Musa menyusuri lorong rumah sakit dengan pandangan menunduk, rambut panjangnya masih ia biarkan terurai begitu saja. Langkah kaki nya tampak santai dan pelan. Nampak ia seperti sedang memikirkan sesuatu sampai ia tak sengaja menabrak tong sampah yang ada di depannya dan menimbulkan suara yang nyaring dari jatuhnya tong sampah itu.
"Eh.." salah tingkah, ia kemudian segera membenarkan posisi tong sampah yang ia jatuhkan, lalu berlalu begitu saja tanpa mengubah arah pandangan nya kearah lain.
****
Setelah kepergian Mas Musa, mama ku menyiapkan peralatan mandi, dan mulai membersihkan lengan tangan, kaki, punggung, leher dan wajah ku dengan handuk yang tadi telah dicelupkan kedalam baskom berisi air hangat."Kepala kamu masih pusing Nak?"
"Udah enggak Ma.. Udah mendingan dibanding kemarin."
"Nanti Mama, akan konsultasi ke Dokter, untuk kondisi mu lebih lanjut."
"Iya Ma.. Semoga bisa cepet pulang." jawab ku penuh harap.
"Pasti Nak.. Pasti sebentar lagi kamu akan pulang." respon mama meyakinkanku. Aku tersenyum lebar. Kepala ku memang tak sesakit kemarin dan mata ku mulai normal untuk melihat.
Setelah selesai memandikan ku Mama kemudian mengambilbubur dan menyuapi ku penuh kasih. Aku merasa sangat baik kali ini, bahkan rasanya sudah sepenuhnya sembuh ketika aku diperhatikan oleh Mama.
Setelah sarapan dan mandi selesai dokter datang dengan sragam putih bersih nya.
"Permisi buk, saya akan mencek perkembangan dari saudari Lena."
"Iya dok Silahkan."
Setelah selesai.
"Bagaimana dok?"
"Lena sudah membaik buk, dan nanti sore sudah diperbolehkan untuk pulang."
Aku bahagia mendengar ucapan yang terlontar dari mulut dokter itu.
"Alhamdulillah.. Baik terimakasih ya dok" ucap mama pada dokter muda itu.
"Iya sama-sama buk, saya pamit ya."
"Iya dok hati-hati" respon Mama.
"Tuh kan Nak, kamu boleh pulang cepet." ucap mama melihat ku.
"Iya Ma..." aku tersenyum lebar kembali, tak bisa menyembunyikan rasa gembira yang aku rasakan.
"Oh ya Nak.. Musa bener temen kamu?" pertanyaan Mama membuat rasa bahagiaku hilang seketika berubah menjadi rasa rendah diri.
"Iya Ma.." jawab ku tak berani menatap mata mama.
"Temen kelas?" Mama terus menatapku dengan tatapan dalam.
"Engga Ma, dia Kakak Tingkat." Jawabku tak berani berbohong.
Mama hanya terdiam, tak ada jawaban. Tangan Mama menggapai ujung kepalaku dan mengelusnya lembut. Bibir nya mengulum senyum tulus padaku. Aku mengangkat pandangan dan menatap mama penuh binar.
****
Musa tak langsung pulang ke kos, ia mampir makan di rumah makan Padang yang menjadi favorit Lena.Ia memesan nasi berlauk orek tempe dan telur dadar. Tanpa sengaja ia bertemu dengan Tiara, Tiara yang baru saja datang langsung duduk di depan Musa.
"Gimana keadaan Lena Mas?"
"Tadi pagi udah keliatan sehat, Mamanya juga udah sampe disini."
"Syukurlah Lena udah ketemu Mamanya."
"Iyaa Raa.. Btw nanti jangan lupa pelatihan layout ya.."
"Ngga Rabu aja mas, sekalian nunggu Lena.."
"Aku Rabu nda bisa. Yaa nanti Lena bisa tak susulin secara privat."
"Oke deh Mas, jam 10 kan ya?"
"Iya.. Jangan lupa bilang ke yang lain."
"Siap mas, aku pesen makan dulu ya."
"Iya."
****
Sore ini Mama bersiap untuk membawa ku pulang.
"Mama bakal tinggal di kos bareng kamu selama satu minggu ya Len.."
"Ngga usah Ma, aku kan udah baikan. Udah sehat juga. Mama pulang ke Semarang aja ya.."
"Kamu ngusir Mama ya.." canda mama padaku.
"Enda Ma.. Nanti pekerjaan Mama di Semarang gimana?" Tanya ku dengan nada merengek.
"Mama ambil cuti nak."
"Berapa hari Ma?"
"Yaa.. Seminggu.."
"Yang bener??"
"Iya Sayang.." jawab Mama mengelus kepalaku gemas.
Aku hanya terkekeh karna berhasil membuat Mama gemas kepadaku untuk kesekian kalinya.
"Udah yok berangkat, Mama bantu kamu berdiri."
"Iya mah," dengan agak susah aku berdiri dan berjalan dengan hati-hati. Mamaku memegang legan tangan ku.
"Ndapapa Ma.. Aku udah mendingan kok."
"Ndapapa sayang, Mama itu harus selalu jaga kamu, karna kamu harta satu-satunya Mama."
"Hehehe.. Iyaa maa.." jawabku manja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Philophobia
Teen FictionAku adalah gadis biasa yang secara kasat mata sehat secara fisik, pun begitu sehat secara mental dimata mereka orang-orang awam yang mengenalku hanya sebatas identitas. Lena Lesmawati, umur 19 tahun, salah satu mahasiswi di perguruan tinggi swasta...