Mama menatap mataku dengan sendu.
"Lena.. Besok kita pulang ke Semarang ya.. Mama udah di tunggu sama manajer Mama, dan Mama ngga bisa ninggalin pekerjaan Mama lebih lama lagi." tangan Mama memyentuh pipiku lembut.
"Tapi Ma.. Kuliah ku gimana?"
"Masalah kuliah biar Mama aja yang ngurus yaa."
"Apa ini artinya aku bakal pindah?" kutempel kan tangan ku di tangan Mama berniat melepas sentuhan Mama.
"Iyaa Sayang, Maaf kan Mamaa.. Tidak mungkin jika Mama harus bolak-balik ngirim surat izin dari Semarang ke Malang, dan Mama ngga punya orang yang bisa Mama percaya" Mama memeluk ku erat.
Mataku panas, ingin aku menumpahkan air yang menggenang di pelepuk mata ku ini. Namun dekapan hangat Mama membuatku menahan nya, Aku tak ingin Mama merasa bersalah karna keadaan ini.
Aku harus kuat aku ngga boleh nangis..
***
Plot Musa
"Iya mii.. Musa besok pagi otw dari Malang, tunggu Musa pulang ya mii.."
"Kamu hati-hati, sekalian ajak Shaffiyah pulang ya.." suara lembut terdengar dari ujung telfon Musa.
"Iya mii, umi mau dibawain apa dari Malang?" tanya Musa yang sedari tadi berdiri di serambi pintu kos.
"Ngga usah Musa.. Shaffiyah sama kamu pulang aja Umii udah seneng"
Musa tersenyum treyuh mendengar ucapan Umi nya.
"Oke deh mi, kalo gitu Assalamu'alaikum umi.. Segera sembuh yaa mii.." pamit Musa pada umi nya dengan lembut.
"Iyaa sayaang, wa'alaikumussalam."
Musa melepas handphone nya dari telinga kanan nya, cepat-cepat ia membuka whatsapp lalu menghubungi kakaknya Shaffiyah.
"Halo mba, Assalamu'alaikum.."
"Wa'alaikumussalam Musa.. Jadi berangkat jam berapa besok pagi?"
"Jam enam ya mba, aku jemput mba di kos"
"Okey dek, Assalamualaikum.."
"Wa'alaikumussalam mba.."
Hati Musa gusar, rasanya ia ingin pulang malam ini juga, matanya menoleh kearah jam dinding yang ada di atas tv kos.
"Udah jam sebelas malam.. Ngga mungkin juga aku pulang sekarang dengan mba Shaffiyah. Lebih baik aku segera tidur."
Musa menutup pintu kos, lalu menempatkan diri dan mencari posisi yang nyaman untuk tidur.
***
Aku menatap Mama yang kini tidur dihadapan ku, wajah nya yang terlihat mulai menyenja membuat ku ingin menangis karna sampai detik ini aku belum bisa melakukan apa-apa untuknya.
"Jika memang aku harus pindah, lebih baik setelah sampai di Semarang aku mengambil sekolah make up dan jahit aja." Gumam ku dengan nada pelan agar Mama tak mendengarnya.
"Selamat Malam Lena.. Kamu harus kuat"
Ucapku seraya menutup mata untuk tidur.**
Aku terbangun dari tidur ku karna mendengar suara gaduh kucing tetangga yang tengah ribut. Ternyata Mama lebih awal bangun dari ku, ku toleh kan pandangan ku pada jam dinding, masih jam empat pagi.
"Mama kemana?" tanya ku sendiri seraya beranjak dari kasur empuk ku. Kucari Mama diluar kos, ternyata Mama tengah duduk di kursi santai yang ada di dekat pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Philophobia
Teen FictionAku adalah gadis biasa yang secara kasat mata sehat secara fisik, pun begitu sehat secara mental dimata mereka orang-orang awam yang mengenalku hanya sebatas identitas. Lena Lesmawati, umur 19 tahun, salah satu mahasiswi di perguruan tinggi swasta...