Ch 14

1K 85 6
                                    

Suasana malam di kota Seoul yang sudah menunjukkan lewat tengah malam terlihat begitu sepi. Jalanan pun tidak terlalu ramai dilalui kendaraan, hanya beberapa pekerja malam yang mungkin kini sedang dalam perjalanan pulang menuju rumah masing-masing untuk mengistirahatkan tubuh lelah mereka.

Tak beda jauh dengan sesosok pemuda Kim yang baru saja pulang dari acara minumnya bersama sang hyungnya, tentu saja mereka tidak minum sampai benar-benar mabuk. Jongin tahu kalau dia masih harus menyetir dan mengantarkan hyungnya pulang ke apartemen sewaannya. Kebanyakan waktunya mereka habiskan untuk mengobrol sembari melepas rindu satu sama lain. Saling bercerita tentang banyak hal yang selama ini telah mereka lewatkan, dan tentu saja tak lupa dengan diselingi candaan seperti yang biasa mereka lakukan dulu.

Setelah menyelesaikan tugasnya sebagai pengawal pribadi hyung tercintanya dan mengantarkan pria mungil itu pulang dengan selamat, Jongin pun melanjutkan perjalanannya menuju kediaman keluarga Kim. Tadinya Junmyeon memang sempat menyuruhnya untuk menginap dengan alasan khawatir jika membiarkan dongsaengnya mengemudi sendirian, namun karena Jongin juga mewarisi sifat keras kepala dari hyungnya, ia pun dengan tegas menolaknya. Dan berakhirlah ia menyusuri jalanan malam kota Seoul yang sepi ini seorang diri.

Rasa kantuk yang telah bercampur dengan efek alkohol rupanya sedikit mengganggu fokusnya dalam mengemudi. Hampir saja dia menabrak seorang pejalan kaki yang hendak menyeberang jika saja orang tersebut tidak dengan sigap menghindar. Jongin terkesiap, ia membelalakkan matanya, rasa kantuk yang sedari tadi menuntutnya kini menghilang seketika.

Dia kemudian menghentikan laju mobil sportnya tak jauh dari tempat orang itu berada saat ini. Jantungnya berdebar kencang hingga aliran darahnya terasa panas memburu dibalik kulit tubuhnya. Keringat dingin pun mulai bercucuran dan membasahi keningnya. Pikirannya berkecamuk, khawatir jika dirinya ternyata telah melukai seseorang meskipun dia belum tahu pasti bagaimana kondisi orang tersebut.

Setelah berhasil mengatur nafasnya selama beberapa saat, Jongin memundurkan mobilnya, berniat untuk menghampiri pria tersebut. Diturunkannya kaca mobilnya, dapat ia lihat sesosok pria yang masih nampak terkejut dengan nasib buruk yang hampir saja menimpanya. Pria itu meringsut dan terduduk ke tanah, kakinya terasa lemas hanya untuk sekedar berdiri saja. Kepalanya tertunduk dengan tangannya yang setia memegangi dadanya yang berdebar dan nafasnya yang memburu, sama halnya dengan apa yang dirasakan Jongin beberapa waktu lalu.

Jongin yang masih dalam mode khawatirnya berangsur keluar dari mobil lalu berjalan mendekati pria itu. Dia berjongkok tepat di depannya, tangannya dengan ragu menyentuh bahunya untuk meminta perhatiannya. Layaknya orang-orang normal dia bertanya;

"K-kau... apa kau terluka ?"

Pria itu bergeming tak merespon, hal itu sudah cukup membuat pemuda Kim tersebut merasa kacau. Dia takut, rasa khawatirnya terus meningkat, ditambah kepalanya yang mulai berdenyut nyeri akibat pengaruh alkohol yang tadi diminumnya. Ia pun berdiri kemudian meremas surai abunya frustasi, sebenarnya sedikit geram lantaran pria di depannya ini tak kunjung membuka suara sedari tadi. Namun ia juga masih ingat bahwa kejadian barusan adalah akibat kelalaiannya sendiri.

"Oh, ayolah... tolong katakan sesuatu, kau membuatku bingung.." bujuknya

Rupanya hal itu menarik perhatian pria bertubuh kecil itu.
"A-aku.. aku tidak apa-apa... aku hanya sedikit terkejut" gumamnya dengan suara pelan masih dengan kepala yang tertunduk. Jujur saja, debaran jantungnya begitu kencang saat ini. Siapa pula yang tidak akan syok setelah mengalami kejadian mengerikan seperti ini ?

Jongin kembali berjongkok dan menatap pria itu, "benarkah ? Apa kau sungguh tidak terluka ?"

Pria itu mengangguk. Jongin pun menghela nafas lega, setidaknya sebuah kabar baik sedikit menenangkannya. Perlahan Jongin menundukkan kepalanya, berusaha mensejajarkan wajahnya dengan pria itu. Dia tidak bermaksud untuk berlaku tidak sopan, tapi hanya ingin memastikan sekali lagi bahwa pria itu memang baik-baik saja.

Being CloserTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang