Ch 28

705 71 21
                                    

2 tahun kemudian...

Saat ini Junmyeon telah bekerja sebagai seorang manager di salah satu perusahaan terkemuka di Seoul. Tidak heran karena sejak awal Junmyeon memang selalu dikenal dengan segudang prestasi dan kemampuan akademisnya yang sangat baik. Keinginan sang Appa yang berniat menjadikan anak sulungnya sebagai ahli waris perusahaannya ia tolak secara halus dengan alasan bahwa si bungsu lebih pantas mendapatkannya. Selain karena ia ingin memulai karirnya dari nol, ia juga bisa mendapatkan lebih banyak wawasan untuk merintis perusahaannya sendiri kelak. Syukurlah ayah dari dua anak itu dapat memahami maksud Junmyeon dan memberikan dukungannya untuk anak tercinta.

Di samping itu, Oh Sehun yang kini  menginjak semester tingkat akhir juga sudah mulai mempersiapkan diri untuk kelulusannya nanti. Sama halnya seperti Junmyeon yang ingin hidup mandiri, ia pun akan memulai karirnya dari nol tanpa campur tangan orang tuanya. Selain masalah karir dan pekerjaan, tidak ada yang berubah dari keduanya. Ah, kecuali sistem sewa kamar yang dulunya mereka lakukan. Sepertinya itu wajar, lagipula kenapa kau harus menyewa kamar di rumah kekasihmu sendiri ?

Bicara soal hubungan mereka, orang tua mereka sudah mengetahui tentang kedekatan mereka dan secara terang-terangan memberikan kebebasan untuk mereka memilih dan menentukan siapa pasangan hidupnya kelak. Menurut mereka kebahagiaan anak sangatlah penting. Jadi mengapa harus dipermasalahkan jika dua insan sudah saling jatuh cinta, selama mereka masih saling melengkapi tidak ada yang perlu dikhawatirkan.

Hari ini hujan turun dengan lebatnya membasahi kota Seoul. Junmyeon yang seharusnya sudah kembali ke apartemennya sejak tiga puluh menit yang lalu pun akhirnya harus terjebak di dalam kantornya. Beruntunglah ia ditemani secangkir coklat panas yang mampu menghangatkan dirinya sembari menanti hujan reda.

Suasana kantor sudah sangat sepi, hanya ada Junmyeon dan beberapa security yang sedang melakukan shift malam. Tadinya ia berniat menghubungi Sehun, namun sialnya hujan lebat yang disertai guntur membuat jaringannya terhambat.

Ingatlah bahwa Junmyeon yang sekarang tidak jauh beda dengan Junmyeon yang dulu, menghabiskan waktu sembari bermain game adalah kegemarannya, selalu. Menurutnya, keuntungan bermain game adalah selain mempersingkat waktu juga dapat membantunya merilekskan tubuhnya yang lelah. Baiklah, kita tidak bisa menyalahkannya, bagaimanapun Junmyeon tetaplah Junmyeon.

.

.

.

Satu jam berlalu sangat cepat, hujan pun sudah reda sejak beberapa menit yang lalu tanpa Junmyeon sadari. Saat tengah asyik memainkan ponselnya, layar benda pipih itu berubah menampilkan sebuah panggilan masuk dengan kontak yang ia beri nama "Uri Sehunnie", jemarinya menggeser tombol hijau untuk menerima panggilan.

"Hyung, apa kau masih di kantor ?" suara dari seseorang di seberang sana terdengar khawatir.

"Eoh, tadi jaringan di ponselku terputus jadi aku tidak bisa menghubungimu. Apa kau sudah pulang ?"

"Masih di jalan, aku baru akan pulang dari rumah temanku untuk mengerjakan tugas laporan. Perlukah ku jemput ?"

"Em, baiklah. Aku akan menunggumu di lobby."

"Ok, aku tidak akan lama"

Setelah panggilan berakhir Junmyeon pun segera mengemasi barang-barangnya, meraih tasnya dan bersiap untuk turun setelah mematikan lampu di ruang kerjanya yang terletak di lantai tujuh pada bangunan itu.

Tapi ternyata kali ini tidak semuanya dapat berjalan dengan baik, saat sudah sampai di lantai dasar ketidak nyamanan tiba-tiba dirasakannya saat netranya tak sengaja menangkap sesosok bayangan yang tak jauh dari tempatnya berdiri serta suara derap langkah kaki yang kian mendekat ke arahnya. Junmyeon berniat mempercepat langkahnya namun terhenti karena sebuah panggilan yang terdengar dari seseorang pemilik bayangan itu.

"S-suho..."

"BERHENTI !! Jangan mendekat !! Kuperingatkan padamu, jangan pernah menemuiku lagi atau aku tidak akan segan untuk melaporkanmu."

Junmyeon menoleh sekilas, benar-benar hanya sekilas dengan disertai tatapan yang tajam dan sulit diartikan, lalu segera beranjak melanjutkan langkahnya menuju ke luar gedung dengan nafas yang memburu.

"Kenapa dia bisa ada di sini ? Apa yang sedang dia lakukan ? Apakah dia membuntutiku lagi ? Yaishh !!" pertanyaan demi pertanyaan muncul seiringan dengan langkah kakinya.

Iya, Lagi. Terhitung ini adalah ketiga kalinya Junmyeon bertemu dengan orang itu. Di tempat yang berbeda tentunya. Menyebalkan.

Racauan Junmyeon menghilang seketika saat sebuah sedan berwarna biru muda memasuki pelataran lobby. Senyumannya mengembang seolah apa yang baru saja ia alami tak pernah ada, atau mungkin dia sedang berusaha untuk menutupinya agar tidak membuat kekasihnya khawatir.



.
..
...
....
.....
☆☆☆
.....
....
...
..
.


Chapter ini pendek yaa ☹ maaf Mae nggak bisa fokus karena kerjaan Mae minggu ini menumpuk. Tapi Mae baik kan karena udah berusaha update buat kalian.

Kasih love buat Mae yaa.. yang banyakk... bulan depan Mae kasih kejutan 😇

See you readernim 🤗😘


-Mae-

Being CloserTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang