Mata ku terbelalak mendengar cerita Gisa yang begitu panjang. Kutatap cincin perak putih yang ada di jari manis kiri nya itu.
"Jadi tadi kamu ngga ikut latihan karna kamu dilamar?" tanyaku menegaskan.
"Iyaa Na.. Ya Allah, begitu bahagianya aku tadi, Dilamar oleh laki-laki yang selama ini aku doa kan." bibir Gisa tersenyum begitu lebar.
"Wah.. Wah.. Aku turut bahagia Sa.. Ya Allah.. Selamat yaa" ucapku bahagia seraya memeluknya.
"Iya Naa Terimakasih.." Jawab Gisa treyuh mengeratkan pelukan ku.
"Ternyata..." aku masih tak menyangka. Gisa yang umur nya masih sama seperti ku, 19 tahun dan masih semester 3 masa perkuliahannya. Tapi ia sudah dipertemukan dengan jodohnya.
"Udah Na.. Udah.. Yok ajarin aku gimana caranya layout." Mata Gisa berbinar penuh semangat.
"Yok gas.." jawab ku ikut semangat.
Aku mengajari Gisa tak lama hanya sekitar dua jam dan ia sudah paham dan mampu menyelesaikan layout nya.
"Makasi ya Lenaaa.. "
"Iyaa Sa... Iyaa.."
"Semoga kamu cepet dilamar juga ya.." Tangan kanan Lena mengelus pundak ku.
"Hah? Hahahaha.." ucapan Gisa membuatku tertawa keras.
"Aamiin.." cletuk Gisa dengan serius membuatku terdiam.
"Aaa.. Iyaa aamiin deh." jawabku canggung.
"Yaudah Naa.. Aku pulang dulu."
"Hati-Hati yah.."
Gisa hanya membalas dengan senyuman manis diwajahnya.
"Aahh.. Sudahlah lebih baik aku mandi."
20 menit kemudian...
"Segernyaa..."
*ting.. Suara notif hp berbunyi layar hp ku menyala, kulihat ada satu pesan masuk.
Mas Musa
na besok latihan layout..
Mataku menyipit mencoba membaca pesan yang muncul di layar dari jauh."Apa sih.."
Mas Musa
na besok latihan layout yang kedua ya.. Jam 9 seperti minggu kemarin. Besok kalo kamu udah dateng duluan lanjutin yang kemarin ya.
Soalnya besok aku ada praktikum sebentar.Okay mas.
Aneh rasanya kenapa Mas Musa personal chat aku ya. Padahal kan ada grup kelompok(?) aku juga bukan ketua kelompok. Tanya ku dalam hati.
"Udah lah.." ucapku mencoba berpikir positif. Aku pun memutuskan keluar untuk mencari makan, ku keluarkan sepeda motor ku dari garasi kos dan tancap gas dengan santai. Sesampainya di warung makan Padang Aku mengambil nasi dan memilih lauk yang sudah ditata rapi diatas meja. Tak kusangka aku bertemu dengan Tiara.
"Hay Na.." sapa Ara, segera ku hampiri teman magang ku itu.
"Hay Ra... Kebetulan banget ya bisa ketemu disini." ku posisikan diri duduk di depan Ara.
"Iya nih, eh btw kamu jadi apa di acara diskusi umum?"
"Hah? Diskusi umum?"
"Iya.. Coba deh cek hp mu.."
"Wahh... Baru ditinggal otw kesini udah ada grup baru. Weeh.. Mana jadi sekretaris lagi.. Haduh.."
"Kamu jadi sekretaris? Aku jadi Konsumsi nih hahaha.."
"Wah enak tuh Ra.. btw kapan acaranya?"
"Tanggal 30 Januari"
"Cuma seminggu persiapannya?"
"Ya gitu..."
"Wahh.. Mantap mantap.."
"Semangat yaa Na.."
"Iyaa kamu juga yah.."
usai percakapan kami makan dengan lahap sampai tak ada suara yang terdengar diantara kami. Ketika telah selesai aku pun pamit duluan ke Tiara.
"Hati-hati yah Na.."
Aku hanya meresponnya dengan senyuman lalu beranjak pergi meninggalkan Tiara. Ketika aku berjalan ekor mataku menangkap sosok yang tak asing aku pun menoleh dan memang aku mendapati sosok yang sama seperti dugaan ku, Dengan rambut khas nya itu aku selalu bisa mengetahui bahwa itu dirinya. Sosok itu tengah menghadap dan melihat kearah ku, menyadarinya aku pun menundukkan kepala dan tersenyum sebisa ku sebagai tanda sapaan. Ia pun membalas sapaan ku dengan senyuman lebar. Acuh aku pergi dan mencoba tak memikirkan sosok itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Philophobia
Novela JuvenilAku adalah gadis biasa yang secara kasat mata sehat secara fisik, pun begitu sehat secara mental dimata mereka orang-orang awam yang mengenalku hanya sebatas identitas. Lena Lesmawati, umur 19 tahun, salah satu mahasiswi di perguruan tinggi swasta...