2 Februari 2020Duduk disebuah ruang kecil yang tak beratap setiap jam sepuluh pagi adalah hobi Stella. Iya, Stella Wijaya gadis berambut pirang yang mempunyai pembawaan selalu riang gembira. Meskipun dia tidak hidup bersama kedua orang tuanya itu bukan sebuah masalah yang besar baginya. Mempunyai Oma yang punya segalanya sudah cukup bagi Stela bertahan hidup sampai detik ini.
Duduk diruangan tak beratap, mendongak ke langit merasakan cahaya yang masuk adalah sebuah kelegaan sendiri bagi Stella. Hal ini sudah dilakukannya sejak tiga tahun terakhir semenjak kuliah. Kini Stella mahasiswa tingkat akhir yang waktunya lebih banyak digunakan di rumah daripada kegiatan kampus.
Saat sedang fokus, tiba-tiba ponselnya berdering. Stella tak menghiraukannya, tetap saja dia duduk kursi kecil, sesekali tangannya berusaha menangkap cahaya, meskipun itu tidak bisa. Sesekali, matanya dibuka untuk melihat remang-remang cahaya yang menusuk kornea.
Ponselnya masih saja terus berbunyi, akhirnya dia keluar dari tempat kesukaanya.
"Siapa si? Ganggu saja!" Umpatnya.
"Halo." Ucap Stella ketus.
"Woy, lu ga ingat apa hari ini ada seminar? Hah? Cepet ke kampus, atau bakal kena omel Pak kumis." Cerocos Fanda, teman Stella di ujung telponnya. Tanpa menunggu jawaban, Fanda mematikan ponselnya sepihak.
"Dasar aku, lupa banget si!" Umpat Stella sambil lari terbirit-birit menuju kamarnya.
Dengan pakain khasnya, casual nan simple. Olesan lipt tint saja cukup, Stella bergegas pergi ke kampusnya. Jarak kampus yang dekat hanya membutuhkan waktu 10 menit baginya jika ditempuh dengan lari cepat. Bukan hal yang sulit, bakat lari sudah ada dalam diri Stella sejak kuliah semester tiga karena sering telat. Stella memang cantik, tapi polornya ga ketulungan. Tiap tidur pasti susah bangun, bahkan mati listrik saja tidak menjamin dia bangun.
Tepat sepuluh menit Stella sampai Aula kampus, tempat diadakannya seminar. Dengan nafasnya yang tersengal-sengal dia mencari Fanda, teman dekat satu-satunya itu.
"Woy!" Teriak Fanda di telinga Stella dengan sangat memekikan. Mirip toa masjid depan komplek. Stella mengusap telinganya yang panas.
"Belum telat kan? Jujur aku lupa banget." Ucapku masih dengan nafas yang tak beraturan.
"Telat lah, jelas-jelas itu Pak kumis sudah duduk didepan. Untung lu punya temen yang baik hati kaya Fanda." Tutur Fanda panjang lebar sembari memuji dirinya sendiri. Stella hanya memutar bola matanya malas, dan berjalan menuju tempat duduk yang sudah dipilih Fanda.
"Fan, bosen banget kalo dengerin seminar gini." Celoteh Stella sambil melipat-lipat kertas brosur seminar yang dibagikan panitia.
"Emang lu doang? Gue juga kali Stell. Lu enak ga dengerin pengajiannya Pak kumis yang auto bikin mata ngantuk. Lagian ya, kita udah sering bolos seminar si, jadi Pak kumis nakut-nakutin kita." Cercah Fanda sambil mengelus-elus rambutnya yang tiap hari di-curly itu.
Pak kumis adalah julukan untuk Pak Aji dosen pembimbing skripsi Stella dan Fanda. Mereka menyebutnya Pak kumis karena kumisnya yang khas, selalu tebal dan saat matanya melotot kumisnya menjadi sangat menakutkan. Mahasiswa manapun tak akan ada yang berani dengan Pak kumis itu. Belum lagi, dia adalah dosen pembimbing tergalak, karena dengan dia revisi skripsi akan terjadi puluhan kali, benar-benar menguras energi.
"Stell, abis ini ada acara ga?" Tanya Fanda sambil melirik jam tangan mahalnya.
"Engga."
"Mau ga nongkrong sore-sore. Enak tau, kumpul temen. Jangan di rumah mulu, cape liatnya." Ucap Fanda mencoba membujuk Stella yang terlihat mengantuk.
"Aku ngantuk, pengin ketemu kasur." Jawab Stella tepat dengan apa yang Fanda pikirkan.
"Payah lu!" Ujar Fanda sambil menjitak kepala Stella dan berlalu meninggalkannya tanpa dosa.
--------------------------------------------------
Berusaha nulis wkwk
Thankyou buat yg baca, semoga selesai cerita ini😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Rest Broken
RomanceGadis cantik berambut pirang yang selalu tersenyum itu bernama Stella. Hidupnya yang terlihat biasa saja menjadi berbeda setelah mengenal Faki Hamzani, lelaki tampan yang membuatnya jatuh hati. Namun, Faki bukanlah lelaki yang mudah ditebak. Bahkan...