Kebetulan

20 4 0
                                    

Pandangan ku kabur, kepala ku terasa pusing. Bahkan aku harus membuka paksa kelopak mata ku agar dapat melihat. Tangan ku meraba raba kasur untuk mencari hp.

"Jam setengah satu malem" nampaknya aku tertidur saat aku menulis untuk laman blog ku. Kertas tercecer dimana mana kulihat ada 23 panggilan tak terjawab di whatsapp yang membuatku semakin pusing dengan keadaan ini.

"Siapa dah ini.. Miscall banyak banget.. Ya aampuun Okaa semua."

Oka
Maaf Na.. Tadi adek ku pinjem hp ku ngga taunya ngonar kontak mu.

Tulis Oka di room chat.

Hah.. Apalagi dah terserah, Ku lempar hp ku kebelakang. Rasanya jiwa ku seakan berteriak, hati ku ingin menangis, pikiran ku bercabang kemana-mana, aku merasa sangat buruk. Tekanan datang dari mana mana, tuntutan memaku begitu kuat dalam pikiran ku. Perfeksionis selalu terngiang dalam otak ku. Ya Allah rasanya aku ingin berteriak sekencang mungkin. Ditambah jika mengingat sosok yang kutemui di rumah makan padang dan di mushola, semakin membuatku gila. Sampai sampai aku tidak tahu harus berbuat apa dan harus bersikap seperti apa. Pikiran ku kalut, aku menenggelamkan kepala ku dalam bantal empuk diatas kasur busa milik ku.

"Ya Allah aku pengen nangiss.."

Aku terbenam pada pikiranku sendiri. Malam semakin kacau dan aku yakin malam ini aku tidak bisa tidur lagi. Rasanya aku begitu stres.

*bip
Suara notif hp ku berbunyi.

+6287659976×××
Besok rapat ya buat bahas diskusi umum di BAA jam 2 siang. Terimakasih.

Etdah malem-malem gini WA cuma mau kasih tau rapat. Ah.. Bodohlah,
Aku uring-uringan rasanya aku sedang sakit. Sakit mental yaaa, banyak bisikan-bisikan negatif terdengar di telinga ku aku bahkan hampir ingin mati. Tapi aku tidak akan melakukan hal gila dan sebodoh itu meskipun Aku sangat tertekan dengan keadaan ini.

Pusing, akhirnya kuputuskan untuk keluar mencari udara segar. Kos ku memang dibuka 24 jam untuk gerbang depannya jadi tak masalah jika aku pergi larut malam. Aku pergi ke swalayan yang tak jauh dari kos kaki ku menyusuri jalan dengan santai kunikmati udara yang terasa cukup dingin, Aku merasa sangat nyaman.

"Kota ini bahkan belum tidur di jam segini." lensa mataku menangkap variasi aktivitas yang terjadi. Bahkan beberapa toko, tempat makan, dan fotocopy masih terlihat ramai. rasa-rasa sangat senang bisa berkuliah di kota ini.

Kakiku mulai terasa sejuk ketika aku memasuki swalayan, rasanya aku bisa lebih tenang. Aku berjalan di antara rak rak makanan, mataku melihat beberapa jenis roti, coklat, ciki, dan botol selai tertata begitu rapi. Sibuk memilih tak sadar punggung ku menabrak punggung seseorang yang ada di belakang ku, ku balik kan badanku dan betapa terkejutnya Aku mendapati sosok yang sama seperti yang kutemui di warung makan dan mushola.

"Eh.. " kagetnya

"Maaf mas.." ucapku aneh seraya menggaruk kepala ku yang tak gatal.

"Eh.. Lena, cari apa kamu malem-malem gini?" tanya nya memandang kearah rak makanan yang ada dibelakang ku.

"Cari makanan mas." jantung ku berdegup kencang sampai kaki ku terasa lemas. Rasanya aku ingin cepat-cepat pergi.

"Ee.. Aku duluan ya Mas" Pamitku sambil berlalu.

"Aa.. Iyaa, hati-hati ya.."

Aku tak memandang nya ketika pergi. Kakiku melangkah dengan terburu-buru menuju kasir dan segera keluar dari swalayan ini.

Sepanjang jalan aku merasa bodoh, malu, senang, dan aneh semua campur aduk. Aku bingung dengan apa yang kurasakan sekarang, aku sadar aku mengagumi dan menyukai nya. Tapi semua terasa aneh ketika aku harus bertemu dan berinteraksi dengan nya jika hanya berdua. Aku kira rasa ini tak wajar bagi umurku yang sekarang. Takut yang berlebih pada laki-laki yang aku kagumi dan merasa baik dengan laki-laki yang notabene nya hanya sebagai teman.

PhilophobiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang