Ch 21

894 70 10
                                    

Lagi, raut masam menghiasi wajah seorang Kim Jongin. Penyebabnya tak lain adalah sahabatnya sendiri yang lagi-lagi mengabaikannya.

"Sebenarnya dia itu kenapa ? Memangnya apa salahku, hah ?! 😧"

Dengan langkah lesu ia berjalan menuruni tangga rumahnya menuju dapur, mengotak-atik isi kulkas lalu mengambil sekotak susu cair dan menuangkannya ke dalam mangkuk. Setelahnya ia mengambil kotak sereal dari dalam almari khusus makanan ringan lalu menambahkannya ke dalam mangkung secukupnya.

Jongin memiliki sifat yang hampir sama dengan sang kakak jika itu tentang kebiasaan, mereka tidak suka tempat yang kotor atau berantakan. Jongin juga sering membereskan kamarnya sendiri, menyiapkan makanannya sendiri, dan terkadang mencuci pakaiannya sendiri. Jadi keputusannya untuk tinggal di luar negeri tidak terlalu mengkhawatirkan kalau soal kebersihan.

Sebenarnya beberapa waktu lalu Bibi Song sempat menawarkan sarapan untuknya, namun karena Jongin bilang tidak berselera akhirnya beliau urung memasak dan melanjutkan pekerjaannya yang lain.

Sarapan dengan semangkuk susu dan sereal sendirian, ditambah dengan tidak adanya kabar dari sahabat terdekat, sedangkan sang kakak yang memutuskan untuk kembali ke apartemen tempatnya tinggal. Lengkap sudah kemalangan pemuda Kim ini.

Jongin menghela nafas berat, bahkan mengunyah makanannya pun ia ogah-ogahan. Tapi meskipun lamban ia tidak ingin membuat perutnya kosong apalagi hingga jatuh sakit, sama sekali bukan Jongin.

Selesai menghabiskan sarapannya, ia menyimpan kotak susu serta sereal kembali ke tempatnya lalu mencuci mangkuk bekas makannya dan menuju ruang TV.
Sepertinya bermain PlayStation tidak buruk untuk menghibur diri sendiri.

(Skip Time, 2 jam kemudian)

Masih belum ada perubahan.

"Haaisshh !!" Jongin mengusak rambutnya frustasi lalu melempar stick PS ke atas meja.
"Ini membosankan, sepertinya stick itu sudah rusak. Kenapa aku tidak bisa menyerang sama sekali ?!"

Pemuda itu pun merebahkan dirinya di atas sofa, menutupi kepalanya dengan cushion. Membolak-balik tubuhnya mencari posisi yang nyaman hingga akhirnya jatuh tertidur.
Sungguh pemuda yang malang..

.

.

.

Di tempat lain, Kyungsoo yang sedari tadi sibuk dengan tugas skripsi untuk akhir semester menghela nafas lega setelah akhirnya berhasil menyelesaikan pekerjaan yang membuat kepalanya hampir meledak.

Ia lalu melirik ponselnya yang ia letakkan di sisi meja, melihat-lihat siapa saja yang menghubunginya hari ini. Karena memang kyungsoo mengaktifkan mode silent sejak kemarin agar kegiatannya tidak terganggu.
Dan, yahh.. siapa lagi kalau bukan Kim Jongin yang mendominasi seluruh pesan dan panggilan tak terjawab di ponselnya.

Sebenarnya ia sedikit tidak tega dengan sahabatnya itu, lalu terlintas pemikiran untuk mengunjunginya. Tidak ada salahnya kan jika sesekali ia berkunjung ke rumahnya, bukan hanya Jongin saja yang selalu mengunjunginya.

Setelah membereskan mejanya, Kyungsoo kembali melirik ponselnya. Pukul 11.45. Sudah hampir masuk waktu makan siang.

"Apakah aku perlu membawakannya makan siang ?" ia berpikir sejenak sebelum akhirnya bergegas menuju dapur dan mulai berkutik dengan peralatan memasaknya.

Setengah jam kemudian, dua porsi nasi goreng kimchi, telur gulung, dan beberapa potong ayam goreng telah tersaji di dalam lunch box yang sudah Kyungsoo siapkan. Ia sudah ahli dengan urusan dapur, jadi tak heran kalau dulu Jongin lebih suka makan di rumah Kyungsoo dari pada pergi ke restoran. Lagipula masakan Kyungsoo jauh lebih lezat dibandingkan dengan makanan mewah di luar sana yang hanya cantik tampilannya saja.

.

.

.

Beberapa kali Kyungsoo menekan tombol bell di samping pintu utama mansion keluarga Kim, seorang pelayan yang tak lain adalah Bibi Song membuka pintu untuknya.

Menyadari beliau lebih tua darinya, Kyungsoo pun menunduk hormat dan menyapanya, "selamat siang, Bi. Apakah Jongin ada ?" dengan senyum ramahnya.

"Iya, selamat siang, dengan siapa ya ?"

"Oh, saya Kyungsoo, Bi. Teman Jongin. Apa Bibi sudah lupa ?"

Bibi Song memiringkan kepalanya sambil berpikir, "kyungsoo... 🤔ahh, Anda teman yang dulu sering memasak makanan untuk Tuan Muda itu, ya ?"

Kyungsoo mengangguk sambil tersenyum, "iya, Bi."

"Aigoo, maafkan Bibi, Tuan. Maklum karena usia, Bibi jadi suka lupa.."

"Tidak apa, Bi."

"Silahkan masuk, Tuan. Tuan Muda ada di dalam."

"Panggil Kyungsoo saja, Bi."

"Bibi tidak enak, Tuan Kyungsoo kan temannya Tuan Muda."

"Tapi kalau Bibi memanggilku seperti itu nanti justru saya yang tidak enak, Bi."

"Begitu ya ? Kalau begitu nak Kyungsoo saja ya."

"Terserah Bibi saja 😊"

Kyungsoo pun memasuki mansion mewah itu. Samar-samar dia masih mengingat letak-letak ruangan apa saja yang ada dirumah itu. Berdasarkan informasi yang ia dapat dari Bibi Song yang mengatakan bahwa si tuan rumah tengah berada di ruang TV, Kyungsoo pun melangkahkan kakinya menelusuri lantai rumah tersebut.

Ketika melihat sebuah pintu bercat putih gading yang terletak tepat di sebelah ruang tamu, ia mengetuk pintu tersebut. Dirasa tak mendapat jawaban, ia pun membuka pintu itu pelan. Didapatinya televisi yang menyala dengan tampilan video game kesukaan Jongin, satu gelas kosong di atas meja yang sepertinya bekas jus, juga beberapa snack yang masih utuh. Tapi... dimana Jongin ?

Penasaran, Kyungsoo pun melangkah mendekat ke arah sofa. Dan benar saja dugaannya, pria tan itu tengah tertidur. Karena begitulah kebiasaan Jongin saat sedang bosan.

Kyungsoo menghela nafas jengah sambil berkacak pinggang dan menggelengkan kepalanya, "orang kaya apakah selalu seperti ini ? Mudah sekali merasa bosan meskipun memiliki segalanya." monolognya.

Ia lalu menggoyang-goyang tubuh Jongin mencoba membangunkan pria tan itu. Bukannya bangun ia justru menampik tangan Kyungsoo sambil menggerutu karena tidurnya terusik. Tak kehabisan akal, Kyungsoo menarik-narik hidung Jongin, memainkan wajahnya seolah itu adalah boneka yang menggemaskan. Namun yang terjadi selanjutnya Jongin kembali menampik tangan Kyungsoo bahkan melemparinya dengan chusion sofa.  Saking kesalnya akhirnya Kyungsoo mengambil salah satu chusion itu dan menghantamkannya ke tubuh Jongin hingga pria itu terbangun.

"YAA!! Bangun kau dasar pemalas.. !!"

Merasa mengenali suara yang menggema di telinganya, Jongin lekas membuka matanya dan mengedarkan pandangannya. Seketika senyuman lebar ia tunjukkan. Jongin meraih tubuh Kyungsoo hendak memeluknya, akibat tarikan yang terlalu kuat Kyungsoo pun limbung dan menindih tubuh Jongin.

Sesak, jantung Kyungsoo benar-benar sesak. Ia seolah tak tahu lagi caranya bernafas. Rona merah terpancar sempurna di wajahnya yang begitu dekat dengan dada Jongin. Sedangkan si pelaku penarikan hanya tersenyum sambil mengeratkan pelukannya.


.
..
...
....
.....
☆☆☆
.....
....
...
..
.


Selamat siang reader nim 🤗
Apa kabar kalian ? Selalu jaga kesehatan yaa..
Jangan panik dan tetap positive thinking.

Sebenernya aku pengen banget sharing ke kalian soal kondisi saat ini. Aku udah menganggap kalian sebagai bagian dari keluargaku, aku sayang kalian dan pengen kalian selalu baik-baik saja.

Ada yang mau tau nggak sama saran dan tips yang pengen Mae share ??
Tulis comments kalian yaa..
Love you so much me readers ❤

-Mae-

Being CloserTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang