Ungkapan dalam Diam

21 5 2
                                    

Matahari bersinar dengan cerah, mengantarkan pagi lebih awal. Meski jam dinding masih menunjukkan jam lima pagi namun diluar sudah cukup terang. Musa terlihat baru saja selesai dari ibadah subuh nya di mushola, lepas ia masuk ke dalam kos langsung ia menaruh sajadahnya di atas kursi depan meja belajar nya lalu beberes kasur dengan kemoceng berukuran kecil yang terbuat dari tali rafia yang di sisir sampai lembut, nampak susah payah ia membenarkan sprei kasurnya itu, butuh waktu hampir tiga menit untuk ia menyulap kasurnya agar kembali menjadi rapi. Setelah semua keribetan yang terjadi Musa mengambil handuk dan bergegas mandi. Setelah beberapa menit, ia keluar dengan baju polos putih dan rambut yang basah. Begitu sibuknya ia merawat rambut lurus sebahu miliknya itu, nampak ia begitu cinta dengan rambutnya. Ia mengeringkannya lalu mengucirnya setengah.

*Aiyaa yaa... Aiyaa yaa...
Suara hp Musa berdering kasar di lantai.

"Halo Do, kenapa?"

"Sarapan yok Mus.." suara bass Nando terdengar dari ujung telfon.

"Yok la.. Aku juga dah oke nih. Tempat biasa ya.."

"Siip"

Musa memang sering pergi kemana mana bersama Nando. Bisa di ibaratkan dimana ada Gula ada Semut pun juga dimana ada Musa ada Nando.

Musa mengendarai sepeda motornya dengan kecepatan standart. Tak butuh waktu lama Musa sudah sampai di rumah makan Mie Ayam yang menjadi tempat biasa ia makan atau sekedar nongkrong bersama Nando. kemudian ia duduk di tengah-tengah ruangan.

Meskipun warung makan yang dekat dengan kampus unida ini bertajuk WarKan Mie Pak Duti tapi desain ditempat ini cukup modern dengan mengangkat tema instragamable yang sangat dekat dengan anak muda, tak hanya itu tersedia nya Wi-Fi, dan tempat yang coozy membuat para anak-anak muda terutama para mahasiswa Unida banyak yang nongkrong disini.

"Woyy.. Mumus.." Sapa Nando sambil menggertak meja.

"Wehh Do.. Sini duduk." Musa tersenyum.

Meskipun kedatangan Nando cukup gaduh namun tidak terlalu menggangu suasana karna memang baru ada beberapa pengunjung yang datang pagi ini di tempat warkan pak Duti.

Musa dan Nando terlihat sangat akrab, mengobrol dengan asik dan berbicara layaknya seperti saudara kandung bahkan pembahasan mereka terlihat sangat menarik dan seru. Semua orang yang ada di tempat warkan itu tau kalo mereka telah lama kenal dilihat dari cara mereka berinteraksi.

"Eh btw nanti jam tiga aku mau pergi sama Lena.."

"Wehh.. Bener?" Nando mengangkat alis isyarat tak percaya.

"Iya la.." Musa tersenyum tipis

"Berdua?" tanya Nando menatap lekat mata Musa.

"Ya ngga la.. Ada Tiara sama Vitta."

"Yahh.. Ngga asik." Nando membuang tatapan nya kearah luar ruangan.

"Aku ngga mau pergi sama cewek berdua doang, apalagi belum jadi siapa-siapa" Musa mengarahkan pandang nya kearah Nando.

"Belum jadi siapa-siapa? Berarti bakal jadi siapa-siapa? hahahha.. " goda Nando pada Musa.

"Ahahah.. Ngga tau juga tuh." jawab Musa mengubah pandangan matanya ke bawah.

"Eh, kalo emang kamu suka kejar Mus. jangan sampe lepas." Nando tertawa terbahak-bahak.

"Ya.. Besok kalo aku udah siap." jawab Musa dengan senyum.

"Sipp.. Cepet cepet aja disiapin ahah." goda Nando lagi pada Musa.

"Mie Ayam nya mas" seru pelayan tiba-tiba mengakhiri pembicaraan mereka berdua.

"Makasih mas." ucap Nando pada pelayan itu.

Mereka berdua makan dengan lahap dan sesekali berbicara dan tertawa lepas. sungguh pemandangan yang hangat bagi orang-orang yang tengah makan disana.

PhilophobiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang