hias yang ramai, bahkan sampai gelas dan piring bernuansa biru.
"Wahh.. Pemandangan yang sejuk." ucapku terpukau.
Ku lihat sekeliling ruangan ini, tamu-tamu berdatangan dan mulai memenuhi sebagian kursi yang ada. Tak sengaja mata ku menangkap figur Oka dan Mas Musa.
"Eh, Itu mas Musa dan Oka." Seru ku pada Mba Vitta, Lala dan Tiara.
"Iya.. Ayo kita kesana.." ajak Lala.
Kami berjalan menghampiri mereka, mereka berdua nampak rapi dengan kemeja putih yang mereka kenakan. Kemudian kami duduk berdampingan di mulai dari sisi kiri Lala, Mba Vitta, Tiara, Aku, Mas Musa dan Dito.
Alunan musik pop bertema cinta mulai diperdengarkan dengan cukup keras, aku cukup menikmati suasana ini. Tiba-tiba gejolak dalam hatiku muncul kembali perasaan yang sering menghantui sejak 19 tahun lalu. Mataku melihat kearah sepatu Mas Musa.
deg..
Aku mulai merasa takut, canggung dan berkeringat. Ingatan ku memutar kembali memori memori kejadian yang pernah kulakukan bersama Mas Musa. Mulai dari Pelatihan, Diskusi Umum, kejadian di Sriwedara, semua teringat begitu saja tanpa sadar dan membuatku merasa sangat rendah dan tak pantas untuk dicintai, aku tidak bisa membayangkan jika suatu saat akan ada seorang yang harus menikahi ku. Jika ada, begitu kasihan nya orang itu.
Aku melihat kembali sepatu yang dikenakan Mas Musa, sadar ternyata Mas Musa tengah melihat kearah ku.
"Kenapa Na?" tanya nya membuat ku kaget.
"aaa.. Ndapapa," jawabku canggung, bahkan kali ini aku tak berani untuk mengucapkan kata 'Mas' seperti biasanya ketika aku berbicara padanya.
Pandangan ku kabur, kepala ku sakit dan ruangan ini seperti bergerak. Aku menahan rasa sakitu di dalam ringisan gigi ku.
"Lenaa kamu kenapa?" tanya Tiara menyadari keadaan ku.
"Aku gapapa. Aku mau ke toilet bentar." Pamit ku padanya seraya berdiri menahan sakit kepala yang datang tiba-tiba.
Aku bercermin didepan cermin toilet ini, bibir ku nampak sedikit pucat. Aku mengambil lip balm mini dari dalam tas ku, ku poles tebal agar pucat dibibir ku tersamarkan. Sakit kepalaku masih terasa begitu menyakitkan. Sampai ku putuskan untuk kembali lagi. Ditengah perjalanan pandangan ku mulai menghitam dan tiba-tiba semua gelap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Philophobia
Novela JuvenilAku adalah gadis biasa yang secara kasat mata sehat secara fisik, pun begitu sehat secara mental dimata mereka orang-orang awam yang mengenalku hanya sebatas identitas. Lena Lesmawati, umur 19 tahun, salah satu mahasiswi di perguruan tinggi swasta...