Chapter 17

7 5 4
                                    


3 Maret 2020

Matahari sedikit menerobos pada jendela, sayup-sayup angin terdengar berembus menyapu dedaunan yang jatuh di tanah. Suara burung saling hersahutan seolah mengucapkan 'selamat pagi'. Bau masakan tercium kesana kemari dari dapur tempat Wati memasak. Aroma roti pun tak kalah kuat menusuk indra penciuman, mata yang terlelap seakan harus membuka paksa untuk menyambut sarapan karena baunya benar-benar mengusir niat rebahan.

Faki membuka matanya malas, dilihatnya ketiga temannya masih tidur pulas. Mereka bertiga tidur dalam keadaan yang sungguh tak pantas disebut tidur, namun desiran nafas masing-masing seolah memberitahu Faki bahwa tidurnya nyenyak. Galang tidur di lantai berkarpet warna cokelat, kakinya menjulang ke sofa panjang tepatnya tempat Fanda tidur, kedua pasang kaki itu berjejer rapi tanpa kelahi, tak seperti pemiliknya yang tiada hari tanpa berkelahi. Stella nampak manis, kepalanya menyandar sofa sedangkan tubuhnya dilantai berselimut kain yang entah dari mana. Meski dalam keadaan seperti itu, mereka nampak pulas tidur.

Faki pelan-pelan menuju kamar mandi, agar tidak menimbulkan suara berisik. Namun, sayang usahanya gagal karena Wati, art oma tiba-tiba nongol dengan membawa nampan berisi empat gelas susu. Untung saja Wati mampu menahan badannya yang meskipun tidak bisa dikatakan kurus. Dengan sigap, Faki mengambil nampannya. Wati justru manatap Faki berlebih, membuat Faki tak nyaman. Buru-buru Faki memindahkan nampan ke meja, mengucapkan terima kasih dan bergegas ke kamar mandi. Dengan ajaib, ketiga temannya itu masih pulas dalam tidur masing-masing.

Setelah Faki selesai mandi, dan menghabiskan segelas susu, Faki mencoba mengintip dari jendela perlahan, sepertinya mobil yang memata-matainya sudah pergi. Karena hampir jam 12 Faki memutuskan untuk membuka jendela itu lebar-lebar agar ketiga temannya bangun. Stella nampak bangun dan duduk di sofa dengan memaksakan matanya untuk sadar. Galang dan Fanda masih tidur dengan posisi serupa. Niat usil terlintas dibenak Stella, tanpa ampun Stella menutup pintu dekat sofa yang mengarah ke kamar mandi juga ruang makan, dia membanting pintu begitu keras dan berjalan ke arah Faki.

Brakkk.

Fanda terlampau kaget hingga tidak bisa mengontrol badannya, lhasil jatuh ke lantai tepat diatas Galang. Mereka berdua sekarang seperti sepasang kekasih yang mesum. Galang yang merasa tubuhnya dihantam berat mencoba bangun dan ketika keduanya sadar, mereka menjerit bersamaan.

Faki dan Stella tertawa cekikikan. Kini mereka berdua berkelahi, bahkan sebelum keduanya cuci muka. Mungkin adu bau mulut dan iler sudah menjadi hal lazim jika kondisinya memungkinkan untuk berkelahi. Saking kesalnya Galang, dia menyeruput dua gelas susu di meja yang benar-benar tepat didepan matanya. Mata Fanda membulat sempurna saat melihat Galang meneguk susu itu, sambil menggelengkan kepalanya, Fanda bangun melarikan diri ke kamar mandi dan tak lupa tangannya menjambak rambut Galang yang berantakan. Alhasil, kekesalan Galang bertambah dan satu gelas susu tersisa dia paksa minum. Kini susu itu berselancar di tenggorokan Galang yang benar-benar baru bangun tidur. Stella dan Faki hanya menatap sambil menahan tawa.

Stella merasa malu karena kondisinya yang berantakan, dia pun bergegas mandi ke kamar mandi yang ada di dalam kamarnya.

Tak selang lama, mereka berempat kini sudah duduk di meja makan bersama Oma. Benar-benar tak tahu malu, bangun tidur terlalu siang, abis itu tinggal makan. Bukan masalah besar bagi Oma karena Oma tahu alasan mereka bangun siang, ya apalagi kalau bukan karena tidurnya aja subuh.

"Kalian bisa tidur nyenyak?" Tanya Oma sambil tersenyum simpul. Meakipun sudah tua Oma masih nampak cantik karena matanya yang indah dan kulit putih bersih. Tak heran, Oma yang berumur ini mengalahkan jam mandi Stella dan Fanda. Stella dan Fanda paling lama 15 menit mandi itupun kalo tidak keramas lebih cepat lagi, kalau Oma mandi satu jam, entah ngapain aja Stella pun tak tahu.

"Lumayan Oma," jawab Galang ramah seperti biasanya. Walaupun sudah menghabiskan tiga gelas susu ternyata Galang masih kuat makan siang dengan lahap.

"Faki gimana?" Timpal Oma. Senyum Oma tak pudar sedari tadi, mirip dengan Stella saat tersenyum seperti itu.

"Nyenyak kok Oma."

"Yang paling nyenyak tuh Galang." Pekik Fanda khas dengan suara kencangnya.

"Harusnya kalian bangunin aku buat pindah ke kamar." Sesal Stella, karena merasa tidak memperlakukan baik tamunya.

"Gapapa kok," ucap Fanda sumringah.

Kini, kita merasa lebih tenang dibanding semalam, karena mobil yang memata-matai sudah pergi. Untuk sementara waktu, Stella memutuskan ketiga temannya tetap dirumahnya sampai keadaan stabil. Bagi Stella keamanan mereka juga keamanan Stella. Toh, mereka teman yang baik untul Stella, jika bisa membantu lebih banyak, mengapa tidak?


________



Rest BrokenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang