Ch 06

1.4K 134 21
                                    

Keesokan paginya sesuai apa yang dikatakan oleh Tuan Kim, Junmyeon menemui Appanya di ruang kerjanya. Ia kini tengah duduk di salah satu sofa di ruangan itu dengan sang Appa yang duduk di seberangnya. Entah apa yang membuat atmosfir di ruangan itu menjadi sedikit berbeda, pasalnya kini sang Appa terlihat begitu serius.

"Jun, beberapa waktu lalu Appa bertemu dengan teman lamaku di Canada, kami banyak bercerita tentang segala hal, dan kau tahu apa yang menarik ?" Tuan Kim memberi jeda pada kata-katanya, "dia bilang bahwa anaknya dulu pernah bersekolah di Korea, tepatnya di sekolah lamamu." Tunggu, kenapa sang Appa tiba-tiba berubah menjadi sangat antusias ? Kenapa Junmyeon merasa ada yang tidak beres di sini ?

"Benarkah ? Memangnya siapa dia ? Apa aku mengenalnya, Appa ?" tanya Junmyeon, sedikit bingung dengan sikap antusias yang ditunjukkan oleh Appanya.

"Tentu kau sangat mengenalnya, kalian juga dekat sekali waktu itu, namanya... Xing, apa ya ? Ah, benar, Zhang Yixing !!" ucap Tuan Kim yang justru membuat mata Junmyeon seketika membola karena saking terkejutnya saat mendengar nama yang disebutkan.

"A-apa ?? D-dia..."

"Appa belum selesai, dengarkan dulu," Junmyeon terdiam, menahan diri, "kau tahu, dulu dia pernah menyukaimu, dan kemarin saat kami bertemu dia bilang ingin melamarmu." Tuan Kim tersenyum, ada binar kebahagiaan di matanya, berbeda dengan Junmyeon yang semakin terbelalak, pikirannya blank seketika. Oh, ayolah.. mendengar namanya saja sudah sangat memuakkan baginya.

Asal kalian tahu, Zhang Yixing adalah namja yang paling Junmyeon hindari sejak beberapa tahun yang lalu. Tahu kenapa ? Sifatnya yang sangat menyebalkan dan selalu menempel kemanapun Junmyeon pergi benar-benar membuatnya merasa risih, belum lagi jika namja keturunan China itu kedapatan memergoki Junmyeon sedang bersama dengan namja lain, maka pria itu tak akan segan-segan untuk bersikap posesif agar tidak ada yang mencuri Junmyeon-nya (?)

"Ap- apa ? T-tapi aku bahkan tidak sedekat itu dengannya, tidak, maksudku kami dulu bersahabat, tapi hanya sebatas sahabat . Tidak mungkin.." ah, ini sungguh membuatnya frustasi, "Maafkan aku, Appa. Aku tidak ingin menikah dengan orang yang tidak aku cintai." ucap Junmyeon tegas tapi masih menunjukkan rasa hormatnya kepada sang Appa.

Tuan Kim terdiam, senyuman yang tadinya menghiasi wajahnya pun luntur, matanya menunjukkan kekecewaan. Harapannya adalah mewujudkan keinginan untuk berbesanan dengan sahabatnya itu, namun ia juga tidak mungkin akan memaksa putranya untuk memenuhi keinginannya tersebut.

"Begitu, baiklah." sungguh, Junmyeon sangat merasa bersalah setelah melihat reaksi Appanya saat ini, tapi dia juga tidak bisa berbuat apa-apa, dia tidak ingin berurusan lagi dengan pemuda yang sering dipanggil Lay itu.

"Maafkan aku, Appa," Junmyeon menundukkan kepalanya

Tuan Kim berdiri dari tempat duduknya, mendekat ke arah Junmyeon dan memberi tepukan pelan di bahunya, "tak apa, Appa mengerti." ia tersenyum lalu membelai surai lembut anak sulungnya, "ngomong-ngomong, dimana temanmu ?" tanyanya mengalihkan perhatian putranya

Junmyeon mengangkat kepalanya, "Sehun ? Dia sedang di taman belakang."

"Boleh Appa menanyakan sesuatu ?"

"Apa itu ?"

"Apa kau menyukainya ? Pemuda itu.."

"Kenapa Appa bertanya seperti itu ?"

"Entahlah, atau mungkin hanya perasaanku saja ?"

"Lalu, kapan kalian akan pulang ? Apa kalian akan menginap lebih lama lagi ? Ini masih liburan kan .." tanya Tuan Kim yang membuat Junmyeon bingung dan menaikkan alisnya.

"Huh ??"

Tuan Kim tersenyum sambil mengusak rambut Junmyeon, "Appa sudah tahu, nak. Seharusnya kau bilang kepadaku jika ingin tinggal sendiri, jangan pergi diam-diam seperti itu."

Mata Junmyeon kembali membola, mulutnya terbuka seolah ingin mengatakan sesuatu tapi tidak ada satupun kalimat yang keluar, bagaimana bisa Appanya tau ? Apakah kepala pelayan yang memberi tahunya ? Apa dia punya mata-mata ?

"Kenapa ? Apakah aku salah ?" Junmyeon menggelengkan kepalanya

"Maafkan aku, Appa." tuturnya penuh penyesalan

"Appa tidak marah padamu. Kau tahu, kami hanya khawatir membiarkanmu tinggal di dunia luar, tapi mengetahui temanmu adalah orang yang baik maka aku memberimu izin," Junmyeon hanya meringis menanggapi ucapan Appanya, "dasar anak nakal." Tuan Kim lalu memeluk anaknya yang dibalas dengan pelukan yang sangat erat oleh Junmyeon.

"I Miss You, Appa.." ucap pria mungil itu

"I knew, and so do I, my baby."

.

.

.

.

Di taman, terlihat seorang pria tinggi tengah sibuk dengan lamunannya. Udara yang sejuk di pagi hari di musim dingin sepertinya sama sekali tidak mengganggunya, hanya saja ia teringat kisah masa lalu yang sempat diceritakan oleh Junmyeon semalam. Kenapa... kenapa mendengar cerita yang sangat umum dialami oleh orang lain terjadi pada namja mungil itu membuatnya kalut ? Bahkan dia hampir memekik dan memeluknya jika saja ia tak ingat siapa Junmyeon. Tidak, bukan karena statusnya, tapi ia sadar mereka tidak memiliki ikatan apapun selain sebatas teman, emm, yang tinggal serumah ? Eh, kenapa dia harus memikirkan soal hubungan ? Ah, sudahlah.. ini membingungkan.

Lamunannya buyar ketika ia mendengar langkah kaki tengah berjalan mendekatinya, ia lalu menoleh ke arah si pemilik langkah itu.
"apa yang sedang kau pikirkan ?" tanyanya

"Oh, Hyung.. tidak banyak, hanya tentang ini dan itu." jawabnya.

"Sehun..." tanya Junmyeon yang dibalas dengan gumaman pelan dari pria di depannya, "Appa sudah tau kalau aku tidak tinggal di rumah."

Sehun sedikit terkejut, "eoh ? B-benarkah ? Bagaimana bisa ? Apa dia memarahimu ?" tanyanya bertubi-tubi

Junmyeon menggeleng, "tidak, dia memberiku izin karena aku tinggal denganmu. Dia bilang kau orang yang baik, tapi apakah itu benar ? Sepertinya aku ragu tentang hal itu.." tuturnya kemudian tertawa. Sehun pun ikut tertawa meskipun agak canggung

Junmyeon mengalihkan pandangannya, menghirup dalam-dalam udara dingin yang sama sekali tidak cocok untuknya, menenggelamkan kedua tangannya ke dalam saku Coatnya. "Ah, dingin sekali.."

"Kita masuk saja ke dalam, kau masih belum sembuh betul, nanti kau sakit lagi." tutur Sehun yang sedari tadi memperhatikannya.

"Emm, udara dingin memang tidak pernah cocok untukku," Junmyeon terkekeh pelan kemudian membalik tubuhnya dan berjalan masuk ke dalam rumah.

Sejujurnya ada pemikiran yang mengganggunya sedari tadi, tentang Yixing yang tiba-tiba muncul lagi setelah sekian lama. Apakah hal yang sama akan terulang lagi ? Mungkin dulu mereka sempat berteman pada awalnya, tapi karena dia segala sesuatu mulai berubah dan menjadi kacau. Sifat posesif yang ia tunjukkan membuatnya banyak dijauhi teman-temannya yang lain, lantaran tak ingin berurusan dengan pemuda itu. Bahkan orang yang dulu pernah mengisi hatinya pun menjauh, tidak, lebih tepatnya menghindar. Dan di saat itulah Junmyeon baru menyadari perasaannya. Rasa hampa yang ia dapatkan ketika orang itu tak lagi bersamanya, dan berakhir terluka karena ternyata dia sudah terlambat untuk mengungkapkannya.

.
..
...
....
.....
☆☆☆
.....
....
...
..
.

Hi, reader !! Apa kabar kalian ?? Hari Minggu kemana aja ?

By the way, terima kasih, selalu, untuk kalian yang selalu support aku, ngasih dukungan serta masukan buat aku, bahkan menyempatkan waktu kalian untuk membaca tulisanku.

Semoga aku bisa terus mengembangkan imajinasiku, makin bucin juga tentunya, hehe

Jangan lupa vote and comments yaa, reader.. apapun, nggak harus soal cerita yang aku bawakan. DM ku juga selalu terbuka kalau kalian ingin menanyakan sesuatu..

Neomu kamsaheyo, reader-nim ❤

-Mae-

Being CloserTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang