14

10.5K 1K 29
                                    

Ketika mereka berjalan, Jacob berbalik untuk melihat ke belakang ketika Sam mendekat dan melewati semua orang. Sam menangkupkan tangan di bahu Jacob ketika ia melewatinya, dan memberinya tatapan ''kamu bisa percaya padaku''. 

Jelas, Sam tidak bodoh. Selain ayahnya dan para penatua, Sam adalah yang paling mengerti apabila ada hal yang janggal. Dia tahu ketika ada sesuatu yang salah dengan anggota pack nya, atau ketika ada sesuatu yang terjadi. Sesuatu yang penting.

Jacob tau ia tidak akan bisa menyembunyikan ini terlalu lama, ia akan retak dibawah semua tekanan. Tapi untuk sekarang, Jacob merasa baik-baik saja dan bisa menangani semuanya. 

Ia berusaha untuk tidak memikirkannya, dan berusaha untuk tidak memikirkan mual yang tiba-tiba muncul, tulang-tulangnya sakit, dan dia merasakan sakit kepala yang mematikan datang.

Mereka semua berjalan ke dalam, dan Jacob menuju ke ruang tamu bersama Quil, Jared dan Embry. Leah berada di dapur, mengobrol dengan Paul dan Emily. Emily sedang memasak, seperti biasanya, ia menyiapkan beberapa muffin dan omellete.

Jacob sama sekali tidak lapar. Memikirkan makanan saja benar-benar membuatnya jijik.

"Jadi, kita akan bermain....." Quil melihat-lihat tumpukan game XBOX 360 saat Embry menyalakan konsol. 

"Ini dia!" dia menarik gamenya, dan mengeluarkannya dari casingnya sebelum memasangnya ke CD.

"Ayo, Embry! Kita lanjutkan bermain itu kemarin." Embry mengeluh, tetapi Jared meraih controller.

"Kedengarannya kamu terlalu takut untuk bermain, karena kamu kalah melawan Leah." Kata Jared, dan Quil tertawa. 

Jacob tidak terlalu memperhatikan mereka saat mereka berdebat dan tertawa. Pikirannya semakin terperangkap dalam rasa sakit yang kemudian menjalari kakinya. Tubuhnya sakit, tetapi ia berusaha mengabaikannya. 

"Jacob, kamu akan bermain kan? Embry tidak mau, karena dia kalah dari seorang gadis ." Quil menekankan kata  'gadis' untuk mengejek Embry dan Embry menggeram.

"Eh, ya, tentu." ucap Jacob, sedikit gugup.

Mereka semua bermain sebentar, dan Jacob kalah setiap saat. Setiap kesempatan game harus membunuh sesuatu, dia lah yang mati. Jacob tidak bisa fokus pada game itu, jemari nya sakit, dan buku-buku jarinya terasa seperti akan copot, Jared bersorak, melihat bagaimana ia memenangkan ronde ke-2 melawan Jacob.

"Sobat, kau payah." Kata Embry mengejek.

"Setidaknya aku kalah melawan lelaki." Jacob menjawab cepat, mengusap jarinya. Embry mengerutkan kening, merasa diejek dan yang lainnya tertawa. 

Jacob bergegas pergi ke kamar mandi, ia merasakan sakit di mana-mana, kepala, lengan, kaki, jari, jari kaki. Jantungnya berdegup kencang terasa seperti ingin melompat dari tulang rusuknya, tiba-tiba segalanya terasa lumpuh, dia merasa seperti ada radang sendi di tangannya yang merayap di setiap anggota badan.

Sebelum Sam atau siapa pun memiliki kesempatan untuk datang dan menanyakan apa yang membuatnya begitu lama, Jacob segera mengunci pintu di belakangnya. seperti déjà vu bagi Jacob.

Jacob mencari Advil, Tylenol atau sesuatu dilemari dan menemukan botol Advil, menuangkan 6 ketangannya, kemudian memasukannya ke dalam mulut. Jemari nya yang bergetar meraih wastafel dan memutar kran nya, mengumpulkan air di tangannya untuk menelan pil. 

Bagi manusia, 6 advil mungkin akan membuat mereka kesakitan. Bagi Jacob, ia bahkan tidak yakin ini akan berhasil meredakan rasa sakit dan nyeri nya atau tidak.

"Ugh, kenapa semua ini terjadi padaku."

Jacob menggeram pada dirinya sendiri, menatap bayangannya di cermin. tampak normal, tak ada luka atau semacamnya, tetapi ia merasakan sakit di seluruh tubuhnya.

Awalnya, rasa sakit ini dimulai ketika mereka sedang dalam perjalanan ke tebing. Hanya titik rasa sakit sesekali di dadanya, dan Jacob hanya mengabaikannya.

Ketika Jacob menarik napas, ia merasa sangat cemas.

Jacob meraih sudut wastafel untuk menyeimbangkan tubuhnya, dan menyisir rambutnya dengan jari. ia merasakan kekosongan gelap mulai menenggelamkan nya, dimulai dengan sisi serigala nya. Serigalanya melolong di dalam dirinya, seperti meminta untuk mengisi kekosongan ini, dengan sesuatu, atau seseorang. Brengsek!

Jacob jatuh berlutut, tiba-tiba terdengar ketukan di pintu.

"Jacob." Lagi-lagi suara Sam.

"Ya, aku baik-baik saja." Dia menarik napasnya, dan berdiri.

"Apakah kamu yakin baik-baik saja?" 
Sam bertanya.

"Ya, aku akan keluar sebentar lagi." 
Jacob menjawab, dan baru sadar bahwa ia membiarkan air terus menyala. Jacob mencuci tangannya di bawah air yang mengalir dan membasuh kan air ke wajahnya, mengeringkan dirinya dengan kain, dan melihat ke cermin.

Ini ada hubungannya dengan Edward, Jacob yakin. Dan ketika memikirkan Edward, rasanya tidak sama. Tidak ada lagi kebencian. Rasanya hampir tidak nyata, Jacob bahkan ingin segera menemukan Edward untuk saat ini. Kekosongan ini tidak pernah sirna, dan Jacob mengerti apa yang dimaksud untuk mengisi ruang kosong ini.

Ruang kosong ini adalah Edward.

*****

to be continued......

[END] Imprinted on You | SEASON 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang