06

12.2K 1.2K 17
                                    

Ketika hari-hari berlalu, Jacob tidak berkunjung ke rumah Sam dan Emily untuk beberapa waktu, pikirannya sibuk memikirkan sesuatu. Dia memiliki tugas untuk menjaga wilayah perbatasan, Quil bersama Paul, dan Jacob dengan Leah.

"Jake," benak Leahnya berbicara, telepati.

"Ya? " Jacob menjawab, cakarnya yang besar seperti beruang tertancap dengan kuat di tanah ketika dia mengendus udara yang masih ada di sekitarnya.

"Kamu tahu, kamu bisa memberitahuku apa masalah mu..." kali ini suara Leah terdengar lembut, tak seperti biasanya dan Jacob menghargai perasaannya 

"Aku hanya ingin kamu tahu itu, karena kadang-kadang kamu sangat bodoh dan membuat hal-hal menyebalkan." Sosok serigala Leah mendengus, dan dia menghadapi sosok serigala Jacob.

"Terima kasih, Leah..." Jawab Jacob, mata cokelat besar itu tidak pernah goyah dari sang shewolf. 
"Tapi tidak ada masalah denganku, aku janji, tidak akan pernah terjadi apapun."

Mereka berdua tetap diam setelah itu, mengerjakan giliran menjaga dan kemudian berpisah. Jacob pulang, dan tidur siang, oh yeah sesuatu yang sangat dibutuhkan bagi werewolf.

*****

3 hari kemudian, 8:30 am.

Jacob terbangun menguap keras, meregangkan anggota tubuhnya saat dia berguling di selimut tempat tidurnya yang hangat. Itu sangat nyaman, dia sungguh  tidak ingin bangun, tetapi dia harus bangun, ada yang harus dikerjakannya. Dengan erangan serak, Jacobb bangkit dari tempat tidurnya dan menuju ke kamar mandi untuk mandi. Mandi, sikat giginya dan ganti baju.

Dia pergi ke dapur dan memanaskan sisa-sisa makanan yang dia bawa dari rumah Emily. Lasagna dengan 4 jenis daging. Perut Jacob menggeram, terasa sangat kelaparan dan dia duduk untuk makan di meja kecil.

Tiba-tiba Billy berguling dengan menguap, dan mengambil gelas dari meja dan menuang jus jeruk dari lemari es.

"Pagi, Nak." Billy menyapa, dan menutup pintu kulkas, mengambil tempat di samping Jacob.

"Pagi, Dad... masih ada lagi sisa makanan Lasagna dari Emily di kulkas." Kata Jacob, mendorong garpu penuh Lasagna ke dalam mulutnya sebelum ayahnya menjawab, hampir bersemangat.

"Bagus sekali, Emily itu koki yang hebat." Billy menghela napas, dan menyesap jus jeruknya.

"Yaps, aku akan pergi." Jacob berdiri, piringnya bersih tak bersisa dan dia meletakkan nya di wastafel. 

"Untuk jalan-jalan, berolahraga. Melakukan sedikit latihan." Dia membuka kulkas dan meneguk jus dari botol. Dan ayahnya mengangguk, memberitahunya untuk berhati-hati sebelum Jacob meninggalkan pintu depan.

Jacob baru 20 menit berjalan menuju hutan, sampai tiba-tiba sensasi yang sangat panas menguasai tubuhnya. Menjalar mulai dari jari kakinya, dan dengan cepat naik ke dadanya. Tapi terasa terbakar di tempat tertentu. Sensasi ini tak asing.

Jacob bernafas, dan kakinya berhenti. Dia menelan ludah dan dengan cepat menemukan pohon terdekat untuk bersandar karena dia tidak tahu apakah kakinya akan runtuh pada saat itu. Detak jantungnya mulai berdenyut cepat, seperti akan keluar dari tulang rusuknya saat dia mencoba menarik napas. 

Jacob membasahi bibirnya, dan tangannya mencengkeram kulit pohon saat dia menarik napas dalam-dalam. Heat nya semakin memburuk, dan semakin terasa panas. Pangkal pahanya terasa terbakar dan dia tahu pasti akan lebih buruk dari ini. Tapi kenapa? Jacob merasa sudah membaik, dan dia pikir heat nya mungkin sudah mereda.

Jacob salah.

Dadanya terasa sesak dengan rasa cemas, seperti ada jutaan kupu-kupu beterbangan dan menggelitik perutnya. Dia merasa gugup, dan sensasi lain yang ingin dia abaikan, tetapi dia tidak bisa. Jacob menutup mata dan menggigit bibir bawahnya saat tangannya meraih sesuatu didalam celana olahraganya, sesuatu yang mulai mengeras.

Terasa benar-benar keras, dan berdenyut-denyut. Sial, seingatnya yang terakhir kali tidak seburuk ini? saat itu…. Jacob tidak merasakan gejala apa pun sampai semuanya dimulai. Sampai Edward  me.....

Dia merasakan seperti sesuatu terjadi dikepalanya, apakah dia mulai halusinasi...

"Apakah kamu sedang heat?" Jacob tiba-tiba teringat saat Edward berbisik di lekuk leher Jacob.

Jacob menggelengkan kepalanya, tetapi tangannya tak dapat berhenti. Jari-jarinya merayap di bawah ikat pinggang celananya dan meraih penis nya yang memanas. Penuh dengan precum, dan dia sama panasnya dengan matahari.

Sialan.

Jacob tidak bisa mengatasi heat ini. Dia merasa mual dan horny pada saat yang sama, ini rasanya berbahaya dan dia tidak bisa melawannya. Jacob tidak bisa.

Jacob menghirup nafas pendek, terengah-engah sambil terus menggerakkan tangannya berusaha menyenangkan dirinya sendiri. Tapi ini tidak cukup. Jacob merasa kehilangan sesuatu.

Seseorang.

"Belum, saatnya sayang..."

Dan dengan satu kocokan terakhir, Jacob cum di tangannya, cairan putih kental menutupi telapak tangannya dan bagian dalam celana pendeknya.

"Brengsek..." Jacob menghembuskan napas, merasa sedikit lega, tetapi hawa panas masih terasa dan rasa mualnya tidak hilang.

Dan ini menjadi lebih buruk, karena bau busuk yang familier mengisi lubang hidungnya. 

Sial, sial.... pikirannya panik. Dia harus segera pergi dari tempat ini sekarang.

"Lintah sialan itu, menuju kesini" 

Suara Jacob dipenuhi dengan rasa takut dan jijik, tetapi ada sesuatu yang tersembunyi di balik semua itu. Dia meyakinkan dirinya sendiri, dan dengan cepat menggosokkan tangannya ke kulit pohon sebelum mencoba lari.

*****

[END] Imprinted on You | SEASON 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang