Ch 27

740 71 22
                                    

"Jaga dirimu, sampaikan salamku untuk appa dan eomma. Aku akan merindukan kalian.."

Kedua pria beda usia itu saling berpelukan, sang kakak akhirnya berhasil memberi salam perpisahan tepat sebelum keberangkatan pesawat adiknya yang akan lepas landas setengah jam lagi. Kim Jongin, sang adik pun berjalan menjauh sementara dua pria lainnya melambaikan tangannya dengan senyuman hangat yang terpatri di wajah Junmyeon. Setidaknya ia bisa bernafas lega setelah melihat keadaan Jongin yang terlihat baik-baik saja.

Setelah bayangan Jongin menghilang di balik pintu ruang tunggu, helaan nafas lelah terdengar dari mulut Junmyeon. Yah, ia tak bisa membohongi dirinya sendiri. Seperti biasa, tanpa kehadiran sang adik dia pasti akan mulai kesepian lagi, pikirnya. Tentu saja ada Sehun di sampingnya, tapi tetap saja, perasaannya ketika menjadi seorang kakak dengan kekasih memiliki perbedaan yang jelas.

Junmyeon berjalan lesu melewati kerumunan pengunjung bandara. Kemudian tersentak ketika sebuah tangan mendarat merangkul pundaknya. Pelakunya siapa lagi kalau bukan Oh Sehun. Junmyeon menoleh, mendapati sebuah cengiran menghiasi wajah kekasih jangkungnya.

"Hyung.. aku lapar.."

Junmyeon melirik rolex yang melingkari pergelangan tangannya, sudah hampir pukul sepuluh. Ia hampir lupa kalau mereka tadi bahkan melewatkan sarapan karena sangat terburu-buru. Junmyeon pun mempoutkan bibir bawahnya,

"Mianhae, Sehun-ah. Baiklah, aku akan mentraktirmu. Kau mau makan apa ?? Kita cari tempat makan di luar saja."

"Apapun asal denganmu aku akan memakannya 😊"

"Aku sedang tidak terlalu berselera.. err, bagaimana kalau sandwich ?"

"Boleh !!" seru Sehun, "aah.. aku mau bubble tea juga.."

"Yaa yaa.. pilih apa saja yang kau mau."

Sementara sepasang kekasih itu berjalan menjauh, seorang pemuda yang tidak terlalu tinggi berdiri menatap pintu dimana terakhir kali Jongin menghilang di baliknya. Dalam hati ia ingin mengejarnya, namun pikiranya seolah membuatnya diam membatu hingga tak dapat melangkah barang seinci saja. Ia hanya mampu melihat Jongin dari kejauhan, melepas kepergian seseorang tanpa memberi salam.

"Hahh.. cinta.. bagaimana bisa aku mengatakannya padamu ? Sepertinya takdir memang berkehendak lain untuk kita, Kim Jongin.."

***



Tak disangka, hujan deras mengguyur kota Seoul sesaat setelah Junmyeon dan Sehun kembali ke apartemen mereka. Dan sialnya, lagi-lagi pemanas udaranya mati karena badai disertai angin kencang. Beberapa blok pemukiman juga terlihat gelap karena pemadaman listrik yang secara tiba-tiba. Tak ada cara lain selain menjadikan ponsel mereka sebagai satu-satunya alat penerangan. Tentu kalian akan memaklumi hal ini, pria memang jarang memiliki inisiatif berjaga-jaga untuk keperluan mendesak seperti ini. Jangankan lilin yang sangat jarang terpakai, tissue toilet yang merupakan keperluan sehari-hari pun tidak akan dibeli jika persediaan belum benar-benar habis. (*berdasarkan reality 😁)

Meskipun penerangannya memang dapat dikatakan cukup, tapi kapasitas baterai tetaplah menjadi masalah utamanya. Ponsel itu akan tetap mati jika tidak dicharge sama sekali. Dan sialnya, sepertinya pemadaman akan berlangsung lebih lama dari yang diperkirakan.

"Hyung.."

"Hmmm..."

"Apa kau sudah mengantuk ?"

"Belum"

"Mau bermain game denganku ? Aku beru mempelajarinya tadi, kurasa aku bisa mencobanya."

Being CloserTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang