Chapter 5

22 5 0
                                    


4 February 2020

"Revisi lagi revisi lagi!" Ucap Stella kesal sambil merapikan tugas skripsi miliknya. Padahal pagi buta sudah bangun untuk skripsi saking sayangnya, namun dosen pembimbingnya terlalu sayang kalau harus membubuhkan tanda tangan pada skripsinya hari ini.

"Engga di acc?" Tanya Fanda sambil tersenyum meremehkan.

"Pak kumis minta di kasih sajen apa si biar skripsiku ini cepat kelar?" Tanya Stella frustrasi.

"Jangan rajin-rajin revisi," ungkap Hara teman satu jurusan Stella yang baru saja masuk ruangan, bibirnya manyun, wajahnya sayu, pakaiannya sudah tak rapi. Hara seperti orang gila yang lepas dari Rumah sakit.

"Hara, lu senasib sama Stella?" Tanya Fanda tak berdosa.

Hara mengangguk pasrah.

"Yuk toss kita senasib." Ajak Stella kepada Hara, dengan menawarkan tangan mungilnya itu. Namun, Hara tak tertarik dengan lelucon Stella.

"Kalian rajin amat si, gue yang belum bikin sama sekali aja santai." Ucap Fanda sambil berlalu meninggalkan Stella.

"Fan, mau kemana?" Tanya Stella yang mengejar kepergian Fanda.

"Ke markas." Ucap Fanda semangat.

"Aku ga bisa masak dong! Gimana?" Tanya Stella polos.

"Beliin aja makan siang buat kita bertiga." Ucap Fanda tetap dengan santainya.

"Okedeh."

"Serius?"

"Kapan aku pernah bohong, Fan?"

"Ya udah kita beli makanan terus langsung ke markas." Ucap Fanda begitu girang.

Stella mengacungkan jempol tanda setuju.

_______

"Ruangan milik nomor 4 sudah siap." Lapor seorang lelaki kepada atasannya.

"Baik, sebentar lagi tamu kita datang."

Mobil mewah berwarna hitam beserta iring-iringannya menuju gedung perkantoran di kavling 4. Tempat dimana para pengusaha biasa berkumpul. Kali ini, rapat tertutup diadakan secara mendadak.

Lantai nomor empat sudah ditutup dari area publik. Silahkan mencari tempat lain. Begitu pengumuman yang terpampang.

"Semua sudah siap, dokumen ini akan memperkuat semuanya. Silahkan lengkapi personel."

"Siap bos!"

"Jangan gegabah! Tetap waspada. Jika misi ini berhasil dalam tiga bulan, bonus besar tak tanggung-tanggung saya keluarkan."

"Baik."

___________

"Woy, kita datang nih!" Teriak Stella sesampainya di markas.

"Berisik, " protes Galang, disampingnya ada Faki yang sedang memainkan ponselnya, serta beberapa orang teman mereka yang belum begitu Fanda kenal.

"Hai, Stell." Sapa Galang ramah.

Fanda melotot kaget atas sikap Falang yang begitu ramah. "Stella disapa gue disuruh diem."

"Hai, Lang." Jawab Stella sopan. Terlalu sopan menjawab Galang seperti itu.

"Hai, Panda." Ucap Faki tiba-tiba.

"Fanda bukan Panda." Fanda mengoreksi namanya yang sengaja diledek Faki.

"Panggilan sayang, berbeda dari yang lain dong," goda Galang.

"Kan kemarin kamu bilang suka ke Faki, siapa tau dia juga punya perasaan yang sama Fan," ucap Stella polos.

Fanda panik, buru-buru menutup mulut Stella. Pipi Fanda benar-benar merah sekarang, Stella masih tersenyum polos tak mengerti.

"Pipimu mer-" ucapan Stella terhenti oleh tatapan taham Fanda.

"Nih, makan siang yuk," ucap Fanda mengalihkan pembicaraan.

Kompak, Stella, Galang dan Faki tertawa terbahak-bahak.




Thanks for reading😊

Rest BrokenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang