Wanita cantik itu mentapku dan mulai mengajak ku bicara,
"Dek.. Boleh minta tolong ambilin tas yang ada disampingmu."
"Oh iyaa mba.. Ini." ku julurkan tangan ku yang membawa tas kecil berwarna biru tua kepada wanita bak bidadari itu.
"Makasih yah dek," ucapnya begitu manis.
"Iyaa.." jawabku ramah dengan senyum manis.
"Oh ya.. Tadi Musa pesen ke aku katanya kalian suruh nunggu bentar Musa baru ada urusan, sebentar lagi selesai. Gitu"
"Owala.. Iyaa mba makasih infonya" jawab Dito mengangguk melihat kearah wanita itu.
"Okee.. Mba pamit ya.. Assalamu'alaikum.."
"Wa'alaikumussalam.." jawab Dito hampir bersamaan denganku.
"Itu tadi siapa To?" tanya ku penasaran.
"Kagak tau dah" jawab Dito singkat.
"Hhmm..btw mah si Tiara sama Vanza kemana dah.. Lamaa amat"
"Iyaa ehh,"
"Kalian berdua membicarakan ku ya." suara yang terdengar tiba-tiba dari bilik kaca membuat ku merubah fokus pandangan padanya.
Yah memang ruangan ini berbentuk bilik kaca tapi meskipun begitu kamu tidak akan tau sosok dibalik kaca itu sebelum ia menampakan diri di depan pintu masuk, karena hampir sebagian penuh kaca di ruangan ini di cat dengan cat tembok berwarna hijau.
"Gimana kunci mu? ketemu?," tanya ku pada sosok itu yang tak lain adalah Vanza.
"Udah ketemu Alhamdulillah... Eh tapi kalian tadi ngomongin aku ya?" Vanza mulai duduk di antara Aku dan Dito.
"Enak aja lu. Lu sii lama banget nyari kunci." protes Dito pada Vanza.
"Heh.. Aku loh cari kunci mutar-muter, mutar-muter. Bolak balik, sampe nyusur ulang jalan berkali kali. Di motor ngga ada. Di jaket juga ngga ada."
"trus ketemu dimana tuh?" tanya Dito
"Eeh.. Ternyata di pos satpam. Jadi tuh kunci ku ditemuin sama pak Satpam, pak satpam keknya liat aku mondar mandir terus ditanya cari apa mas? Kunci sepeda motor saya ngga ada pak gue jawab gitu dong. Trus satpam nya bilang gini, ini bukan? wehh bener ya udah aku ambil trus aku pergi deh." jelas Vanza panjang lebar.
"Ngga bilang terimakasih?" tanya ku.
"Bilang dong Na.."
"Yaudah sii.."
"Wahh... Panasnyaa..." keluh Tiara yang tiba tiba muncul entah dari arah mana.
"Weh. Darimana aja Ra?" Sambut Vanza
"Ini nih.. Si Oka ribet baget, masa iya aku suruh jemput dia di rumah. Yee gile... aku aja kesini ngga pake motor. Trus aku disuruh nunggu di parkiran... mana lamaa banget, dasar."
"Alah.. Ra. Ra.." komen Oka dengan wajah mengejek nya.
"Mana ngga bilang Terimakasih." sindir Tiara tajam pada Oka.
"Hahahah.. Jangan gitu la.. Ngga baik," cletuk Dito.
"Lah.. Bela gue napa dah. Emang ya aku tu selalu salah dimata kalian apalagi di mata Oka."
"Hahahaha.." seisi ruangan mentertawakan Tiara.
Ditengah keributan tawa yang berlangsung, semu aku mendengar suara langkah kaki dari luar. Ku tatap pintu masuk ruangan ini dengan seksama. Aku berharap besar sosok itu adalah...
Hah.. Akhirnya, mataku menangkap sosok yang kuinginkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Philophobia
Teen FictionAku adalah gadis biasa yang secara kasat mata sehat secara fisik, pun begitu sehat secara mental dimata mereka orang-orang awam yang mengenalku hanya sebatas identitas. Lena Lesmawati, umur 19 tahun, salah satu mahasiswi di perguruan tinggi swasta...